Liputan6.com, San Pedro de Atacama - Ilmuwan telah menangkap gambar dramatis yang memperlihatkan tabrakan antara dua bintang muda di konstelasi Orion. Ledakan tersebut diperkirakan terjadi 500 tahun lalu dan mengirimkan pita berupa debu dan gas di angkasa luar.
Para peneliti mengatakan, tabrakan tersebut menghasilkan energi yang Matahari hasilkan selama lebih dari 10 juta tahun.
Baca Juga
Ledakan besar di angkasa luar sebagian besar diasosiasikan dengan supernova, yang biasanya terjadi saat bintang raksasa dan tua mengakhiri masa hidupnya.
Advertisement
Namun foto terbaru tersebut, memperlihatkan bahwa ledakan terjadi di awal hidup bintang -- bintang lahir ketika awan gas raksasa mulai runtuh oleh gravitasinya sendiri.
Dalam jarak 1.500 tahun cahaya dari Bumi, sejumlah bintang yang sangat muda mulai terbentuk di wilayah yang disebut Orion Molecular Cloud 1, (OMC-1).
Gravitasi menarik bintang-bintang dan membuatnya berjarak sangat dekat dan meningkatkan kecepatannya. Dua dari bintang baru itu kemudian bertabrakan dan memicu ledakan kuat yang melemparkan gas dan puing-puing debu ke angkasa luar dengan kecepatan lebih dari 150 km per detik.
Sebenarnya ledakan tersebut pertama kali terdeteksi pada 2009. Saat ini dengan menggunakan Atacama Large Millimeter/submillimetre Array (Alma) di Chile utara, para astronom mampu melihat tabrakan tersebut dalam resolusi tinggi.
"Apa yang kita lihat di tempat pembibitan bintang ini adalah versi kosmik kembang api 4 Juli (Hari Kemerdekaan AS), dengan pita raksasa meroket ke segala arah," ujar pemimpin peneliti Profesor John Bally dari University of Colorado, seperti dikutip dari BBC, Senin (10/4/2017).
Tim tersebut telah menemukan rincian baru tentang struktur pita yang makin panjang dalam ledakan selama hampir satu tahun cahaya itu. Anggota tim mempelajari tenaga distribusi dan gerak dengan kecepatan tinggi dari gas karbon monoksida di dalam jalur gas besar.
Hal tersebut juga membantu pemahaman mereka tentang proses kelahiran bintang.
"Meski pun sekejap, ledakan bintang mungkin relatif umum terjadi, namun dengan menghancurkan awan induk mereka, seperti yang kita lihat di OMC-1, ledakan tersebut juga dapat membantu mengatur laju pembentukan bintang di awan molekular raksasa ini," ujar Bally.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa ledakan seperti ini yang paling berkemungkinan memiliki usia singkat, dengan sisa-sisa puing yang terlihat hanya bertahan selama beberapa abad.
"Orang paling sering mengasosiasikan ledakan bintang dengan bintang kuno, seperti erupsi nova pada permukaan bintang yang telah menua atau kematian bintang raksasa yang diakhiri dengan supernova," kata Bally.
"Alma telah memberi kita wawasan baru terhadap ledakan dalam siklus hidup bintang yang lain," imbuh dia.
Detail peristiwa menakjubkan itu telah dipublikasi di Astrophysical Journal.