Sukses

Frexit dan Imigran Mendominasi Debat Pertama Pilpres Prancis

Pilpres Prancis akan digelar dalam dua putaran yakni pada tanggal 23 April dan 7 Mei 2017.

Liputan6.com, Paris - Keanggotaan Prancis di Uni Eropa dan imigrasi mendominasi debat televisi perdana antara lima kandidat presiden negara itu pada Senin malam waktu setempat. Adu argumen berlangsung sengit.

Gagasan pemimpin sayap kanan Front National (FN), Marine Le Pen agar Prancis mengikuti jejak Inggris dengan menggelar referendum diserang oleh Emmanuel Macron, kandidat independen beraliran tengah dan Francois Fillon asal Les Républicains (LR), parpol berhaluan tengah-kanan.

Fillon menyatakan Frexit -- French Exit -- akan menyeret negara itu dalam kekacauan sosial dan ekonomi.

Sementara itu seperti dikutip dari Morning Star, Rabu, (22/3/2017), Macron mengatakan, "Mereka yang mengatakan Brexit akan menjadi hebat...kini lari dan bersembunyi".

Ada pun soal keanggotaan Prancis di Uni Eropa, Le Pen menegaskan, ia tidak akan menjadi "wakil dari Kanselir Jerman" atau "salesman bagi organisasi multinasional (Uni Eropa)". Pernyataannya ini jelas menunjukkan sikapnya yang mendukung Prancis memisahkan diri dari UE.

"Saya ingin menjadi presiden Republik Prancis," tegas Le Pen yang merupakan satu-satunya perempuan yang bertarung dalam pilpres Prancis 2017.

Sejauh ini, Macron dan Le Pen dikabarkan menjadi kandidat favorit setelah Fillon tersandung skandal. Fillon dituduh memberikan istrinya pekerja palsu sebagai asistennya saat ia bertugas di parlemen. Perempuan itu lantas dituding menerima "gaji buta".

Kandidat lainnya adalah Benoît Hamon dari Parti Socialiste (PS), parpol sayap kiri terbesar di Prancis. Ia maju setelah mengalahkan Manuel Valls di putaran kedua pemilihan calon presiden Partai Sosialis pada 29 Januari 2017.

Jean-Luc Mélenchon, politisi sayap kiri Prancis kelahiran Maroko yang skeptis Euro juga mencalonkan diri dalam pilpres Prancis 2017.

Mélenchon menggugat ide Le Pen untuk mengadakan lebih banyak pelajaran bahasa Prancis di sekolah, "Bagaimana Anda belajar bahasa Prancis, Nyonya? Dengan mempraktikkannya!".

Soal isu imigran, Le Pen tegas menyatakan, ia akan menutup perbatasan untuk mereka.

"Kita tidak bisa mengandalkan Yunani untuk menangani aliran pengungsi," ujar Le Pen yang merupakan putri dari pendiri FN Jean-Marie Le Pen.

Perempuan itu mengklaim krisis pengungsi yang terjadi saat iini telah menciptakan sebuah "ledakan" situasi keamanan. Menurutnya, tindakan yang harus dilakukan adalah mencegah imigran masuk.

Tak hanya itu, politisi perempuan itu juga berjanji akan melarang pemakaian simbol-simbol agama tertentu di muka umum jika dirinya terpilih sebagai presiden -- termasuk di antaranya jilbab dan kippah.

Macron menuding Le Pen menggunakan Islam untuk "memecah belah masyarakat". Meski ia sendiri menyerukan kebijakan pengusiran bagi imigran ilegal.

Sementara itu, Fillon mengedepankan pendekatan berbeda soal imigran. Menurutnya, "Kita harus menutup arus masuk (pengungsi) dengan menggunakan kuota yang ditetapkan parlemen".

Burkini jadi topik panas

Dua kandidat terkuat presiden Prancis saling serang tentang baju renang perempuan muslim, burkini dalam debat televisi perdana.

Le Pen menyebut bahwa burkini adalah ancaman terhadap tradisi sekularisme Prancis. Namun Macron membantahnya dan menyebut bahwa burkini tak lebih dari sekadar tata tertib berbusana di ruang publik.

Ini bukan kali pertama burkini menjadi perdebatan. Musim panas lalu, isu yang sama mencuat setelah sejumlah kawasan wisata pantai di Prancis selatan melarang pemakaian baju renang itu sebelum akhirnya pengadilan administratif tertinggi Prancis menyebut larangan itu melanggar kebebasan asasi.

Le Pen menegaskan Prancis harus menentang multikulturalisme, namun Macron menyerang lawannya itu dengan mengatakan ia memusuhi umat Islam di negeri itu. Demikian seperti dilansir BBC.

Jajak pendapat terbaru menunjukkan Le Pen akan mendapatkan suara terbanyak di putaran pertama, sementara di putaran dua dia akan dikalahkan oleh Fillon atau Macron.

Video Terkini