Liputan6.com, Jakarta - Tanggal 15 April 1912 tercatat sebagai momen terakhir kapal mewah RMS Titanic mengarungi lautan. Bahtera itu tenggelam di Lautan Atlantik setelah menabrak gunung es pada malam sebelumnya.
Titanic karam pada pelayaran perdananya. Kapal itu memulai pelayarannya pada April 1912 menuju New York, Amerika Serikat. Baru empat hari ia beroperasi.
Gunung es merobek kompartemen kedap air di sepanjang lambung Titanic. Hanya dalam beberapa jam kemudian, bahtera tersebut karam di Laut Atlantik. Lebih dari 1.500 penumpang dan awak kapal tewas.
Advertisement
Kisah RMS Titanic masih memesona banyak orang di seluruh dunia. Tragedi yang terjadi dalam skala besar membuat orang tak puas dengan penjelasan yang yang beredar. Oleh sebab itulah muncul sejumlah teori konspirasi terkait peristiwa itu.
Berikut 4 di antaranya yang Liputan6.com kutip dari berbagai sumber, Kamis (13/4/2017):
1. Kutukan Mumi
Tak hanya teori konspirasi yang bermunculan memaparkan penyebab tenggelamnya Titanic, tapi juga terkait dengan hal mistis. Kapal itu diduga korban sebuah 'kutukan'.
Konon di antara kargo yang diangkut bahtera tersebut, terdapat sebuah mumi berjuluk 'The Unlucky Mummy', yang punya reputasi mengerikan: sebagai pembawa sial.
Mumi Mesir Kuno tersebut dikabarkan disimpan dalam sebuah peti batu atau sarkofagus. Ia disegel dengan kutukan-kutukan mengerikan -- yang membuat Titanic, sekaligus gunung es yang ditabraknya ke akhir yang tragis.
Jasad yang diawetkan tersebut diduga adalah seorang putri dari Kerajaan Mesir Kuno yang bernama Amen-Ra. Ia diduga tewas misterius pada tahun 1.500 sebelum Masehi.
Kisah tersebut dikabarkan di sejumlah media pasca-tenggelamnya Titanic. Disebut-sebut, mumi tersebut disimpan ruang bawah tanah rahasia di British Museum.
Hanya replikanya yang dipajang. Hal itu dilakukan demi melindungi para staf dan pengunjung.
Kemudian, seorang ahli Mesir Kuno dari Amerika Serikat menemukan bahwa peti batu yang dipajang di museum Inggris itu palsu belaka. Maka, ia membujuk pihak museum agar artefak itu bisa ia beli untuk dibawa ke Amerika Serikat.
Setelah itu, peti batu tersebut dibungkus sedemikian rupa hingga tak ada yang menyadari apa gerangan yang ada di dalamnya dan diangkut dalam kargo Titanic.
"Bungkusan berisi mumi tersebut harus diangkut ke dalam kapal diam-diam, karena bentuknya yang mirip peti mati," demikian kutipan yang dimuat koran kuno Milwaukee Journal pada 10 Mei 1914. "Akhirnya kami selamat darinya...Keesokan harinya mumi tersebut akan meninggalkan Inggris dengan menaiki kapal uap Titanic."
Benarkah demikian?
Ini faktanya: pada 1985, Charles Haas, presiden Titanic Historical Society mendapatkan akses ke manifes dan diagram kargo Titanic.
Meski kapal tersebut mengangkut barang-barang tak biasa seperti bulu-bulu unggas, topi bulu binatang, jaringan sel, suku cadang, kulit, bulu kelinci, karet, jaring rambut, dan perangkat pendingin -- tak ada petunjuk ada keberadaan mumi di sana.
Juga perlu diperhatikan, Amen-Ra bukan merujuk pada tempat, melainkan nama dewa Mesir Kuno.
Apalagi, faktanya, 'Unlucky Mummy' hanyalah penutup peti mati, ia sama sekali tak berisi mumi. Lagipula, artefak tersebut tak pernah meninggalkan British Museum hingga saat ini.Â
Advertisement
2. Pesan 'Setan' di Lambung Titanic
Beberapa orang rupanya melihat keberadaan Titanic sebagai simbol pembangkangan terhadap Tuhan.
Setelah kapal tersebut karam, rumor mulai menyebar di seluruh Irlandia dan Amerika Serikat bahwa "pesan anti-Katolik" tersembunyi di nomor lambung kapal, yakni 360604.
