Liputan6.com, Singapura City - Dua kasus infeksi virus Zika terbaru dilaporkan terjadi di Singapura, yakni di Flower Road dan Hendry Close. Informasi itu disampaikan oleh National Environment Agency (NEA) atau Badan Nasional Lingkungan Hidup pada Kamis, 6 April 2017.
Dilansir dari Channel News Asia, Jumat (7/4/2017), lokasi pengidap zika itu berdekatan dengan korban pertama di Singapura tahun ini di Simon Place di Hougang, yang dilaporkan Rabu, 5 April lalu.
Baca Juga
"Kedua kasus baru ini dialami penduduk di daerah tersebut," kata NEA. Mereka menambahkan, operasi untuk mengendalikan populasi nyamuk sedang dilakukan.
Advertisement
Selain itu, NEA juga mendesak warga sekitar untuk waspada terhadap nyamuk dan tanda-tanda terinfeksi virus Zika.
"Umumnya kebanyakan orang yang terinfeksi Zika tidak mengembangkan gejala, sehingga mempertinggi risiko bangkitnya virus yang kemungkinan memerlukan waktu sebelum terdeteksi," jelas NEA.
Badan tersebut juga mengimbau masyarakat Singapura untuk segera mencari bantuan medis jika merasa tak enak badan, terutama dengan gejala seperti demam dan ruam.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Singapura dan NEA mengungkapkan total ada 151 kasus infeksi lokal Zika hingga Kamis, 1 September 2016.
Jika selama ini kasus hanya terpusat di area Aljunied dan Bedok, tiga kasus terbaru berada di luar wilayah tersebut. Yakni dari Upper Thomson, Yishun Street, dan 81 Simei seperti dikutip laman Channel News Asia pada 2 September 2016.
Penyebaran Virus Zika
Sepanjang 2016, virus Zika menjadi salah satu fokus para ilmuwan dunia. Berbagai penelitian untuk lebih memahami, mendeteksi, melacak, dan mencegah penyebaran virus masih terus dilakukan. Virus Zika pun dianggap lebih mematikan dibanding Ebola dan SARS, yang sebelumnya menjadi sorotan dunia.
Lebih dari 70 negara di dunia dilanda kasus virus Zika. Zika adalah virus yang menular secara seksual lewat nyamuk Aedes aegypti. Penyebaran virus Zika juga mempengaruhi kehamilan. Kelahiran bayi berisiko cacat. Perjalanan virus Zika muncul di kawasan Amerika Tengah dan Amerika Selatan, terutama Brasil sejak 2014.
Ahli epidemiologi kemudian menganalisis penyebaran Zika pada awal Maret 2016. Peneliti di National Center for Atmospheric Research menganalisis data sosioekonomi dan pola cuaca, yang disukai nyamuk Aedes aegypti.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperhitungkan, virus Zika bisa menyebar lebih jauh ke utara, khususnya ke kawasan Asia dan Afrika.
Sebanyak 2,6 miliar orang di Asia dan Afrika berisiko terkena virus Zika. Penyebaran virus Zika di Asia akan merambah Tiongkok, Jepang, Australia, sebagian besar negara-negara Asia Tenggara (termasuk Indonesia) dan kepulauan Pasifik. Bahkan kasus Zika di Singapura sudah mencapai 151 kasus, dari data yang diambil 1 September 2016.
Di Indonesia ternyata kasus Zika sudah ditemukan sejak tahun 1980-an di Klaten, Jawa Tengah. Hal ini menurut Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Subandrio W Kusumo. Berbeda dengan gejala Zika pada umumnya, kasus Zika di Klaten sampai tahun 2015 tidak menunjukkan gejala Zika seperti yang melanda Amerika Tengah dan Brasil.
Amin mengungkapkan, kasus Zika di Indonesia tidak ditemukan adanya keterkaitan mikrosefalai dan gangguan saraf. Meskipun tidak ditemukan gejala serupa seperti Zika di Amerika dan Brasil, Kementerian Kesehatan melakukan antisipasi dengan mengeluarkan Health Alert Card.