Sukses

Reputasi Mengerikan Komandan Abu Sayyaf yang Ditembak Aparat

Alhabsy Misaya merupakan salah satu pemimpin Abu Sayyaf yang paling bengis. Namun, dirinya ditembak mati pada akhir April.

Liputan6.com, Manila - Kelompok Abu Sayyaf mendapat pukulan telak. Salah satu komandan grup teror tersebut, Alhabsy Misaya tewas dalam penyerbuan di sebuah hutan Filipina Selatan.

Siapa sebenarnya Alhabsy? 

Dari penulusuran Liputan6.com tak banyak data yang bisa diketahui soal Alhabsy. Tempat dan tanggal lahirnya pun samar.

Kantor berita Prancis, AFP menyebut, Alhabsy merupakan pemimpin sub-grup Abu Sayyaf. Ia diduga kuat berasal dari Barangay Bunot.

Menurut keterangan intelijen gabungan Malaysia dan Filipina, Alhabsy sebelum bergabung dengan kelompok itu adalah seorang pecandu narkotika.

Setelah bergabung dengan Abu Sayyaf, Alhabsy punya keahlian baru sebagai perencana atau otak penculikan. Sebelumnya, pria tersebut ahli pembuat bom.

Keterangan itu disampaikan oleh Kepala Militer Filipina Jenderal Eduardo Ano. Menurut dia, rekam jejak Alhabsy dalam membuat dan menjadi eksekutor sangat mengerikan.

Aksi pertamanya, dilansir dari Rappler dilakukan pada 2002 lalu. Saat itu, Alhabsy merupakan otak di balik teror bom di Malagutay.

Peristiwa itu menggemparkan Filipina dan dunia. Sebab, korban tewas termasuk seorang Tentara AS bernama Mark Jakson.

Usai insiden tersebut, Alhabsy menghilang. Dia pun ditetapkan jadi buronan nomor satu seantero Filipina.

Lama Absen, Alhabsy kembali membuat aparat keamanan Filpina geram. Pada 2009 aksi pengeboman di jembatan di Sulu, didalangi olehnya.

Belum cukup puas. Pada 2011, kedai kopi Dennis yang berada di Kota Jolo diledakannya. Akhirnya, 4 orang dinyatakan tewas. Sementara 11 lainnya menderita luka-luka.

2 dari 3 halaman

Otak Penculikan WNI?

Alhabsy Misaya (Screen Grab)

Peran Alhabsy sebagai salah satu pemimpin Abu Sayyaf semakin terlihat kala dia menjadi penyedia dan senjata bagi kelompok penculik di perbatasan.

Dengan instruksinya, para penculik membawa sandera ke provinsi Jolo. Mereka pun meminta tebusan sebesar jutaan peso.

Aksi penculikan pertama yang dilakukan Alhabsy dilakukan pada 2014. Saat itu ia menculik seorang warga China, Gao Huaya dan seorang pekerja asal Filipina. Mereka diculik di Pulau Singgamata dekat perairan Samporna.

Aksi berlanjut pada 16 Juni 2014. Seorang peternak ikan bernama Chan Sai Chuin mereka culik. Selama enam bulan disekap, Chan akhirnya berhasil dilepaskan.

Pada 12 Juli 2014, Polisi Laut Malaysia, Rajah Jamuan tewas. Ia kehilangan nyawa karena mencoba menghalau aksi penculikan yang didalangi Alhabsy di Pulau Mabul.

Teror Alhabsy dan kelompoknya berlanjut pada September 2015. Dua WN Kanada, seorang warga Norwegia, dan pekerja Filipina diculik di pulau Samal.

Tebusan dalam jumlah super besar diminta. Sayangnya, permintaan tersebut tak dipenuhi. Alhabsy naik pitam. Dua warga Kanada, John Risdel dan Robert Hall akhirnya dipenggal.

Dua sandera lainnya yaitu orang Filipina Marites Flor dan WN Norwegia Kjartan Sekkingstad dibebaskannya pada 17 September 2017.

Penculikan terakhir yang didalangi Alhabsy dan kelompoknya adalah aksi di Sandakan. Dua orang Malaysia, Bernard Then dan Thien Nyuk Fun disekap.

Bernard pada 17 November 2015 dieksekusi dengan cara dipenggal. Sementara, Thien dilepaskan.

Terkait apakah penculikan WNI didalangi oleh Alhabsy, Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhamad Iqbal memberikan jawaban.

"7 WNI yang masih disandera di Filipina Selatan tidak ditangan Alhabsy. Saat ini 7 sandera WNI berada di tangan 2 kelompok lainnya," kata Iqbal.

"4 WNI berada di Maimbung dan 3 WNI di Talipao. Keduanya di Pulau Sulu. Hingga saat ini 7 sandera dalam keadaan baik," imbuhnya.

3 dari 3 halaman

Ditembak Militer Filipina

Militer Filipina menahan anggota teroris Maute pada 23 Agustus lalu setelah ditemukan bom dan pistol ditemukan dalam mobil kelompok itu (AFP)

Pada 28 April 2017, kisah hidup Alhabsy berakhir. Ia ditembak hingga tewas di hutan Provinsi Jolo.

Alhabsy ketika digerebek tengah menaiki motor bersama seorang anggota Abu Sayyaf lain bernama Barak Sahibul.

Kematian Alhabsy dibenarkan oleh Panglima Militer Filipina, Eduardo Ano. Menurut Ano, pimpinan kelompok teroris itu tewas di tengah hutan di Provinsi Sulu.

"Jenazah Alhabsy berhasil teridentifikasi dari keterangan seorang anggota Abu Sayyaf yang kami tangkap," kata Ano seperti dikutip dari SBS pada Sabtu 29 April 2017.

Menurut kami, dia adalah penculik paling bengis dari kelompok tersebut. Ini adalah pukulan telak bagi Abu Sayyaf," ungkapnya.