Liputan6.com, London - Suasana petang menjelang malam di kawasan Soho London mendadak mencekam. Sebuah bom meledak di bar Admiral Duncan, tepat 18 tahun lalu, 30 April 1999. Akibatnya tiga orang tewas dan 30 lainnya terluka.
Seperti dimuat BBC, bom paku meledak sekitar pukul 18.30 waktu setempat di Jalan Old Compton Street depan bar, yang kerap menjadi tempat berkumpulnya kaum LGBT. Saat itu, sejumlah orang tengah asyik menenggak minuman keras.
Menurut saksi mata, Jason Everton, suara ledakan bom cukup dahsyat, membuat bangunan bar, termasuk kaca tempat minum itu hancur berkeping. Puing-puing bertebangan hingga ke jalan.
Advertisement
"Orang-orang berlarian dan berteriak histeris diselimuti kabut hitam asap ledakan bom," ungkap Jason yang baru saja keluar membeli sandwich di dekat bar.
Baca Juga
Saksi mata lain, Jean Pierre Trevor, saat itu sedang bekerja di kantor belakang bar. Dia sempat terpental sekitar 2 meter akibat guncangan bom. Ia bergegas keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi.
"Dan aku melihat seperti situasi perang. Orang-orang terbaring luka di jalan, ada juga yang berlarian. Ada yang terluka bakar parah dan aku mencoba menempelkan es ke kulit korban untuk penyelamatan darurat."
Andrea Dykes yang tengah hamil empat bulan tewas seketika. Sementara suaminya, Andres terluka parah. Sahabat Andrea, Nik Moore juga tewas.
Satu lagi teman si wanita hamil tersebut, John Light meninggal beberapa jam kemudian di rumah sakit.
Di tengah horor bom, polisi segera mengamankan dan menyisir lokasi untuk mengantisipasi adanya ledakan bom susulan. Dalam konferensi pers di markas kepolisian Scotland Yard, Komisioner Kepolisian London Sir Paul Condon mengecam keras aksi ini sebagai, "tercela dan pengecut!".
Dua minggu sebelumnya, 17 April 1999, bom paku juga meledak di bagian luar supermarket Iceland, Brixton di London Selatan. Sedikitnya 45 orang terluka, termasuk seorang bayi berusia 1 bulan.
Polisi menduga kuat kelompok ekstremis "White Wolves yang bertanggung jawab atas serangan bom ini. Pada akhirnya, polisi menangkap tersangka bernama David Copeland.
Ia mengaku sebagai seorang pendukung Nazi dan membenci kaum LGBT. Copeland divonis enam kali hukuman penjara seumur hidup.
Sejarah lain mencatat pada 30 April 2009, terjadi insiden percobaan pembunuhan terhadap Ratu Beatrix Belanda.
Tujuh orang tewas dan 17 lainnya cedera saat perayaan Hari Ratu di Apeldoorn, Belanda.