Liputan6.com, Idlib - Selembar foto mampu menampilkan gambaran mengerikan Perang Suriah: kota yang luluh lantak, bangunan yang tinggal puing, asap ledakan, ceceran darah, korban yang kesakitan, juga jasad-jasad manusia yang tergeletak.Â
Masih segar dalam ingatan, pada 2015 lalu, tubuh tak bernyawa Alan Kurdi ditemukan tertelungkup di atas pasir di Turki.
Ia adalah salah satu korban kapal pengungsi yang karam saat mencoba mengarungi lautan Mediterania menghindari perang yang berkecamuk di Suriah.
Advertisement
Juga pada tahun lalu, ketika seorang fotografer mengambil foto Omran Daqneesh yang duduk di ambulans. Tubuhnya penuh darah dan debu ketika rumahnya di Aleppo di bom. Pandangan bocah itu yang nanar itu menerbitkan simpati mereka yang masih punya hati.
Dan, kali ini peristiwa nahas serupa kembali terjadi pada akhir pekan lalu. Saat itu, sebuah bom meledak di tengah konvoi pengungsi yang mencari tempat aman di Suriah. 126 orang tewas dalam insiden itu.
Dikutip dari CNN, Selasa (18/4/2017), saat peristiwa nahas itu terjadi, seorang fotografer sekaligus aktivis kemanusiaan Abd Alkader Habak tengah bekerja meliput evakuasi itu.
Ia menjadi saksi mata bagaimana bom meluluhlantakkan iring-iringan itu.
Alih-alih mengambil gambar mengerikan akibat bom itu, Habak memilih untuk menolong mereka yang terluka. Profesinya sebagai forografer tak lebih penting dari kesejatiannya sebagai manusia.Â
"Saat itu suasana begitu mengerikan, apalagi melihat anak-anak sekarat di depan mata," kata Habak kepada CNN.
"Jadi, aku dan temanku memutuskan untuk membantu dan mengesampingkan kamera kami, demi kemanusiaan," lanjutnya.
Anak pertama yang ia temui telah meninggal dunia. Pria berlari ke tempat lainnya. Seseorang berteriak kepadanya untuk jangan ke situ. Orang itu berteriak, memberi tahu bahwa anak yang ia coba selamatkan telah tewas.
Tapi rupanya tidak. Habak bisa melihat bocah laki-laki itu masih bernafas.
Habak lantas menggendong bocah malang itu dan berlari mencari tempat aman. "Anak itu memegang tanganku dan memandangku," kata Habak.
Sebuah gambar yang diambil oleh fotografer lainnya, Muhammad Alrageb, mengabadikan Habak yang berlari menuju ambulans. Ada bocah luka dalam gendongannya, sementara kamera tersandang di bahunya.Â
Alrageb mengatakan ia mencoba menolong yang terluka. Namun, akhirnya ia memutuskan untuk tetap mengambil gambar.
"Aku ingin merekam semuanya demi akuntabilitas di kemudian hari," kata Alrageb. "Dan aku bangga, ada jurnalis muda yang kuabadikan sedang menolong nyawa manusia," tambahnya.
Habak mengaku meninggalkan bocah yang terluka itu di ambulans. Anak itu mungkin baru berusia 6 atau 7 tahun. Ia tak tahu apakah anak itu selamat atau tidak.
Kemudian, Habak kembali ke lokasi bom dan menolong lainnya. Ia mencari korban bocah yang masih hidup. Sayangnya yang ia temukan telah tewas. Ada 68 anak meninggal dalam peristiwa itu.
Kelelahan berlari ke sana kemari membuat Habak lelah. Ia pun duduk terjatuh.
Seorang fotografer mengambil foto Habak yang nyaris tersungkur sambil menangis di dekat jasad anak lainnya.
"Aku sangat emosional... yang aku dan kolegaku di sini saksikan adalah sebuah kejahatan yang luar biasa terhadap kemanusiaan...," kata Habak, mengisahkan arti di balik air matanya yang tercurah.Â