Liputan6.com, Riyadh - Perdana Menteri Inggris Theresa May nekat melanggar aturan ketat busana untuk perempuan saat berkunjung ke Arab Saudi. Alih-alih berkerudung, May tetap pada rencana semula, yaitu gaya dia sehari-hari sebagai PM.
PM May tiba di Riyadh untuk bertemu dengan putra mahkota dan pejabat kerajaan penting lainnya tanpa memakai penutup kepala. Namun, ada alasan di balik tindakannya. May ingin memberikan pesan kepada perempuan di Arab Saudi.
Baca Juga
Cek Fakta: Tidak Benar Video Cristiano Ronaldo Nonton Langsung di Stadion Laga Arab Saudi Vs Timnas Indonesia
Terinspirasi Suporter Jepang, Fans Timnas Indonesia Bersihkan Sampah di GBK Usai Laga Lawan Arab Saudi
Top 3 Berita Bola: Shin Tae-yong Ungkap Strategi Timnas Indonesia Bisa Kalahkan Arab Saudi
Dikutip dari The Independent, Rabu (5/5/2017), May ingin menjadi contoh bagi kaum perempuan yang terpinggirkan di Arab Saudi.
Advertisement
May mengikuti langkah politikus perempuan lainnya yang menolak memakai kerudung, seperti Hillary Clinton dan Michelle Obama. Keduanya menolak untuk mengikuti peraturan busana bagi perempuan, termasuk penutup kepala.
Arab Saudi memberlakukan aturan baju konservatif di tempat umum bagi perempuan di mana mereka harus mengenakan baju terusan panjang dan menutup rambutnya. Selain itu, kaum hawa wajib ditemani muhrimnya saat berada di tempat umum.
Perempuan Arab Saudi juga dilarang untuk mengendarai mobil. Meski demikian, larangan-larangan tersebut kerap dilanggar oleh tamu asing.
PM May sebelumnya telah mengatakan ia berharap menjadi inspirasi bagi kaum perempuan yang tertekan di Arab Saudi. Ia ingin memperlihatkan kepada warga di sana 'bahwa perempuan pun bisa melakukan sesuatu yang penting'.
PM May yang mengunjungi Arab Saudi pada Selasa, 4 April 2017 mengatakan langkah untuk menolak tunduk pada peraturan adalah, "Saya berharap perempuan (Arab Saudi) bisa memegang posisi penting di mana pun."
"Ini penting bagi saya sebagai pemimpin perempuan dan pemimpin Inggris untuk menjaga hubungan yang penting bagi kita sebagai negara, untuk keamanan dan perdagangan di masa depan," kata May.
"Tapi saya juga berharap orang melihat saya sebagai pemimpin perempuan, bahwa perempuan juga bisa berprestasi dan bagaimana seorang perempuan bisa memiliki posisi penting dalam negaranya."