Sukses

6 Ancaman Maut di Balik Senjata Kimia Pemusnah Manusia

Senjata kimia banyak digunakan dalam Perang Dunia I walaupun keberadaan senjata itu sudah ada jauh sebelumnya.

Liputan6.com, Jakarta - Suara dentuman kerasa mengawali insiden mengerikan di Suriah Selasa 4 April 2017. Area di Khan Sheikhoun, Idlib diselimuti asap tebal berwarna putih-kekuningan.

Itu bukan asap biasa. Diduga kuat merupakan efek senjata kimia beracun berbentuk gas. Mereka yang terpapar dan menghirupnya bakal merasakan derita: kehilangan keseimbangan, mata terasa perih, lubang hidungnya berair, dan mulut berbusa.

Gas mematikan itu membunuh 70 orang, 10 diantaranya anak-anak, dan puluhan korban luka.

Muncul dugaan militer Presiden Bashar al-Assad sebagai dalang serangan -- meski belakangan hak tersebut dibantah mentah-mentah pihak Damaskus.

Benar tidaknya klaim tersebut, kondisi itu mengundang serangan rudal dari kapal perang Amerika Serikat ke pangkalan udara Suriah yang dianggap menjadi lokasi asal pesawat-pesawat terbang pembawa senjata kimia.

Banyak yang belum mengetahui tentang senjata kimia ataupun cara kerjanya, meski kita semua menyadari kerusakan yang disebabkannya. Dikutip dari Therichest.com pada Kamis (13/4/2017), riwayat senjata kimia telah dimulai bahkan sebelum Perang Dunia I.

Senjata kimia adalah perangkat yang menggunakan zat kimia untuk menciptaan penderitaan, sakit, dan kematian pada orang, sedangkan senjata biologi menggunakan kuman untuk menebarkan penyakit.

Senjata kimia banyak digunakan dalam Perang Dunia I walaupun keberadaan senjata itu sudah ada jauh sebelumnya.

Dalam Perang Dunia I, senjata itu dipakai untuk membunuh, mencederai, dan meruntuhkan moral musuh.

Bahayanya, senjata kima tidak bisa memilih-milih sehingga pelaku dan sasarannya bisa sama-sama terdampak. Walaupun dikembangkan perangkat untuk menghadapinya, korban senjata kimia Perang Dunia I mencapai sekitara 1,2 juta orang. Sekitar 90 ribu orang meninggal karenanya.

Pemakaian senjata kimia dalam Perang Dunia II benar-benar melonjak, termasuk penggunaan gas sarin untuk pertama kalinya (dan baru ketahuan belasan tahun kemudian).

Jepang adalah satu-satunya pengguna zat kimia pada masa itu. Hitler punya banyak cadangan senjata kimia, tapi tidak sampai menggunakannya di medan perang, tapi marak menggunakan hidrogen sianida dalam kamp-kamp.

Setelah perang, banyak senjata kimia dibuang ke laut dan sekarang menghantui Eropa karena senjata kimia itu merembes ke badan air di lautan.

Berikut ini adalah 6 fakta mengerikan tentang senjata kimia:

2 dari 7 halaman

1. Zat Kimia Menjadi Senjata

Ada banyak sekali zat kimia yang berpotensi menjadi senjata. Ini jelas fakta yang mengerikan.

Zat kimia terbagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan apa yang bisa diakibatkannya. Misalnya, sarin dan siklosarin adalah pelumpuh syaraf yang mengganggu seluruh sistem syaraf walaupun berbau seperti buah.

Lalu ada lagi agen pembakar seperti sulfur dan fosgene oksimin yang lebih bertujuan mengganggu kenyamanan, bukan langsung membunuh, walaupun tetap mematikan juga seperti senjata lainnya. Senjata jenis itu membakar kulit, paru, organ-organ pembuat darah, dan bahkan mata.

Kemudian ada jenis pencekik seperti klorin yang menyerang jejaring paru-paru sehingga korban tidak mungkin bernafas.

Zat pencekik itulah yang bertanggungjawab atas 80 persen kematian akibat senjata kimia selama Perang Dunia I.

3 dari 7 halaman

2. Dosis Mematikan Zat VX

Mengingat bahaya zat VX, masih ada pertanyaan mengapa sisa zat tersebut tidak membekas di beberapa orang lain di dekat Kim Jong-nam. (Sumber sc-ems.com)

VX adalah pelumpuh syaraf yang jarang benar-benar diketahui orang karena dampaknya sering tersamar. Dampak gas mustard bisa langsung terlihat setelah paparan, tapi dampak VX seperti tersamar. Itulah sebabnya substansi itu jauh lebih berbahaya.

