Liputan6.com, Moscow - Pemerintah Rusia menuduh tim sukses kandidat presiden pada Pilpres Pranics 2017, Emmanuel Macron, bertindak diskriminatif terhadap media Rusia.
Tuduhan itu dilontarkan pemerintah Rusia kepada tim kampanye Macron pada Kamis, 28 April 2017, setelah mereka melarang kantor berita Rusia, Sputnik dan Russia Today TV, untuk meliput kegiatan kampanye Macron.
Baca Juga
Larangan itu disampaikan oleh juru bicara tim kampanye Macron. Sang jubir menjelaskan, kedua media itu merupakan penyebar berita propaganda dan berita palsu.
Advertisement
Macron juga menuding kedua kantor berita tersebut kerap menjadi sasaran pencurian informasi yang didalangi oleh orang dari dalam Rusia.
Sang capres pun curiga bahwa Rusia berencana untuk menyabotase proses kampanyenya dan memenangi kubu lawan, Marine Le Pen.
"Mereka secara sistematis menyebarkan berita palsu dan informasi yang keliru. Itu merupakan sebuah masalah," ujar juru bicara tim kampanye Emmanuel Macron, seperti yang dikutip oleh The Guardian, Jumat (28/4/2017).
Rusia membantah tuduhan mencampuri pesta demokrasi di Prancis. Moskow juga mengaku sangat kecewa terhadap tindakan kubu Macron yang memberikan sanksi terhadap Sputnik dan Russia Today atas tuduhan dengan sengaja memengaruhi proses pemilu.Â
"Sebuah langkah yang mengecewakan. Sebuah larangan yang buruk, tindakan diskriminatif terhadap media Rusia. Apalagi, sikap itu datang dari negara dengan sejarah besar untuk isu kebebasan berpendapat", kata Maria Zakharova, Menteri Luar Negeri Rusia.
Pada kesempatan berbeda, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin sangat menyayangkan sikap kandidat presiden Emmanuel Macron.
"Sunggah sangat disayangkan. Apalagi itu datang dari seorang kandidat yang mengaku sebagai garda demokrasi di Prancis. Namun, tindakan yang ia lakukan tidak mencerminkan sebuah sikap yang demokratis," kritik Galuzin terhadap Macron saat konferensi pers di Jakarta, Jumat, 28 April 2017.