Sukses

13 Pengunjuk Rasa Tewas di Demo Besar Anti-Pemerintah Venezuela

Dalam beberapa tahun terakhir, Venezuela telah mengalami inflansi tinggi, kejahatan yang merajalela, dan kekurangan pasokan makanan.

Liputan6.com, Caracas - Kondisi Venezuela semakin mencekam. Demonstrasi yang berlangsung terus menelan korban jiwa.

Dalam demonstrasi di Ibu Kota Caracas pada Sabtu, 22 April 2017, 13 orang dilaporkan terbunuh. Sebelumnya, unjuk rasa di jalanan kota tersebut berlangsung damai dan kondusif.

Dari keterangan Kementerian Komunikasi [Venezuela]( 2927928 ""), sembilan orang tewas tersengat listrik di depan sebuah toko roti di Caracas. Insiden tersebut terjadi ketika kericuhan sedang berlangsung.

Tiga lagi tewas tertembak. Sementara seorang demonstran lain penyebab kematiannya masih belum terungkap. Demikian dilansir dari CNN, Kamis (22/4/2017).

Selain korban tewas, terdapat pula enam orang luka-luka. Mereka terluka akibat tembakan yang diduga dilepaskan aparat keamanan Venezuela.

Akibat kerusuhan besar ini, beberapa toko di Caracas mengalami kerusakan parah. Bahkan, dua kios minuman beralkohol dijarah massa.

Meski dikenal sebagai negara dengan cadangan minyak terbesar, dalam beberapa tahun terakhir Venezuela telah mengalami inflansi tinggi, kejahatan yang merajalela, dan kekurangan pasokan makanan.

Protes yang terjadi di seluruh negeri diperkirakan menjadi yang terbesar dalam tiga tahun. Hal tersebut memberi Presiden Maduro tekanan ekstra, untuk bernegosiasi dengan oposisi dan menemukan cara dalam meringankan krisis ekonomi negara.

Demonstran anti-pemerintah telah menggambarkan protes tersebut sebagai 'hari kemerdekaan kedua' bagi Venezuela.

Pengunjuk rasa mendesak agar pemilu segera dilaksanakan karena menilai negara tersebut berada di ambang kehancuran. Menurut IMF, inflasi di Venezuela diperkirakan mencapai 700 persen pada tahun ini.

Krisis terakhir dipicu oleh keputusan Mahkamah Agung pada bulan lalu, yang secara resmi mengambil alih kekuasaan dari parlemen yang dikuasai oposisi.

Mahkamah Agung membatalkan keputusannya setelah tiga hari, namun hal tersebut sudah terlalu terlambat untuk mencegah gelombang protes baru.

Video Terkini