Sukses

RI Bakal Pindah Ibu Kota? Simak Pelajaran dari 6 Negara Ini

Indonesia tengah mengkaji wacana pemindahan ibu kota, dari Jakarta ke Palangkaraya. Efektif atau bakal gagal?

Liputan6.com, Jakarta - Wacana pemindahan ibu kota, Indonesia dari Jakarta ke Palangkaraya terus menyeruak. Bahkan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas), tengah mengkaji rencana ini.

Menteri/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan, kajian teknis mengenai pemindahan ibu kota segera dilakukan.

"Yang akan dikaji adalah urgensinya, termasuk kebutuhan menyeimbangkan perekonomian yang sangat terpusat di Jawa dan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi)," katanya saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (7/4/2017).

Ia menambahkan pemindahan ibu kota sebenarnya bukan ide baru. Sudah ada sedari era pemerintahan Presiden Soekarno.

"Wacana (pemindahan ibu kota) dari sejak Bung Karno," ujar dia.

Indonesia pun jika jadi memindahkan ibu kota, akan menngikuti langkah dari beberapa negara lain.

Namun, tidak semua kebijakan pemindahan ibu kota berakhir manis. Ada pula negara yang harus menerima kenyataan bahwa keputusan tersebut salah langkah.

Ibu kota yang digadang-gadang jadi metropolitan baru bahkan kosong melompong mirip 'kota hantu'. 

Berikut pengalaman 8 negara memindahkan ibu kota yang dirangkum Liputan6.com dari sejumlah sumber.

 

2 dari 7 halaman

1. Nigeria

Ibukota Nigeria Abuja (AFP/STEFAN HEUNIS)

Dahulunya, ibukota Nigeria terletak di Lagos. Namun, pada 1991 pemerintah negara dengan ekonomi terbesar di Afrika ini memutuskan memindahkan pusat pemerintahannya, ke Abuja.

Posisi Abuja cukup jauh dari Lagos. Jaraknya sampai 482 kilometer dari arah Timur Laut ibukota lama itu.

Pemindahan ini relatif berbuah manis. Permasalahan yang menimpa Nigeria seperti kepadatan penduduk yang hanya terjadi di Lagos serta pemerataan ekonomi satu per satu mulai bisa diselesaikan Nigeria.

 

3 dari 7 halaman

2. Myanmar

Ibukota Myanmar Naypyidaw (AP/David Longstreath)

Pemindahan ibukota Myanmar, dari Yangoon ke Naypyidaw disebut-sebut sebagai peristiwa paling unik dalam sejarah.

Keputusan yang diambil pada November 2005 ini didasari keputusan pemimpin junta militer Jenderal Than Shwe. Tak ada penjelasan sama sekali mengapa ibu kota harus pindah.

Banyak yang menuduh perpindahan itu adalah gagasan egois Jenderal Than Shwe. Dugaan yang paling nyeleneh dan dinilai tak masuk logika, pemindahan dikarenakan ramalan dari dunia mistik yang membuat Than ketakutan.

Ramalan itu menyebutkan bahwa kekuasaan Sang Jenderal tinggal sejengkal. Bintangnya segera meredup dan nyaris padam pada April 2006.

"Ramalan itu mengatakan pemerintah akan jatuh Bulan April," kata salah satu mantan jurnalis Myanmar, seperti dimuat Boston Globe, 1 Januari 2006.

Saat pertama kali ibukota dipindahkan, para pegawai negeri dan militer Myanmar, itu bak tinggal di pengungsian. Menetap di bangunan yang belum rampung, tanpa air bersih dan listrik seperti di kota Yangoon.

Hidup serba susah, kurang gizi, di tengah hutan pula, membuat mereka jadi sasaran empuk serdadu hutan Myanmar yang amat berbahaya: nyamuk malaria. Banyak yang menyerah, tapi tak kuasa kabur dari kota itu.

Seperti dikutip dari Guardian, situasi pada 2016 lalu tak banyak berubah. 

Naypyidaw punya fasilitas relatif lengkap: jalan tol lebar, tempat main golf, kebun binatang yang dilengkapi AC untuk para penguin, akses Wi-Fi cepat, dan aliran listrik yang lantar tanpa byarpet.

