Liputan6.com, Beijing - Seorang insinyur di China, Zheng Jiajia (31) menyerah atas kehidupan asmaranya. Ia pun mengambil langkah mengejutkan, menikahi robot buatannya sendiri.
Seperti yang dilansir Qianjiang Evening News dan dikutip The Guardian, Selasa, (4/4/2017), seorang teman Zheng menjelaskan pria itu merasa gagal menemukan pasangan hidupnya.
Baca Juga
Zheng dikabarkan mulai bosan dengan pertanyaan dan tekanan keluarganya untuk segera menikah. Jadilah ia berpaling pada robot yang dibangunnya tahun lalu.
Advertisement
Setelah berkencan selama dua bulan dengan robot yang diberi nama Yingying tersebut, Zheng pun memutuskan untuk menikahinya. Berpakaian serba hitam, upacara pernikahan keduanya di Hangzhou timur dihadiri oleh ibu Zheng dan teman-temannya.
Meski pernikahan Zheng dan Yingying tidak diakui secara resmi oleh otoritas setempat, namun pengantin perempuan didandani dengan sehelai kain berwarna merah yang menutup wajahnya -- sesuai dengan tradisi setempat.
Tiongkok dikabarkan memiliki salah satu tingkat kesenjangan gender terburuk di dunia, terutama menyangkut dengan aborsi berdasarkan jenis kelamin setelah dikenalkannya kebijakan satu anak di negara itu. Kebijakan kontroversial yang dimulai sejak tahun 1978 itu berakhir pada tahun 2015.
Menurut data terbaru yang dilansir World Economic Forum, setidaknya ada 113 laki-laki bagi setiap 100 perempuan di China. Kesenjangan gender ini ditambah pula dengan perubahan pandangan terhadap pernikahan di kalangan kelas menengah, di mana artinya, banyak pria akan kesulitan menemukan pasangan.
Saat ini, robot Yingying hanya memiliki kemampuan untuk membaca tulisan China dan mengucap beberapa kata sederhana. Namun Zheng berencana untuk meningkatkan kapabilitas sang istri hingga ia dapat berjalan dan melakukan pekerjaan rumah tangga.
Sementara, sebelum di-upgrade, Zheng masih harus menggendong istrinya yang berbobot 30 kilogram.
Reaksi pun bermunculan terkait dengan pernikahan Zheng dan Yingying. Tidak sedikit pengguna media sosial yang menuduhnya sekadar ingin mencari popularitas.
Kisah tentang robot yang menggantikan manusia lazim di Tiongkok, terutama di sejumlah restoran. Bagaimanapun, kinerja mesin buatan tersebut jarang dapat memuaskan.
Zheng sempat bekerja di Huawei, produsen ponsel pintar, sebelum akhirnya ia memutuskan berhenti untuk fokus pada startup kecerdasan buatan.