Liputan6.com, Berlin - Maskapai Jerman membatalkan aturan yang mengharuskan dua orang berada di dalam kokpit pesawat sepanjang penerbangan.
Aturan tersebut diberlakukan pasca-insiden horor kecelakaan Germanwings 4U9525 pada 2015 lalu.
Kecelakaan yang menewaskan 150 orang diduga kuat dipicu ulah kopilot Andreas Lubitz yang mengunci diri di dalam kokpit lalu menabrakkan pesawat ke Pegunungan Alpen, Prancis dengan kecepatan mencapai 700 km/jam.
Advertisement
Baca Juga
Para penyelidik kemudian menemukan, sang kopilot mengalami gangguan kejiwaan yang ia tutup-tutupi dari para koleganya.
Kala itu, sang kapten penerbang yang meninggalkan kursinya untuk ke toilet, tak kuasa merebut kendali.
Penghapusan aturan dilakukan Lufthansa, maskapai terbesar di Jerman -- yang juga menjadi perusahaan induk bagi perusahaan penerbangan termasuk Austrian Airlines, Swiss Airlines, dan Eurowings.
Pihak maskapai Eurowings -- yang bergabung (merger) dengan Germanwings -- mengatakan, kebijakan yang mewajibkan ada dua orang dalam kokpit selama penerbangan tak punya manfaat dalam hal keamanan.
Asosiasi maskapai penerbangan Jerman, BDL mengumumkan perubahan yang mulai diberlakukan pada 1 Juni 2017 itu di situsnya.
BDL mengatakan, pihak maskapai akan memberlakukan aturan keamanan kokpit sebelumnya.
Badan Keselamatan Penerbangan Eropa atau European Aviation Safety Agency, yang berada di balik perubahan aturan pasca-kecelakaan Germanwings, melonggarkan persyaratan pada tahun lalu, yang memungkinkan sebuah maskapai mengevaluasi kebutuhan keamanan mereka sendiri.
BDL mengatakan, pihak maskapai penerbangan telah melakukan evaluasi secara independen dan memutuskan bahwa aturan yang mewajibkan dua orang berada dalam kokpit tak memiliki manfaat. Justru lebih membahayakan.
"Aturan tersebut memicu pembukaan pintu kokpit yang lebih sering dan dapat dengan mudah diprediksi. Juga memperbanyak jumlah orang yang memiliki akses ke kokpit," demikian menurut BDL, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (29/4/2017).
Apalagi, menurut mereka, risiko kejadian serupa dengan kecelakaan Germanwings relatif sangat rendah. Sebaliknya, peluang terjadinya aksi kriminal dan terorisme malah jauh lebih tinggi.
Meski demikian, sejumlah maskapai di Eropa masih mempertahankan aturan yang dipicu horor Germanwings.
Detik-Detik Terakhir Germanwings
Perekam suara kokpit atau cockpit voice recorder (CVR) memberikan petunjuk mengenai saat-saat terakhir Germanwings 4U9525 -- yang menguatkan dugaan keterlibatan kopilot Andreas Lubitz.
Sejumlah media di Eropa juga mengaku, para reporternya menyaksikan video yang diklaim diambil dari seseorang di dalam kabin, sesaat sebelum pesawat yang terbang dari Barcelona itu celaka di Pegunungan Alpen, Prancis.
Harian Jerman, Bild dan majalah Prancis, Paris Match melaporkan video tersebut ditemukan dalam sebuah memory chip yang mungkin berasal dari telepon seluler penumpang ataupun awak.
"Perekam video tersebut ditemukan di antara puing-puing oleh sumber yang dekat dengan penyelidikan," Paris Match mengabarkan.
"Terdengar seruan, 'Ya Tuhan', dalam berbagai bahasa. Lalu, ada benturan logam, mungkin berasal dari pilot yang berusaha membuka pintu kokpit dengan benda berat. Suara teriakan makin intens jelang saat-saat terakhir, setelah terjadi guncangan yang luar biasa."
Rekaman berakhir saat pesawat terbang makin rendah menuju tebing.
Paris Match menambahkan, "Adegan dalam kabin terlihat kacau dan berguncang-guncang. Tak ada satu pun orang yang bisa diidentifikasi, akurasi video masih dipertanyakan."
Namun, Letnan Kolonel Jean-Marc Menichini, pejabat tinggi yang dilibatkan dalam evakuasi membantah ada rekaman dalam ponsel yang ditemukan penyelidik di lokasi kejadian.
Penguji ponsel, Dirk Lorenz mengatakan, ponsel tak mungkin selamat dalam kecelakaan semacam itu. "Namun, memory card lebih punya daya tahan. Bahkan jika ponsel pecah menjadi ribuan keping, memory card masih bisa bertahan."
Laporan soal video detik-detik terakhir Germanwings muncul setelah Lufthansa -- maskapai induknya -- mengungkap bahwa kopilot pernah menginformasikan pada pihaknya pada 2009 bahwa ia pernah menderita depresi parah.
Advertisement