Sukses

Militer Sudan Selatan Dituding Bantai Warga Sipil

Militer Sudan Selatan melakukan serangan ke kota perbatasan untuk mencari narapidana yang berhasil melarikan diri.

Liputan6.com, Juba - Lebih dari 3000 warga Sudan Selatan kabur ke Uganda. Mereka melarikan diri usai militer negara tersebut (SPLA), menyerang kota perbatasan Pajok.

Seorang saksi mata menyebut serangan tersebut dilakukan dengan membabi buta. Diduga, sampai menelan korban pria, perempuan dan anak-anak.

"Bila kamu lari, kamu kena tembak, jika tertangkap kamu dibunuh," sebut seorang warga yang berhasil kabur Lokang Jacky seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (4/4/2017).

Pengakuan lainnya disampaikan seorang misionaris di Pajok bernama Mondaa. Dia menyebut keadaan sangat mencekam dan mengerikan.

"Sekarang kota sudah benar-benar kosong, mereka menangkap semua orang dan membunuhnya," ucap Mondaa.

Sampai sekarang pemerintah Sudan Selatan belum mau memberikan keterangan soal serangan tersebut. Motif penyerangan tersebut pun masih samar.

Namun, diduga kuat serangan dilakukan untuk memburu narapidana yang dilepaskan pemberontak loyalis eks Wakil Presiden Riek Machar.

Dicurigai mereka tak hanya ada di Pajok, namun juga di Kajo-Keji.

Pemerintah Sudan Selatan pada akhir Maret lalu menyatakan, para narapidana melarikan diri usai pemberontak menyerang penjara di negara itu.

Sudan Selatan, meraih kemerdekaan pada 2011. Namun, negara termuda ini sampai sekarang jatuh ke dalam krisis keamanan berkepanjangan.

Penyebabnya adalah perseteruan antar Presiden Salva Kiir dan Machar. Akibat perselihan itu, masalah di Sudan Selatan merembet ke persoalan etnis dan perang saudara.

Sudah jutaan orang yang mengungsi akibat peperangan. Selain itu, Sudan Selatan juga dihadapkan pada masalah kelaparan dan kemerosotan ekonomi.