Liputan6.com, Kairo - Ledakan bom terjadi di dua gereja Mesir berbeda, ketika jemaat tengah memperingati Minggu Palma. Kedua insiden yang diklaim oleh ISIS itu menewaskan sedikitnya 37 jiwa dan melukai sekitar 100 orang.
Ledakan pertama terjadi di Gereja Saint George di kota Tanta di delta Sungai Nil. Jumlah korban tewas terakhir dilaporkan 26 jiwa dan melukai lebih dari 70 orang.
Baca Juga
Kemudian, melansir dari ABC News, Minggu (9/4/2017), ledakan lain menghantam Katedral Saint Mark di kota pesisir Alexandria, bangunan bersejarah umat Kristen di Mesir. Insiden ini menelan 11 korban jiwa dan melukai 35 orang.
Advertisement
Teror terjadi setelah Paus Tawadros II selesai memimpin doa.
Menurut orang terdekatnya, pemimpin Gereja Koptik Mesir itu berhasil lolos tanpa cedera.
ISIS mengaku sebagai dalang serangan melalui Aamaq, setelah baru-baru ini memperingatkan bahwa mereka akan meningkatkan serangan terhadap umat Kristen di Mesir.
Ledakan ini terjadi pada awal Pekan Suci menjelang Paskah, dan hanya beberapa minggu sebelum Paus Fransiskuks mengunjungi negara terpadat di dunia Arab.
CBC TV kemudian menunjukkan rekaman dari dalam gereja di Tanta, di mana sejumlah besar orang berkumpul di sekitar korban tewas dan jenazah yang bersimbah darah ditutupi dengan helaian kertas. Wakil Menteri Kesehatan wilayah itu, Mohammed Sharshar telah mengonfirmasi jumlah korban jiwa tersebut.
Paus Fransiskus mengecam pengeboman tersebut, Pemimpin Takhta Suci Vatikan itu juga sudah menyampaikan "belasungkawa mendalam untuk saudara saya, Paus Tawadros II, gereja Koptik dan semua bangsa Mesir yang saya sayangi."
Insiden itu terjadi ketika Paus Fransiskus tengah berdoa di Minggu Palma di Lapangan Santo Petrus.
Grand Sheikh Ahmed el-Tayeb, kepala Al-Azhar Mesir -- pusat pembelajaran Islam Sunni terkemuka  -- juga mengutuk serangan itu, menyebut para pelakunya "teroris keji yang menargetkan kehidupan orang-orang tak berdosa."
Baik Israel dan Hamas juga mengutuk pengeboman itu.
Insiden bom di gereja Mesir ini menambah kekhawatiran bahwa ekstremis yang melawan pasukan keamanan di Semenanjung Sinai kini menargetkan warga sipil.