Jika ditulis di atas kertas dan dilihat dari sebuah cermin, angka tersebut dapat dibaca sebagai NO POPE--tidak ada Paus. Banyak yang mengklaim bahwa nomor lambung setan itu adalah penyebab tenggelamnya kapal tersebut.
Namun mitos tersebut runtuh seketika hanya dengan satu fakta sederhana: nomor lambung kapal Titanic bukanlah 360604, melainkan 401.
Selain itu, sejumlah rumor menyebut bahwa Titanic mengalami celaka karena tak melakukan prosesi memecahkan botol sampanye ke badan kapal, seperti yang biasa dilakukan kapal lain.
Namun, perusahaan perkapalan White Star Line yang mengoperasikan Titanic tak pernah melakukan prosesi tersebut karena tidak meyakini kepercayaan itu.
Dilansir dari thefw.com, dalam film A Night to Remember yang bercerita tentang karamnya Titanic, adegan awal memperlihatkan bahwa kapal nahas itu sempat menjalani prosesi pemecahan botol sampanye. Namun, nasib buruk tetap saja menimpanya.
3. Kapten Titanic Jelang Pensiun
Kapten Edward J. Smith mungkin ikut andil dalam kecelakaan Titanic pada Minggu malam 14 April 1912. Musibah itu merenggut lebih dari 1.500 nyawa pria, wanita, dan anak-anak.
Struktur komando yang ia pimpin gagal mengelak dari gunung es dan tak melambatkan laju kapalnya ketika bongkahan beku itu dilaporkan berada di jalur pelayarannya.
Namun, pilihannya untuk tetap tinggal di dalam kapal yang oleng dan nyaris tenggelam di lautan Atlantik membuat namanya dikenang sebagai pahlawan. Sejarah mencatat kematiannya yang heroik.
Â
Beredar rumor bahwa kapten kapal berencana untuk menggunakan pelayaran perdananya di Titanic sebagai akhir kariernya atau pensiun.
Memang benar bahwa Kapten Edward J Smith berada di ujung kariernya.
Tapi sebenarnya tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa pelayaran perdana Titanic dimaksudkan menjadi yang terakhir.
Advertisement
4. Dek Kelas Tiga Dikunci
Kapal Titanic yang megah dan konon tak bisa tenggelam memiliki 3 bagian kelas penumpang. Tak hanya berdasarkan harga tiket, jumlah kekayaan dan kelas sosial jadi faktor penentu utama.
Kelas pertama ditempati mereka yang tajir: kaum darah biru, pengusaha, politisi, petinggi militer, industrialis, bankir, artis ternama, sosialita, dan para atlet profesional -- yang menikmati fasilitas mewah termasuk restoran kelas atas dan kabin setara suite hotel berbintang.
Kelas dua ditempati kelas menengah. Ada dosen, penulis, pendeta, dan wisatawan. Sementara, kelas geladak disesaki para imigran yang hendak mengadu nasib ke Amerika Serikat atau Kanada.
Penumpang kelas tiga tidak diperlakukan semewah kelas satu, tetapi kondisi mereka masih lebih baik daripada penumpang kelas tiga di kapal lain pada masa itu. Mereka ditempatkan di kabin tidur berkapasitas dua dan sepuluh orang, dengan 164 kamar terbuka tambahan untuk para pemuda di G Deck.
Kala itu, UU Imigrasi mengatur secara ketat bahwa kapal dibagi dengan kelas untuk mencegah penyebaran penyakit.Â
Saat Titanic menabrak gunung es dan karam. Konon kabarnya penumpang di kelas tiga dikunci agar lebih banyak penumpang kelas satu dan dua yang diselamatkan.
Faktanya, dari sekitar 700 penumpang kelas tiga, hanya sekitar 180 yang diselamatkan.Â
Namun, soal dugaan konspirasi untuk membiarkan mereka tewas, sama sekali tak benar.Â
Kala itu, para penumpang, bahkan awak kapal tak menyadari keseriusan situasi. Mereka mengira pasti bakal selamat. Keyakinan yang salah itu lah yang membuat mereka tak segera mengevakuasi diri.
Ditambah lagi, ada kesulitan untuk menavigasi kapal yang bentuknya mirip labirin, hambatan bahasa, dan pengaturan yang buruk adalah penyebab utama hilangnya banyak nyawa di kabin kelas tiga.Â
Â