Yang tak dipunya kota itu hanya satu: penduduk yang dinamis. Dengan luas 4.800 km persegi atau empat kali ukuran Kota New York, Naypyidaw relatif kosong.

Data resmi menyebut, penduduk di sana mencapai 1 juta jiwa. Namun, banyak yang meragukannya.

Pada Minggu siang, jalanan sunyi, restoran dan lobi hotel nyaris kosong.

4 dari 7 halaman

3. Brasil

Ibukota Brasil Brasilia (Foto:AFP)

Pada 1960, Presiden Brasil saat itu, Juscelino Kubitschek membuat keputuan besar. Ibu kota dipindah dari Rio de Janeiro ke Brasilia.

Alasan utama pemindahan itu untuk mengembangkan wilayah pedesaan yang terbelakang, menstimulasi pembangunan pertanian, penyebaran penduduk dan pendapatan.

Pada masa awal, pemerintah begitu susah memindahkan organ-organ pemerintahan.

Tahun 2010 lalu, Brasilia memperingati 50 tahun sejarahnya menjadi ibu kota. Meski memiliki sejumlah bangunan yang spektakuler yang mendapat pengakuan UNESCO -- sejak dinobatkan sebagai pusat pemerintahan -- Brasilia bagai kota 'tanpa jiwa'.

Beredar lelucon di kalangan pendatang, baik dari Brasil maupun luar negeri. Kata mereka, "Hiburan terbaik yang ada di Brasilia adalah bandaranya." Terutama ketika mereka meninggalkan kota itu.

5 dari 7 halaman

4. Tanzania

Ibukota Tanzania Dar es Salaam (AFP)

Negara yang terletak di Afrika ini ibukotanya sempat berlokasi di Dodoma. Walau kota utama, nyatanya kehidupan di Dodoma jalan di tempat tidak ada perkembangan berarti yang terjadi.

Yang riuh dan meriah justru kota Dar es Salaam. Kota tersebut jauhnya 450 kilometer dari Dodoma.

Keputusan pemindahan akhirnya diambil pada era 1970-an. Tapi sampai sekarang, transisi masih belum sepenuhnya dilakukan.

Majelis Nasional Tanzania tetap berada di Dodoma. Sementara seluruh kedutaan asing dan kantor pemerintah telah berada di Dar es Salaam.

6 dari 7 halaman

5. Kazakhstan

Ibukota Kazakhstan Astana

Kazakhstan merupakan satu negara yang paling muda di dunia. Ia berdiri setelah Uni Soviet runtuh pada awal 1990-an.

Awalnya, ibu kota Kazakhstan adalah Almaty. Namun, Desember 1997, mereka memidahnya ke bagian utara negara tersebut, tepatnya di Kota Astana.

Alasan yang diambil pemerintah adalah Almaty sudah tidak bisa dikembangkan lagi. Kota ini juga rentan terhadap gempa.

Selain itu, dasar lain yang jadi pertimbangan, Almaty letaknya sangat dekat dengan negara baru pecahan Uni Soviet lain.

Ditakutkan bila ada turbulensi politik di negara-negara tersebut maka bisa menular ke dalam Kazakhtsan.

Keputusan tersebut ternyata tepat. Sampai sekarang Kazakhstan merupakan negara sangat berkembang dan salah satu pusat ekonomi terbesar di kawasan Asia Tengah.

7 dari 7 halaman

6. Malaysia

Putrajaya Malaysia (foto: http://www.ppj.gov.my)

Tak bisa dipungkiri, sama seperti ibukota negara di Asia Tenggara lain, Kuala Lumpur harus berhadapan dengan masalah kemacetan dan kepadatan penduduk.

Pada 1999, Pemerintah Malaysia mengambil keputusan memindahkan pusat pemerintahan ke Putrajaya.

Putrajaya merupakan sebuah kota baru dan mandiri. Letaknya berada di Selatan Kuala Lumpur dan tak jauh dari sana.

Kantor Perdana Menteri dipindahkan ke Putrajaya. Namun, tidak demikian dengan Gedung Parlemen dan pusat perekonomian tetap berada di Kuala Lumpur.