Sukses

Mimpi Ahmadinejad untuk Kembali Memimpin Iran Kandas

Dengan tersingkirnya Ahmadinejad, panggung pilpres akan menjadi pertarungan sengit bagi tiga kandidat capres, Rouhani, Raisi, dan Ghalibaf.

Liputan6.com, Teheran - Mantan presiden garis keras Iran Mahmoud Ahmadinejad didiskualifikasi dari bursa pencalonan presiden Iran 2017. Hal ini diketahui dari daftar akhir kandidat yang disetujui otoritas berwenang.

Seperti dilansir The Guardian, Jumat (21/4/2017) Kementerian Dalam Negeri Iran mengatakan, Dewan Wali -- lembaga negara beranggotakan 12 ahli hukum dan ulama berpengaruh -- hanya menyetujui enam politisi untuk maju mencalonkan diri, termasuk di antaranya petahana Hassan Rouhani.

Ulama konservatif berpengaruh yang juga orang dekat Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran, Ebrahim Raisi, Wali Kota Teheran Mohammad-Bagher Ghalibaf, Wakil Presiden Pertama Eshaq Jahangiri, dan dua politisi lainnya Mostafa Agha Mirsalim dan Mostafa Hashemi-Taba merupakan mereka yang pencalonannya disetujui oleh Dewan Wali.

Dengan dicoretnya nama Ahmadinejad, maka panggung pilpres disebut-sebut akan menjadi pertarungan sengit antara tiga kandidat capres, yakni calon petahana Rouhani, Raisi, dan Ghalibaf.

Masuknya Raisi dalam bursa pencapresan pada awal bulan ini telah mengancam posisi Rouhani yang sebelumnya dinilai akan menang dengan mudah. Sosok Raisi sendiri santer digadang-gadang akan menggantikan Khamenei.

Pekan lalu lalu, Ahmadinejad mengejutkan para pengamat melalui pendaftarannya sebagai kandidat capres. Padahal Khamenei telah menyarankannya untuk "tidak turun gunung."

Ahmadinejad dikabarkan merahasiakan niatnya untuk maju dalam pilpres dengan mengatakan, ia datang ke tempat pendaftaran hanya untuk mendampingi mantan wakilnya Hamid Baghaei mendaftarkan diri.

Sementara Baghaei mendaftar, Ahmadinejad tiba-tiba saja mengeluarkan identitasnya dan menyatakan akan melakukan registrasi.

Ahmadinejad yang merupakan mantan wali kota Teheran memimpin Iran selama dua periode berturut-turut. Ia meninggalkan negara itu dalam ketidakpastian di tengah sanksi internasional terkait program nuklir Iran.

Di dalam negeri sendiri, Ahmadinejad masih memiliki basis massa, terutama di kalangan konservatif.

Para pengamat mengatakan, Ahmadinejad dan lingkaran dekatnya kemungkinan mengincar momentum setelah periode Khamenei berakhir. Diskualifikasi yang dialaminya dinilai dapat membantu meningkatkan kredibilitas di antara konstituen yang mengkritik pemerintah Iran.

Dengan diskualifikasi ini, Ahmadinejad bergabung dalam daftar panjang mantan presiden Iran yang "diasingkan" dari panggung politik.

Mohammad Khatami, mantan presiden yang mendukung Rouhani dalam pilpres 2013 dibatasi tampil di berbagai pemberitaan. Media dilarang memuat kutipan atau gambarnya, meski belakangan aturan tersebut dikabarkan melunak.

Adapun mantan presiden Ali Akbar Hashemi Rafsanjani yang meninggal pada awal tahun ini diblok untuk mencalonkan diri dalam pilpres tahun 2013. Sementara itu, Abolhassan Banisadr, presiden revolusioner Iran pertama saat ini hidup di pengasingan.

"Mendiskualifikasi kandidat adalah ilegal. Jika Ahmadinejad melakukan sebuah kejahatan, mengapa ia tidak diadili?," ungkap pemilik akun Twitter @sahartwitt menanggapi diskualifikasi Ahmadinejad.