Sukses

15 April 1969, Tanggal Keramat Korut Tembak Jatuh Pesawat AS

Tahun 1969 tanggal 15 April, satu tembakan dari jet tempur Korut, pesawat pengintai AS hancur lebur. Menewaskan 30 pelaut dan 1 marinir.

Liputan6.com, Seoul - Merapatnya sejumlah kapal perang AS ke Semenanjung Korea membuat Korut geram. Pyongyang mengatakan, langkah itu merupakan aksi mengerikan yang berkonsekuensi berbahaya bagi dunia.

Jika sejarah menjadi hal yang patut dijadikan pedoman, ada suatu masa di mana AS seharusnya khawatir jika Korut marah atas aksi yang dilakukannya.

Tanggal 15 April adalah perayaan hari ulang tahun Kim Il-sung, diktator pendiri negara itu dan kakek dari Kim Jong-un.

Semenjak saat itu, 15 April adalah hari penting bagi Korea Utara. Tak hanya kelahiran sang pendiri negara, tapi momen di mana 'kesombongan AS' dilibas oleh Korea Utara.

Pada tahun 1969 tanggal 15 April, hanya satu tembakan dari jet tempur Korut, pesawat pengintai AS hancur lebur. Menewaskan 30 pelaut dan satu marinir. Ini adalah kekalahan AS terbesar di masa Perang Dingin.

Akankah sejarah akan terulang? Jawabannya bisa ya atau tidak.

Apalagi baru-baru ini dilaporkan Kim Jong-un mempersiapkan gorong-gorong untuk menyiapkan nuklir. Menurut sejumlah analis dari AS, Korut disebut-sebut akan menabuh genderang perang pada tanggal keramat 15 April.

Dikutip dari News.com.au, pada Kamis (13/4/2017) tampaknya AS melupakan 15 April sebagai tanggal keramat. Insiden itu kini terlupakan, bahwa Korut pernah mengalahkan Amerika Serikat hanya dengan satu tembakan.

Saat itu, Presiden Richard Nixon nyaris kehilangan kontrol dengan memerintahkan untuk menyerang Korut dengan nuklir.

Sebaliknya, Korut tak pernah minta maaf atas aksi mereka.

Korut Nyaris Dibom

Analisis mantan intel AS mengatakan, serangan 1969 merupakan hal yang direncanakan telah lama oleh Korea Utara.

Sebelum penembakan itu, Semenanjung Korea jadi medan tempur dalam Perang Korea --- antara pihak Utara dan Selatan.

Masih segar dalam ingatan pada Januari 1968, kapal mata-mata AS, USS Pueblo dirampas oleh Korut. Satu militer AS tewas saat itu dan 86 tentara ditahan selama satu tahun.

Setelah mereka dibebaskan, pada Selasa pagi di Bulan April, pesawat mata-mata US Lockhead EC-121 terbang dari pangkalan di timur Jepang. Mereka menuju barat pantai Korea Utara.

Menganggap bahwa rute mereka berada di atas perairan internasional, kru AS berharap mereka aman.

Namun, menurut Richad Mobley, mantan intel angkatan laut AS yang menganalisis penemmbakan EC-121, Korut telah mempersiapkan penembakan itu telah lama.

"Mereka telah mengobservasi rute EC-121 sejak lama. Mereka melihat pesawat itu berjalan pelan, mengintai Korut," kata Mobley.

Saat itu, Pyongyang menjustifikasi serangan itu mengatakan AS telah memprovokasi wilayah udara negaranya.

George Carver, anggota CIA ahli Vietman mengatakan, "Nixon saat itu sangat marah dan nyaris memerintahkan serangan nuklir."

Sementara itu, Bruce Charles, pilot jet tempur yang berbasis di Korsel tengah bersiap menunggu perintah. Namun, pada 2010, kepada National Republik Radio, Bruce berkisah tegangnya situasi saat itu.

"Saat saya ke atasan, ia menatakan EC-121 telah ditembak dan saya diminta bersiap menyerang balas," kata Bruce.

Bom yang dipersiapkan Bruce adalah 20 kali lebih besar dari Hiroshima. Namun, serangan balasan itu tak pernah terjadi.

Di Washington DC, National Security Adviser atau Penasihat Keamanan Nasional Henry Kissinger dilaporkan merayu Nixon untuk tidak menyerang. Hal itu ia katakan agar perang tak menyebar.

Banyak orang yang memuji Nixon karena mampu menahan emosi. Semenjak saat itu tak ada lagi pesawat mata-mata AS yang ditembak.

"Bahaya akan perang meluas lebih dipertimbangkan apalagi alasan perang karena menghukum lawan," kata Dan Sneider dari Standford University.

Sementara itu menurut Sneider, 15 April menjadi momok bagi AS maupun Korea Utara.

Dan pada Sabtu besok, sekali lagi Korea Utara akan merayakan hari lahir Kim Il-sung...

Video Terkini