Liputan6.com, Caracas - Setidaknya dua orang ditembak tewas saat warga Venezuela berunjuk rasa terhadap pemerintahan Presiden Nicolas Maduro. Dua korban tersebut adalah seorang remaja di Caracas dan seorang perempuan di San Cristobal, dekat perbatasan Kolombia.
Sekitar 10.000 orang turun ke jalan untuk menuntut pemilihan presiden baru dan membebaskan politikus oposisi yang dipenjara. Sementara itu Presiden Maduro menuduh pihak oposisi telah menyerang polisi dan menjarah pertokoan.
Meski dikenal sebagai negara dengan cadangan minyak terbesar, dalam beberapa tahun terakhir Venezuela telah mengalami inflansi tinggi, kejahatan yang merajalela, dan kekurangan pasokan makanan.
Advertisement
Protes yang terjadi di seluruh negeri diperkirakan menjadi yang terbesar dalam tiga tahun. Hal tersebut memberi Presiden Maduro tekanan ekstra untuk bernegosiasi dengan oposisi dan menemukan cara dalam meringankan krisis ekonomi negara.
Dikutip dari BBC, Kamis (20/4/2017), Demonstran anti-pemerintah telah menggambarkan protes tersebut sebagai 'hari kemerdekaan kedua' bagi Venezuela.
Pengunjung rasa mendesak agar pemilu segera dilaksanakan karena menilai negara tersebut berada di ambang kehancuran. Menurut IMF, inflasi di Venezuela diperkirakan mencapai 700 persen pada tahun ini.
Krisis terakhir dipicu oleh keputusan Mahkamah Agung pada bulan lalu yang secara resmi mengambil alih kekuasaan dari parlemen yang dikuasai oposisi.
Mahkamah Agung membatalkan keputusannya setelah tiga hari, namun hal tersebut sudah terlalu terlambat untuk mencegah gelombang protes baru.
Dalam beberapa minggu terakhir, Venezuela tengah menghadapi bentrokan antara demonstran dan polisi. Kematian dua warga itu menambah jumlah pengunjuk rasa yang tewas dalam serangakaian demo menjadi tujuh orang.