Sukses

Strategi Mahasiswa RI di Belanda Hadapi Bonus Demografi 2030

Lonjakan usia produktif atau lebih dikenal dengan bonus demografi tidak dilihat sebagai beban melainkan peluang.

Liputan6.com, Jakarta - Pada 2030 Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi yaitu populasi usia produktif lebih banyak dibanding non-produktif.

Berkaitan dengan isu tersebut, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda menggagas forum diskusi "bonus demografi 2030 berkah atau beban?" di kantor KBRI Den Haag.

Acara tersebut digelar pula untuk memeriahkan perayaan hari studi di Belanda atau Stuned Day.

Dalam kesempatan tersebut Duta Besar Indonesia untuk Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja mengatakan, untuk menghadapi bonus demografi, pelajar Indonesia khususnya di Belanda selama masa studi harus memanfaatkan secara maksimal kualitas dan fasilitas pendidikan yang ada.

Hal tersebut penting. Agar nantinya, para alumni tersebut bisa mengambil keuntungan dari bonus demografi itu.

"Bukan saja kualitas dan fasilitas pendidikan, tetapi juga kesempatan mengembangkan jejaring internasional," kata Puja dalam keterangan melalui keterangan pers Nuffic Nesso kepada Liputan6.com.

Senada dengan Puja, Wakil Pemerintah Belanda yang datang ke acara tersebut, Peter Portman, mengatakan, hubungan antar masyarakat kedua negara juga penting sebagai salah satu pilar kesuksesan para mahasiswa Indonesia. Terutama dalam menghadapi bonus demografi itu.

Menambahkan pernyataan Puja dan Portman, pelajar Indonesia di Belanda Elda Luciana Pardede mengatakan, bonus demografi sebenarnya bukan beban. Melainkan peluang yang bisa dimanfaatkan.

Fakta tersebut pun disadari penerima beasiswa Stuned di Belanda lainnya, Andy Aryawan. Ia menjelaskan, agar bonus demografi tak jadi beban maka harus ada pembenahan yang dilakukan oleh pemangku kepentingan termasuk pemerintah.

"Pembenahan kebijakan di sektor investasi, pendidikan, birokrasi, dan transfer of knowledge (harus) dilakukan jika kita ingin bonus demografi benar-benar terealisasi," pungkasnya.