Liputan6.com, Mindanao - Pasukan keamanan Filipina membunuh sekitar 36 militan terkait ISIS dalam serangan udara dan darat selama tiga hari di sebuah pulau di selatan negara itu. Seorang jenderal angkatan darat menyebutkan markas pemberontak juga direbut dalam operasi tersebut.
Pasukan keamanan di Filipina yang sebagian besar umat Kristiani telah memerangi pemberontak separatis selama beberapa dekade. Dalam beberapa tahun terakhir, upaya perdamaian telah menyebabkan berkurangnya bentrokan dengan kelompok utama. Namun, faksi kecil justru meningkatkan serangan.
Baca Juga
Bentrokan terkini di Pulau Mindanao terjadi pada Jumat, 21 April, ketika tentara menemukan sebuah markas milik faksi Maute dijaga oleh sekitar 150 anggota.
"Kami merebut basis utama mereka," ujar Brigadir Jenderal Roland Bautista, seorang komandan divisi militer dikutip dari Asian Correspondent, Selasa (25/4/2017).
Advertisement
"Pasukan pemerintah menggunakan tembakan artileri dan gempuran udara untuk menyerang markas militan tersebut dan meminimalisasikan korban jiwa," ujar Bautista. "Hanya tiga tentara pemerintah yang terluka".
Seorang juru bicara faksi militan tidak bersedia memberikan komentar.
Bautista mengatakan bahwa militan Faute yang masih hidup telah berpisah menjadi kelompok-kelompok kecil dan melarikan diri.
Faksi tersebut tersebut diketahui merupakan pengikut ISIS. Kelompok itu dituduh melakukan serangan bom, termasuk satu di kampung halaman Presiden Rodrigo Duterte di Davao City, pada September yang menewaskan 14 orang.
Bautista mengatakan bahwa tentara mencurigai ada militan dari negara tetangga, Indonesia, dan Malaysia. Sebab, paspor Indonesia ditemukan bersama dengan senjata dan bahan peledak di markas.