Liputan6.com, Jakarta - Pada 1 Mei 1961, Fidel Castro yang menjabat sebagai perdana menteri saat itu memproklamasikan Kuba sebagai negara sosialis. Ia sekaligus mengumumkan dihapusnya pemilu.
Ratusan ribu warga Kuba saat itu menghadiri parade May Day di Havana. Mereka memekik setuju saat Castro mengumumkan, "Revolusi tidak punya waktu untuk pemilu. Tidak ada pemerintahan yang lebih demokratis di Amerika Latin dibanding pemerintahan revolusioner."
Baca Juga
Castro yang mulai berkuasa pada Januari 1959 setelah berhasil menggulingkan diktator Fulgencio Batista, mengkritik ketakutan Amerika terhadap sebuah republik sosialis baru yang berada di dekat wilayahnya.
Advertisement
"Jika bapak Kennedy tidak suka sosialisme, kami tidak suka dengan imperialisme. Kami tidak suka dengan kapitalisme," ungkap Castro seperti dikutip dari BBC On This Day.
"Kami punya hak untuk mengeluh tentang rezim imperialis kapitalis yang berjarak 90 mil dari pantai kami sebagaimana ia (Kennedy) mengeluh tentang keberadaan sebuah rezim sosialis sejauh 90 mil dari pesisirnya," tegas pria kelahiran 13 Agustus 1926 tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, ia juga mengumumkan bahwa pendeta Katolik akan diusir dan semua sekolah Katolik swasta akan dinasionalisasi.
Rakyat Kuba memiliki alasan untuk merayakan May Day mengingat pada 17 hingga 19 April 1961, pasukan Castro berhasil menggagalkan upaya penyerangan terhadap negara tersebut yang dilakukan oleh orang-orang buangan Kuba yang didukung AS.
Setidaknya 1.300 orang mendarat di Teluk Babi, namun mereka dengan cepat dikalahkan. Insiden ini kelak dikenal dengan Invasi Teluk Babi.
Hari-hari berikutnya, ratusan orang anti-Castro ditahan di rumah tahanan sementara dan setidaknya 600 orang dieksekusi. Layanan rahasia Kuba, G2, masih menelisik kemungkinan "kontra-revolusioner."
Dalam peristiwa terpisah lain, tepatnya pada 1 Mei 1940, Olimpiade Musim Panas 1940 dibatalkan karena terjadinya Perang Dunia II.
Sementara itu, sejarah juga mencatat pada 1 Mei 2004, sejumlah negara seperti Polandia, Estonia, Latvia, Lituania, Republik Ceko, Slowakia, Hongaria, Slovenia, Siprus, dan Malta bergabung dengan Uni Eropa.
Revolusi yang digagas Castro populer di kalangan petani, namun tidak demikian di kelas golongan kaya yang melihat tanah dan harta benda mereka dirampas.
Keberhasilan Castro dalam menggagalkan Invasi Teluk Babi semakin mengukuhkan kekuasaannya. Di lain sisi, peristiwa tersebut memicu lahirnya pemberontak sosialis di bagian Amerika lainnya.