Liputan6.com, Jakarta Pasukan elite terlatih untuk melakukan tugas-tugas yang paling sulit dan berbahaya dengan cepat dan cermat.
Mulai dari gurun-gurun di Timur Tengah hingga jantung-jantung perkotaan di seluruh dunia, kesatuan-kesatuan elite khusus membuktikan mereka adalah yang terbaik di antara yang terbaik.
Advertisement
Baca Juga
Tapi, seperti yang dikutip dari Wonderslist.com pada Rabu (3/5/2017), ada saja hal-hal di luar kendali yang menggagalkan operasi pasukan-pasukan khusus tersebut, seperti 10 kisah berikut ini:
1. Penyelamatan Sandera di Yaman
Pada 2014, kesatuan Navy SEAL dari Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) mencoba menyelamatkan para sandera Al Qaeda di Yaman -- sebuah negara yang dulunya menjadi basis operasi militer AS tapi kemudian menjadi tempat kegiatan teroris.
Di antara salah satu sandera ada seorang wartawan Amerika bernama Luke Somers yang terlahir di Inggris namun kemudian tinggal di Yaman hingga akhirnya diculik pada 2013.
Kesatuan SEAL berhasil menyelamatkan 8 sandera dan menewaskan 7 teroris. Tapi, Somers dan 4 tawanan lain dibawa kabur oleh para penculiknya sebelum upaya penyelamatan dilakukan.
Upaya penyelamatan berikutnya gagal sehingga Somers dan seorang tawanan lain mengalami cedera dan tidak tertolong lagi oleh tenaga medis.
Somers meninggal sesaat sebelum tiba di kapal induk yang menunggu di lepas pantai, sedangkan tawanan satu lagi meninggal terlebih dulu.
Setelah operasi, pihak militer dikritik karena gagal menyelamatkan Somers walaupun sukses menyelamatkan para sandera lain. Terlebih lagi, seorang sandera yang meninggal sebenarnya sedang dalam proses dibebaskan sebelum operasi dilakukan.
Advertisement
2. Bravo-Two-Zero
Kesatuan Special Air Service (SAS) Inggris dipandang sebagai salah satu kesatuan tempur paling elite sedunia. Tapi suasana kacau di medan tempur pun bisa membingungkan mereka yang paling terlatih, misalnya di saat permulaan Perang Teluk.
Kisah yang dialami patroli SAS dengan sandi panggilan Bravo-Two-Zero itu masih menjadi ganjalan hingga sekarang. Menurut salah satu anggota penugasan, mereka ditugaskan mengumpulkan data intelijen dan mendirikan pos pengamatan sebelum serangan besar dimulai.
Di sisi lain, seorang anggota lainnya mengatakan mereka ditugaskan menghancurkan peluncur-peluncur rudal Scud agar melancarkan jalan pasukan utama koalisi.
Tapi, sebelum sempat menyelesaikan apapun tugas mereka sebenarnya, lokasi mereka ketahuan sehingga terjadilah tembak-menembak dengan pasukan Irak.
Mereka segera meminta penjemputan, tapi komunikasi yang buruk dan kebingungan tentang titik jemput malah menyebabkan tim itu tertinggal di belakang garis pertahanan musuh sehingga sejumlah anggotanya terbunuh, tertangkap, ataupun meninggal karena iklim yang keras.
Hanya 1 orang yang berhasil meloloskan diri dan tiba di Suriah setelah berjalan sejauh hampir 290 kilometer. Mereka yang ditawan akhirnya dilepaskan beberapa minggu kemudian setelah mengalami siksaan luar biasa selama penahanan.
Bertahun-tahun setelah operasi gagal itu, para anggota yang ikut dalam tugas mengkritik satu sama lain terkait kegagalan misi dan gugurnya sejumlah rekan mereka.
Bravo-Two-Zero menjadi salah satu kejadian paling tercatat tentang Operasi Desert Storm dan menjadi bahan inspirasi beberapa buku, film, bahkan permainan video.
