Liputan6.com, Washington, DC- Pemerintahan Donald Trump menanggapi serius uji coba rudal Korut. Setelah mengirim sejumlah armada kapal perang ke Semenanjung Korea, Amerika Serikat telah mengaktifkan sistem anti-rudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD)
Baca Juga
Advertisement
AS dan Korsel beralasan sistem tersebut dipasang untuk menghalau rudal Korut. Namun, China dan Rusia mengklaim, pengerahan THAAD tak hanya akan mengganggu keseimbangan keamanan regional namun juga bisa menghambat kemampuan balistik dua negara.
Rakyat Korea Selatan pun tak semua senang dengan kehadiran THAADÂ yang kini dipasang di bekas lapangan golf di Seongju, Provinsi Gyeongsang, Korea Selatan.
Warga yang berada di dekatnya yakin, sistem itu merupakan target potensial serangan Pyongyang dan dapat membahayakan kehidupan mereka yang tinggal di dekatnya.
THAAD bukan satu-satunya sistem anti-rudal yang ada. Seperti dikutip dari situs The Algemeiner, Selasa (2/5/2017) diplomat Israel sebelumnya berpendapat, Korea Selatan seharusnya menggunakan Iron Dome.
"Kita adalah dua negara kecil yang memiliki situasi strategis yang sangat mirip," kata Duta Besar Israel untuk Korea Selatan, Chaim Choshen, seperti dikutip dari Yonhap.
"Korea Selatan terancam oleh Korea Utara dan Israel terancam oleh Iran. Kita memiliki kerja sama yang baik dalam pertahanan dan keamanan," tambah dia.
Choshen menambahkan, Iron Dome memungkinkan pemerintah Israel untuk lebih fleksibel dalam mengelola medan perang.
Negeri zionis, kata dia, sedang mengembangkan berbagai sistem pertahanan rudal dengan tujuan melindungi negara dari segala jenis serangan misil.
Iron Dome dibuat oleh Rafael Advanced Defense Systems Israel. Sistem anti-rudal itu diklaim telah menembak jatuh lebih dari 1.300 roket jarak pendek dan selongsor mortir yang memasuki wilayahnya sejak April 2011.Â
Apa perbedaan THAAD buatan Amerika Serikat dengan Iron Dome bikinan Israel? Simak keterangan berikut ini:Â
Serupa tapi Tak Sama
THAAD merupakan sistem persenjataan anti-rudal yang dirancang untuk mampu mencegat dan menghancurkan misil lawan.
Sistem yang juga dipersenjatai misil penghancur itu digunakan untuk mempertahankan suatu wilayah dari ancaman rudal musuh yang tengah menuju sasaran.
Untuk penginderaan, THAAD menggunakan teknologi radar kuat yang mampu melacak, mengkalkulasi lintasan kedatangan rudal dengan tingkat akurasi sebesar 90 persen.
Seperti dikutip dari Indian Express, sistem itu juga bisa menghancurkan hulu ledak lawan di udara, jauh sebelum tiba di sasaran yang ingin dicapai.
Firma produsen senjata dan alutsista militer Lockheed-Martin merupakan kontraktor utama THAAD.
Menurut laman elektronik Lockheed-Martin, satu paket THAAD terdiri dari tiga komponen utama, yakni sebuah sistem radar, seperangkat alat kontrol, komunikasi dan teknis (THAAD Fire Control, Communication, and support equipment atau TFCC), serta sebuah unit peluncur proyektil penghancur rudal.
Mekanisme kerja THAAD --jika sebuah misil lawan telah ditembakkan-- terbagi menjadi empat bagian.
Pertama, sistem radar canggih THAAD melacak kedatangan rudal dalam radius tertentu. Kerja radar itu serupa seperti yang digunakan pesawat tempur, yakni dengan mengindera suhu panas nuklir lawan yang ditembakkan.
Kedua, ketika sebuah radar telah menangkap suhu panas rudal lawan, informasi yang diterima kemudian diproses oleh perangkat TFCC. Perangkat itu mengkalkulasikan lintasan rudal yang akan datang dan memprediksi lokasi target yang akan dituju.
Perangkat TFCC --layaknya sebuah sistem operasi komputer-- mampu mengkalkulasikan trayektori dan target rudal dengan tingkat akurasi sebesar 90 persen.
Ketiga, informasi yang telah diolah TFCC kemudian diterjemahkan menjadi sebuah perintah penembakan proyektil penghancur kepada unit peluncur misil THAAD. Unit peluncur itu kemudian menembakkan proyektil penghancur ke rudal lawan.
Keempat, jika tidak ada kesalahan teknis dan faktor tak terduga, proyektil misil yang ditembakkan unit peluncur THAAD pun akan menghantam misil lawan.
Uniknya, proyektil itu memanfaatkan tenaga kinetik rudal lawan sebagai daya penghancur dan tidak menggunakan hulu ledak. Hal itu mengurangi risiko ledakan berbahaya akibat berbenturan dengan rudal lawan. Proses mekanisme itu berlangsung dalam hitungan waktu yang cukup cepat.
Sementara itu, Iron Dome adalah sistem pertahanan rudal Israel yang beroperasi sejak Maret 2011.Â
Sistem itu selama mencegat roket dari Gaza yang menyasar daerah-daerah perkotaan dan sensitif di Israel. Iron Dome mengklaim mencegat 90 persen rudal yang menuju ke negeri zionis.Â
Banyak kemiripan antara Iron Dome dengan THAAD. Keduanya sistem sangat canggih dan memiliki tujuan yang sama. Namun, ada beberapa perbedaan.
IronD ome memiliki jarak deteksi yang jauh lebih pendek dibandingkan dengan sistem THAAD.
Namun, karena THAAD ditempatkan di tempat yang jauh lebih tinggi, sistem itu tidak cocok menghadapi peluru artileri -- yang jadi keandalan Iron Dome.Â
THAAD difungsikan untuk mencegat rudal balistik hingga 200 km jauhnya dan ketinggian 150 km
Karenanya THAAD memiliki rudal pencegat yang jauh lebih besar yang dianggap sempurna untuk mencegat rudal balistik.
Sementara di sisi lain, Iron Dome berfungsi untuk mencegat rudal jarak pendek dan menengah, terkadang bahkan peluru mortir.
Advertisement