Liputan6.com, London - Minggu lalu beredar laporan yang mengungkap apa yang akan dilakukan jika penguasa terlama Kerajaan Inggris, Ratu Elizabeth II, meninggal dunia. Laporan itu juga menyebit kode rahasia yang digunakan untuk mencegah bocornya berita duka tersebut.
Pejabat Inggris Raya yang bakal tahu terlebih dulu, baru kemudian rakyat kebanyakan.Â
Namun jika saat itu benar-benar tiba, apakah dunia telah siap untuk menerima Charles sebagai raja dan istrinya, Camilla, menjadi seorang ratu?
Advertisement
Meski banyak pihak menganggap bahwa sejumlah skandal yang menimpa Charles membuatnya tak pantas menjadi pewaris takhta kerajaan, bagaimana pun putra sulung Ratu Elizabeth itu akan tetap menjadi raja.
Hal itu disampakan oleh ahli suksesi Australian Monarchist League, James Ellis. Ia menyebut, gagasan bahwa pemimpin Kerajaan Inggris akan dipegang oleh Pangeran William--dengan melewati Pangeran Charles--merupakan sebuah khayalan.
"Ini bukan kontes popularitas. Pewaris takhta tak meninggalkan hak mereka untuk suksesi," ujar Ellis. "Charles akan menjadi raja."
Ellis berkata, gagasan bahwa Charles akan menyerahkan takhtanya kepada Wsilliam berakar pada kejadian saat paman Ratu Elizabeth II, Edward VIII, menyerahkan kekuasaannya kepada saudaranya, George VI--ayah Elizabeth-- untuk menjadi raja.
Kejadian yang berlangsung pada 1936 itu merupakan momen "krisis konstitusional" untuk monarki. Namun Edwards VIII sebenarnya enggan meninggalkan takhtanya.
Tapi Edwards VIII harus melakukan hal tersebut karena ia lebih memilih untuk menikahi perempuan yang telah dua kali bercerai, yakni Wallis Simpson.
"Itu merupakan masalah, karena raja juga merupakan kepala Gereja Inggris," ujar Ellis.
Editor-in-chief Her Majesty Magazine, Ingrid Seward, juga setuju bahwa pewarisan takhta dengan melompati Charles merupakan hal yang tak seharusnya terjadi.
"Menjadi pewaris takhta bukanlah pekerjaan. Ini adalah keturunan dan suka atau tidak, Anda ada di urutan berikutnya, Charles baru kemudian Willian," ujar Seward seperti dikutip dari news.com.au, Rabu (22/3/2017).
"Jadi tentu saja Charles akan menjadi raja...kecuali ia meninggal sebelum ibunya," imbuh dia.
Â
Setelah Ratu Elizabeth Meninggal...
Ketika Ratu Elizabeth meninggal, suksesi akan berlangsung dengan cepat dan berjalan berdasakan rencana yang sangat spesifik.
"Satu hari setelah Ratu meninggal, bendera akan kembali naik, dan pukul 11.00, Charles akan dinobatkan sebagai raja," demikian berdasarkan laporan The Guardian.
Setelah dibacakan proklamasi raja baru, Charles kemudian memperkenalkan istirnya sebagai Ratu Camilla.
Pada masa lalu, terdapat gagasan yang menyebut bahwa Camilla akan bergelar "Princess Consort" agar tak menistakan ingatan masyarakat akan sosok Ratu.
Tapi secara historis, istri dari para raja disebut dengan Ratu.
Spekulasi soal apa yang akan terjadi setelah Ratu Elizabeth meninggal, mencuat sejak perempuan berusia 90 tahun itu sedang sakit sehingga tak bisa menghadiri sejumlah acara kerajaan. Namun kondisi perempuan yang lahir pada 21 April 1926 tersebut, saat ini dikabarkan telah membaik.
Sejumlah pendapat menyebut, saat Charles akan menjadi raja, kekuasaannya mungkin hanya berlangsung selama 25 tahun.
"Karena saat ia menerima takhta -- ia berusia 70-an -- Charles dilihat sebagai monarki sementara, jika dibandingkan dengan Ratu," ujar Ellis.