3. Operation Eagle Claw
Amerika Serikat memiliki hubungan pelik dengan Iran selama beberapa dekade. Saat terjadinya revolusi Iran, negara adi daya itu malah dipermalukan terkait pembebasan sandera dalam Kedutaan AS di Teheran melalui tindakan Operation Eagle Claw.
Operation Eagle Claw merupakan operasi gabungan CIA, Delta Force, dan Army Rangers dengan tujuan mengakhiri krisis sandera agar pihak Iran tidak memiliki posisi tawar menawar.
Kegagalan operasi itu bukan sekedar menguntungkan Iran, tapi juga menjadi harga yang harus dibayar mahal bagi kepresidenan Jimmy Carter.
Organisasi yang payah dan kerusakan alat memaksa operasi dibatalkan setelah tim sudah tiba di tempat laga.
Ketika sedang akan hengkang, kesalahan manusia menyebabkan hilangnya kendali sebuah helikopter sehingga menghantam pesawat terbang pengangkut para sandera.
Para sandera penumpang yang seharusnya diselamatkan meninggal semuanya dan operasi itu terpaksa meninggalkan 5 helikopter utuh di daratan. Dua helikopter tersebut menjadi bagian angkatan udara Iran.
Setelah misi, para tawanan dipindahkan ke beberapa lokasi berbeda sehingga menyulitkan upaya susulan penyelamatan para tawanan. Para sandera kemudian dibebaskan menurut Perjanjian Aljazair yang masih memainkan peran penting dalam hubungan AS dan Iran hingga sekarang.
Advertisement
4. Operation Red Wings
Dalam beberapa tahun belakangan ini, kisah-kisah terkait pasukan elite menjadi perhatian publik Amerika. Perlahan-lahan, terungkaplah kehidupan pasukan pemberani itu, misalnya kisah Marcus Luttrell yang adalah seorang penyintas Operation Red Wings.
Tujuan utama operasi itu adalah meredam perlawanan Taliban di pegunungan Afghanistan. Sebuah kesatuan gabungan SEAL dan para penerbang SOAR dikirim untuk pengintaian. Luttrell menjadi bagian tim tersebut.
Namun demikian, tim 4 orang dari SEAL disergap oleh para pemberontak sesaat setelah penugasan. Dalam tembak-menembak, tiga orang rekan Luttrell tewas.
Pasukan reaksi cepat dikirimkan untuk membantu tim pengintai, tapi mendapat perlawanan menggunakan RPG dan senjata ringan.
Salah satu helikopter Blackhawk tertembak RPG hingga jatuh dan menewaskan 16 anggota SEAL dan SOAR di dalamnya. Selain itu, kekacauan komunikasi juga menyebabkan penundaan operasi penyelamatan.
Hanya Luttrell yang menyintas dan mendapat pertolongan dari suku setempat dan diselamatkan beberapa hari kemudian. Ia kemudian menuliskan buku tentang pengalamannya dan menjadi dasar pembuatan film Lone Survivor.
Walaupun gagal dalam pengintaian, lanjutan Operation Red Wings berhasil menimbulkan banyak korban di pihak pemberontak sehingga memaksa mereka meninggalkan kawasan tersebut.
5. Pertempuran Mogadishu
Pertempuran Mogadishu pada 1993 menjadi salah satu kisah paling terkenal tentang operasi pasukan khusus.
Batasan-batasan politis dan strategi yang kurang baik menyebabkan gugurnya 18 pasukan. Kisahnya menjadi isi buku Black Hawk Down dan film dengan judul yang sama.
Tujuan serangan adalah untuk menangkap seorang petinggi laskar setempat yang seharusnya beres dalam waktu kurang dari 1 jam. Namun demikian, sebuah helikopter Blackhawk pelindung di udara tertembak, sehingga operasi penangkapan terpaksa menjadi operasi penyelamatan.
Operasi itu dengan cepat menjadi pembantaian karena ratusan warga Somalia mengeroyok tentara AS dan menggiring mereka ke dalam kota. Setelah kendaraan-kendaraan lapis baja 10th Mountain Division dan PBB datang, barulah para prajurit AS itu bisa meninggalkan kota.
