Liputan6.com, Washington, DC - Anggota senat Partai Demokrat mengkritik sebuah postingan blog di website Kedutaan Besar Amerika Serikat di London. Tulisan itu 'mempromosikan' kelab pribadi mewah Donald Trump Mar-a-Lago yang berada di Florida.
Blog itu dimuat pada 5 April namun dihapus pada Senin 23 April. Tulisannya berkisah tengang sejarah mansion berkamar 114 itu. Mar-a-Lago kerap disebut rumah musim dingin Gedung Putih.
Dikutip dari BBC, Rabu (26/4/2017), anggota senat Nancy Pelosi dan Ryon Wyden menuduh kementerian luar negeri mempromosikan kelab pribadi Trump.
Advertisement
Dalam Twitternya, Pelosi menulis: "kenapa Kemlu AS mempromosikan kelab privat @realDonaldTrump? #Trump100Days."
Sementara itu, Senator Wyden, dari Oregon, menulis: "Ya, saya penasaran @StateDept Mengapa wajib pajak $$ mempromosikan klub pribadi Presiden?"
Juru bicara departemen luar negeri Mark Toner mengaku ia tidak mengetahui adanya postingan itu, saat isu tersebut yang diajukan oleh media pada hari Senin, CNN melaporkan.
Posting blog mengatakan bahwa "Mar-a-Lago, estat Presiden Trump di Florida, telah dikenal sejak presiden sering bepergian ke sana untuk bekerja atau menjadi tuan rumah bagi para pemimpin asing".
Trump telah menjadi tuan rumah Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di resor tersebut.
Postingan tersebut juga menyatakan bahwa Trump "bukanlah presiden pertama yang memiliki akses ke Mar-a-Lago Florida, tapi dia adalah orang pertama yang menggunakannya."
"Dengan mengunjungi 'Gedung Putih musim dingin ini', Trump terlambat memenuhi impian pemilik dan perancang asli Mar-a-Lago."
Sejak menjabat, presiden telah menghabiskan tujuh akhir pekan di Mar-a-Lago, yang ia beli pada tahun 1985 dan berubah menjadi klub pribadi.
Kunjungannya telah menyebabkan kekhawatiran akan biaya dan pencampuran bisnis dengan politik.
Klub tersebut telah menaikkan biaya keanggotaan dari US$ 100.000 menjadi $ US$ 200.000 setelah pemilihan Trump.
Sejak pelantikan Trump, kelompok-kelompok Demokrat dan pengawas etika telah memantau apakah ada potensi konflik kepentingan yang dapat menguntungkan kepentingan bisnisnya saat dia menjabat.
Pada bulan Desember, Trump mengumumkan bahwa ia berencana untuk menutup yayasan amal, meskipun penyelidikan terhadap praktiknya masih berlanjut.