"Selanjutnya adalah William, lalu George, dan akan ada serangkaian gelar yang diberikan kepada William dan Harry setelah Charles menjadi raja," imbuh dia.
Ellis mengatakan, karena Ratu Elizabeth telah berkuasa selama 60 tahun, orang-orang mengasosiasikan kata Ratu dengan penguasa. Atas hal itu, sulit untuk berpikir saat orang menyebut "Ratu Camilla".
Saat Camilla berada di sisi Charles yang telah menjadi raja, ia tak akan memiliki kekuasaan untuk memerintah. "Dia akan menjadi Queen Consort, dengan tak ada kekuasaan atau apa pun," kata Ellis.
Advertisement
Kenangan Sosok Putri Diana
Orang-orang akan mengingat Ratu Elizabeth sebagai kekuatan yang menstabilkan dalam dunia yang berubah dengan cepat.
"Ketika Anda memikirkan tentang pemerintahan Ratu, sejak tujuh tahun setelah Perang Dunia II, tak ada kejadian bersejarah dunia yang tak ia saksikan," kata Ellis.
"Dia adalah titik berlabuh dan akan dirindukan. Namun Charles akan tahu apa yang harus dilakukan," imbuh dia.
National Converner Australians for Constitutional Monarchy, Profesor David Flint, mengatakan bahwa Charles akan menjadi raja yang orang-orang inginkan. Ia sosok yang bermartabat, berniat baik, tertarik akan pelayanan, dan memiliki selera humor baik.
"Ada jajak pendapat yang mengatakan bahwa anaknya (William) lebih terkenal, tapi saya rasa Charles akan diterima," ujar Flint.
"Mungkin ia telah mengecewakan beberapa orang atas opini pribadinya tentang arsitektur dan pemanasan global, namun saya rasa ia tak akan melanjutkan opini tersebut saat dirinya menjabat sebagai raja," jelas dia.
Sejumlah skandal yang menimpa Charles saat dirinya masih menjadi suami Diana, mungkin masih membayang-bayangi citra sang putra mahkota.
Bahkan setelah kematian Diana, orang-orang masih membayangkan sosok Diana sebagai ratu.
Namun James Ellis mengatakan, seiring berjalannya waktu dan citra Charles telah "melunak". Camilla juga akan diterima dan karyanya dalam beberapa hal akan diakui.
Sebuah buku baru, Prince Charles: The Passions and Paradoxes of an Improbable Life, mengungkap bahwa Pangeran Philip memaksa Charles untuk menikahi Diana. Hal itu disebabkan karena cinta sejatinya, Camilla, sudah tak perawan.
Camilla kemudian menikah dengan Andrew Parker Bowles pada 1973. Namun ia kemudian menjalin hubungan kembali dengan Charles pada akhir 1970-an.
Hubungan keduanya mulai terungkap jelas saat Charles bercerai dengan Diana pada 1996.
Charles dan Camilla akhirnya menikah pada 2005, setelah banyak pihak "memaafkan" Camilla.
"Dia bukan Putri Diana atau Kate Middleton, tapi dia telah membuat prestasi dalam perannya dan ada kehangatan yang ia pancarkan," ujar Ellis.
Camilla telah meningkatkan kesadaran soal pemerkosaan dan pelecehan seksual. Ia berbicara mengenai hal tersebut dengan sejumlah korban di Inggris dan seluruh dunia.
Camilla yang gemar membaca, juga giat melakukan kampanye melek huruf. "Saya sangat percaya pada pentingnya memicu ketertarikan membaca pada generasi berikutnya," ujar dia.
Bidang lain yang menjadi sorotannya mencakup kesejahteraan hewan, kemiskinan, dan tunawisma.
Flint mengatakan, keluarga kerjaan secara keseluruhan tumbuh di dalam "rasa melayani, rasa keikhlasan", dan hal itu akan meluas ke raja baru. Ellis pun yakin orang-orang akan menerima Charles dengan hangat. Juga Camilla.