Liputan6.com, Kathmandu - Pendaki asal Swiss, Ueli Steck, tewas di Gunung Everest, demikian menurut keterangan kantor pariwisata Nepal.
Steck yang dikenal sebagai 'Swiss Machine', meninggal ketika melakukan aklimatisasi di gunung tanpa membawa oksigen dan mencoba rute baru. Aklimatisasi adalah penyesuaian fisiologis dengan iklim, lingkungan, kondisi, atau suasana baru.
Pria berusia 40 tahun itu telah memenangkan beberapa penghargaan dan dikenal karena dapat mendaki dengan cepat.
Advertisement
Pada 26 April 2017, Steck menulis dalam laman Facebook-nya bahwa ia memiliki hari yang pendek untuk mendaki dari basecamp ke ketinggian 7.000 meter dan kembali lagi. Ia meyakini bahwa cara paling efektif untuk terbiasa dengan ketinggian adalah dengan 'aklamatisasi aktif'.
Sebelumnya, Steck pernah mencapai puncak Gunung Everest tanpa oksigen pada 2012. Pada 2015, ia mendaki seluruh 82 puncak Alpen yang berada di atas ketinggian 4.000 meter dalam 62 hari.
Steck akhirnya kembali mendaki gunung tertinggi di dunia setelah empat tahun lalu berselisih dengan sherpa yang menyebabkan dia dilarang untuk mendaki Everest dan Lhotse.
Dikutip dari BBC, Minggu (30/4/2017), Steck juga menetapkan standar baru dalam mendaki Alpen. Ia memecahkan sejumlah rekor setelah berhasil mendaki dengan singkat dan cepat melalui rute klasik hanya seorang diri.
Steck dijuluki 'Swiss Machine' karena pendekatan metode pendakiannya yang luar biasa dan kemampuannya untuk terus mendaki bahkan setelah memaksakan dirinya pada batas ketahanan manusia.
Pada 2015, ia mendaki salah satu tebing paling terkenal di dunia, North Face of the Eiger, hanya dalam 2 jam 47 menit. Waktu tersebut mungkin tidak pernah terpikirkan oleh pelopor olahraga tersebut yang membutuhkan waktu berhari-hari untuk menyelesaikannya.