Liputan6.com, Bogota - Hujan intens yang mengguyur Mocoa, Ibu Kota Provinsi Putumayo, Kolombia, yang berpenduduk sekitar 40.000 jiwa memicu terjadinya longsor dan banjir bandang. Setidaknya 154 orang dilaporkan tewas akibat bencana yang terjadi tengah malam waktu setempat.
Associated Press, Minggu, (2/4/2017) melaporkan, hujan lebat menyebabkan tiga sungai meluap. Air berlumpur dengan cepat membanjiri jalan-jalan kota, merendam pemukiman, serta menyeret kendaraan.
Baca Juga
Banyak warga dikabarkan tidak memiliki cukup waktu untuk menyelamatkan diri. Palang Merah lokal menyebut, 400 orang terluka, sementara 220 lainnya dinyatakan hilang.
Advertisement
Presiden Juan Manuel Santos telah mengumumkan keadaan darurat dan memperingatkan bahwa korban tewas kemungkinan akan meningkat.
"Kami tidak dapat memprediksikan akan berapa jumlahnya. Kami masih terus mencari tahu," ujar Presiden Santos saat mengunjungi wilayah yang terkena bencana.
Lebih lanjut, Presiden Santos menjelaskan dari 200 orang yang terluka, 22 di antaranya menderita luka serius. Beberapa di antaranya diterbangkan ke rumah sakit di kota-kota terdekat.
Sejumlah saksi mengatakan, merasakan bangunan rumah mereka bergetar dan meski alarm berbunyi, namun tidak terdengar ke seluruh wilayah kota.
Palang Merah menyebut, akan mendirikan unit khusus di Mocoa untuk membantu warga yang kehilangan kerabat mereka.
"Situasi kacau, ada banyak orang hilang," ujar Oscar Forero, juru bicara Palang Merah Kolombia.
Longsor diserta banjir juga merendam pembangkit listrik dan merusak jaringan air di kota itu.
Presiden Santos mengklaim, longsor dan banjir dipicu oleh perubahan iklim di mana akumulasi curah hujan pada malam kejadian disebut nyaris setengah dari jumlah curah hujan Mocoa pada bulan Maret.
Seiring dengan masuknya musim hujan, ia mengimbau pihak terkait untuk meningkatkan kewaspadaan demi mencegah tragedi serupa.
Herman Granados, ahli anestesi di rumah sakit setempat menerangkan, pihaknya tidak memiliki cukup darah untuk menangani kondisi darurat. Ia menambahkan, sejumlah pekerja rumah sakit tetap bertugas meski beberapa di antara mereka kehilangan kerabatnya.
"Di bawah lumpur, saya yakin ada lebih banyak lagi korban tewas," kata Granados.