Sebagai akibat kegagalan operasi, US Special Forces ditarik dari Somalia dan misi kemanusiaan AS di negeri itupun dikurangi.
Advertisement
6. Pembantaian Ma'alot
Israel kerap menghadapi serangan negara itu berdiri pada 1948. Hal itu memaksa negeri baru tersebut membentuk Sayeret Matkal sebagai kesatuan elite khusus pertahanan diri dari serangan luar maupun dalam negeri.
Salah satu operasi awalnya adalah penghentian penyanderaan di kota Ma'alot di utara. Pihak Palestina menyandera 115 orang dan meminta Israel membebaskan sejumlah tahanan.
Setelah perencanaan cermat, pasukan Sayaret Matkal dibagi dalam dua kelompok untuk memasuki bangunan tempat para sandera ditahan. Secara tidak sengaja, para pasukan dari kelompok pertama melumpuhkan pasukan yang ditugaskan membasmi pemimpin teroris.
Walaupun berhasil menewaskan semua pelaku penyanderaan setelah baku tembak sengit, pemimpin kelompok teroris itu berhasil membunuh beberapa sandera menggunakan granat-granat dan senapan mesin sebelum ia kemudian bunuh diri.
Secara keseluruhan, ada 25 sandera dan 3 penculik yang meninggal dunia. Israel segera membalas pembantaian itu dan meledakkan kamp-kamp pelatihan teroris di Lebanon. Pembantaian itu juga menjadi alasan pembentukan kesatuan terpisah khusus anti-teroris dalam kepolisian Israel.
7. Pertikaian Mamasapano
Pasukan operasi khusus menjadi kebutuhan terutama di negara-negara yang dilanda konflik internal berkepanjangan.
Misalnya kisah kesatuan Special Action Force (SAF) dalam Kepolisian Nasional Filipina yang menghadapi pemberontakan komunis dan separatis muslim Filipina selama beberapa dekade lamanya.
SAF menyedot perhatian dunia setelah penyerangan yang berantakan sehingga menewaskan 44 anggotanya. Belakangan ketahuan bahwa pembantaian itu disebabkan oleh sergapan kelompok setempat yang baru saja mendukung pemerintah.
Kurangnya koordinasi dan dugaan keterlibatan mantan perwira polisi yang dipecat mengundang celaan khalayak atas peristiwa yang mereka anggap sebagai kehilangan terbesar pasukan elite dalam sejarah bangsa itu.
Beberapa hari kemudian, kelompok teroris yang menjadi sasaran penyerangan darat dihabisi oleh para anggota SAF yang membalaskan gugurnya rekan-rekan mereka.
Advertisement
8. Penyergapan Osama bin Laden
Operasi yang dijalankan Navy SEAL dilakukan dalam kerahasiaan sehingga malah lebih berbahaya lagi.
Risikonya bukan hanya kehilangan SEAL Team 6, tapi juga kehilangan sekutu-sekutu terdekat suatu negara.
Sebanyak 24 anggota Navy SEAL mendekat dari Afghanistan menuju rumah persembunyian Osama bin Laden di Pakistan dengan menggunakan dua helikopter Blackhawk yang dimodifikasi agar mesinnya lebih senyap dan lebih sulit dibaca radar.
Tapi salah satu helikopter kehilangan kendali saat ditugaskan dan jatuh ke dalam kompleks kediaman. Tak mau menyerah, para anggota pasukan meneruskan misi mereka hingga menewaskan Osama bin Laden dan membawa dokumen-dokumen penting terkait Al Qaeda.
Jatuhnya helikopter menimbulkan 2 masalah yang sama-sama berbahaya. Pertama, helikopter-helikopter Chinook yang menjadi cadangan tidak diatur agar mesinnya lebih senyap.
Kedua, helikopter Blackhawk yang jatuh itu harus dimusnahkan untuk menjaga kerahasiaannya dan hal itu tidak bisa dilakukan secara diam-diam.
