Sukses

Rusia dan Iran Peringatkan Serangan Balasan Jika AS...

Pusat operasi komando gabungan sekutu Suriah mengeluarkan peringatan yang ditujukan kepada Amerika Serikat.

Liputan6.com, Damaskus - Sebuah pernyataan yang dirilis oleh pusat operasi komando gabungan sekutu Suriah -- mencakup Rusia dan Iran -- memperingatkan Amerika Serikat, mereka tak sungkan merespons dengan kekuatan jika terjadi serangan lebih lanjut.

Mengacu pada pertahanan rezim Presiden Bashar al-Assad, kelompok itu juga memperingatkan bahwa mereka akan mendukung Suriah dan rakyatnya dengan segala cara yang dimiliki.

"Amerika Serikat melampaui batas dengan menyerang Suriah. Mulai sekarang kami akan merespons siapa pun, termasuk AS, jika menyerang Suriah. Amerika tahu persis kemampuan kami untuk merespons mereka dengan baik dan kami akan membalas tanpa mempertimbangkan setiap reaksi dan konsekuensi," demikian pernyataan kelompok tersebut seperti dilansir Abc News, Senin, (10/4/2017).

Pernyataan itu tidak merinci persis tindakan yang disebut melampaui batas atau respons seperti apa yang akan dilancarkan. Namun satu yang ditegaskan koalisi Iran dan Rusia bahwa mereka akan mengupayakan "pembebasan" Suriah dari penjajahan.

"Yakinlah bahwa kami akan membebaskan Suriah dari segala jenis pasukan pendudukan, tidak peduli dari mana mereka datang...Rusia dan Iran tidak akan membiarkan Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara adidaya di dunia," sebut pernyataan itu.

Selain itu, dalam pernyataan tersebut disampaikan pula bahwa sekutu Suriah mengikuti dengan saksama pergerakan dan keberadaan pasukan AS di utara Suriah dan barat laut Irak. Menurut mereka, militer AS tersebut akan menjadi pasukan pendudukan.

Rusia dan Iran telah mendukung rezim Assad dalam enam tahun terakhir, sepanjang perang saudara berlangsung di negara itu. Kebalikannya, Barat mendukung kelompok pemberontak yang menginginkan kejatuhan pemerintah.

Serangan rudal Tomahawk AS ke Suriah yang dilakukan pada Jumat, 7 April lalu merupakan balasan atas serangan senjata kimia yang diduga dilakukan rezim Assad di Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib. Lebih dari 70 orang tewas, termasuk di antaranya anak-anak.

Sebelumnya, anggota Komite Intelijen Kongres asal Partai Demokrat Adam Schiff mengatakan, Rusia terlibat dalam serangan kimia di Suriah.

"Mereka benar-benar terlibat. Intelijen Rusia mungkin tidak sebaik kita (AS), tapi mereka cukup baik untuk tahu bahwa Suriah memiliki senjata kimia, menggunakan senjata kimia," terang Schiff.

Dugaan keterlibatan Rusia dalam serangan kimia di Idlib juga mencuat dalam wawancara dengan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson. Namun Tillerson mengatakan ia belum melihat bukti kuat campur tangan Rusia baik dalam perencanaan atau saat melancakan serangan.

Menlu Tillerson lebih lanjut mengungkapkan, dalam pertemuannya dengan Menlu Rusia, Sergey Lavrov, yang dijadwalkan akan berlangsung pekan ini, ia akan mendesak Moskow untuk memastikan rezim Assad menyingkirkan senjata kimia.