VX merusak kelenjar-kelenjar dan otot-otot dengan cara menghalangi enzim tertentu yang menenangkan kelenjar-kelenjar dan otot-otot tersebut. Tanpa enzim itu, otot menjadi kejang-kejang tak terkendali.

Selain otot, organ yang mengatur pernafasanpun ikut kejang-kejang hingga korban meninggal dunia.

Yang lebih mengerikan, hanya perlu sekitar 10 miligram VX untuk membawa maut. Itu adalah dosis yang amat kecil. Tergantung dosisnya, korban akan mati beberapa menit hingga beberapa jam setelah paparan.

Karena VX sedemikian berbahaya, militer beberapa negara mendapatkan obat anti kejang yang langung disuntikan saat terjadi paparan.

Kim Jong-nam, kakak tiri penguasa Korea Utara Kim Jong-un diduga kuat dihabisi dengan zat tersebut saat berada di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia.

4 dari 7 halaman

3. Gas Sarin

Sarin adalah cairan tak berwarna dan tak berbau yang dipandang sebagai senjata pemusnah massal karena kekuatannya sebagai pelumpuh syaraf. Senjata itu telah dilarang sejak persetujuan Komisi Senjata Kimia 1993.

Gas Sarin dapat membunuh hanya dalam beberapa menit, bahkan 1 menit pun bisa fatal. Jika masih menyintas setelah paparan, korban pun hidup dengan syaraf yang rusak.

Di sisi lain, sarin secara relatif lebih mudah dideteksi dan tidak bisa disimpan terlalu lama. Tapi, setelah paparan, pakaian seseorang masih menebarkan gas sarin selama 30 menit. Padahal, kematian korban hanya dalam beberapa menit dan gas itu pun sempat menyebar.

Gas sarin memilki kemungkinan membunuh 26 kali lebih mungkin daripada sianida dan 543 kali lebih mungkin daripada klorin.

5 dari 7 halaman

4. Gas Mustard

Gas mustard atau mustard sulfur bisa dikatakan sebagai zat paling menghancurkan di planet ini.

Gas itulah yang memenuhi parit-parit pertahanan Perang Dunia I sehingga membunuh jauh lebih banyak prajurit saat itu. Korban seperti dibakar dari dalam.

Para ilmuwan melakukan uji pada manusia untuk melihat dampak gas mustard. Ketika melihat keganasannya, terlihat reaksi tubuh korban bahkan pada paparan yang sangat sedikit.

Gas ini memang bukan yang paling sering dipakai dalam Perang Dunia I, tapi jelas amat mematikan sehingga penggunaannya mengundang banyak kecaman.

6 dari 7 halaman

5. Cadangan Senjata Kimia di Dunia

Orang sering tidak menyadari betapa banyaknya penimbunan senjata kimia hingga hadirnya Konvensi Senjata Kimia (Chemical Weapons Convention, CWC).

Pada 2000, dimulailah konvensi untuk memusnahkan 72.524 ton metrik agen kimia, 8,67 juta amunisi dan wadah kimia, serta 97 fasilitas produksi yang dideklarasikan kepada OPWC.

Semua amunisi kosong harus habis sebelum 2002. Menjelang 2007, keseluruhan 100 persen benda-benda tersebut harus habis. Tapi, hingga 16 Oktober 2016,baru 67.098 ton metrik agen kimia telah musnah (93 persen) dan lebih dari 57 persen amunisi kimia telah musnah.

Masalahnya, pemusnahan cadangan senjata kimia bukan berarti senjata kimia tidak benar-benar digunakan seperti penggunaannya baru-baru ini di Khan Shaykin, Suriah, yang menewaskan setidaknya 74 orang dan mencederai setidaknya 557 orang karena penggunaan gas yang diduga sarin.

7 dari 7 halaman

6. Konvensi untuk Melindungi Warga Dunia

Korban Senjata Kimia Suriah. (AP).

Hanya 98 persen populasi dunia yang hidup dalam wilayah-wilayah dan negara-negara dalam CWC. Ada 3 negara yang masih harus melakuan ratifikasi, setelah Israel melakukannya baru belakangan ini.

Setiap negara yang telah menandatangani dan meratifikasi perjanjian melakukannya satu demi satu dalam rentang beberapa dekade, termasuk yang baru saja melakukannya, yaitu Myanmar dan Angola.

Tiga negara yang belum melakukan ratifikasi CWC adalah Mesir, Korea Utara, dan Sudan Selatan. Suriah berjanji melakukannya pada 2013 dan akan segera menerapkannya tanpa waktu tunggu selama 30 hari.

Pertanyaannya, apakah konvensi akan menjamin korban tak jatuh gara-gara senjata kimia beracun?Â