Dua masalah itu bisa ketahuan oleh pihak pangkalan militer yang masih belum menyadari adanya misi SEAL. Walaupun begitu, kecepatan operasi masih lebih cepat daripada tanggapan militer Pakistan.
Sebelum beberapa pesawat tempur F-16 milik Pakistan tiba di sekitar kediaman Osama bin Laden, helikopter-helikopter pengangkut pasukan SEAL dan jasad bin Laden sudah dalam perjalanan kembali ke Afghanistan.
Walaupun dengan hambatan besar, pasukan SEAL tuntas dengan tugas mereka dan luput dari dampak politik yang bisa terjadi seandainya mereka gagal.
Beberapa jam kemudian, diumumkanlah hasil penyerangan yang berhasil tersebut. Warga Amerika Serikat membanjiri jalan-jalan guna merayakan tewasnya Osama bin Laden, hampir satu dekade setelah peristiwa 9/11.
9. Krisis Sandera Teater Moscow
Ambisi kejayaan Rusia menjadikannya sasaran beberapa serangan teroris selama beberapa tahun belakangan.
Secara khusus, kaum Chechen tidak terlalu suka dengan pendudukan Rusia sehingga mereka melakukan beberapa serangan paling mematikan melawan negeri itu.
Salah satu yang paling mematikan adalah ketika suatu kelompok Chechen bersenjata menduduki Teater Dubrovka di Moskow dan menyandera 850 orang. Kelompok teroris itu menuntut agar Rusia hengkang dari Chechnya.
Vladimir Putin menolak menuruti tuntutan teroris dan ia memerintahkan kelompok Spetsnaz Rusia dan FSB (sejenis FBI di AS) untuk menyerbu gedung pertunjukan dibantu dengan penyebaran gas.
Tapi, keputusan penggunaan gas untuk melumpuhkan teroris malah kacau. Bukannya membasmi para teroris, sebanyak 130 sandera tewas akibat paparan zat kimia tak dikenal.
Beberapa hari kemudian, pemerintah Rusia membela tindakannya dan menyebutkan tindakan itu diperlukan setelah mendengar sejumlah laporan pembunuhan para sandera.
Advertisement
10. Operation Thunderbolt
Banyak politisi terkemuka Israel yang memiliki latar belakang militer. Bahkan sejumlah Perdana Menteri di sana pernah menjadi anggota pasukan elit khusus Sayeret Matkal.
Unit komando itu telah terlibat dalam beberapa misi tersohor dalam sejarah negeri itu, termasuk pembajakan Entebe.
Saat itu, pesawat Air France berisi 248 penumpang dibajak dan diterbangkan ke bandara Entebe di Uganda.
Suatu pasukan 100 orang ditugaskan untuk menyelamatkan para sandera yang sebagian besar adalah kaum Yahudi. Hanya 106 orang yang bukan Yahudi. Pasukan penyelamat diterbangkan dari Israel ke bandara Uganda tersebut menggunakan beberapa pesawat angkut C-130.
Siasat pasukan komando untuk menggunakan Mercedes berwarna hitam hampir berhasil mengelabui para pembajak. Tapi 2 anggota pasukan jaga menyadari bahwa pemimpin mereka baru saja membeli Mercedes kesayangan dalam warna putih.
Pasukan jaga itu memerintahkan tim Israel untuk berhenti sehingga mereka berdua ditembak. Karena penyamaran terungkap, kendaraan-kendaraan itu dikebut ke bangunan-bangunan tempat penyekapan para sandera.
Dalam pertempuran selanjutnya, pihak teroris membunuh 3 sandera. Komandan pasukan serbu, Yonatan Netanyahu, juga tewas dalam penyelamatan. Ia adalah saudara lelaki Perdana Menteri Benyamin Netanyahu.
Walaupun demikian, gugus tugas itu berhasil menyelamatkan para penumpang lainnya dan menerbangkan mereka kembali ke Israel.
Beberapa tahun kemudian, operasi itu kemudian dinamai Operati Yonatan sebagai penghormatan kepada komandan mereka yang gugur saat itu.