Sukses

Pilpres Korea Selatan 2017, Akhir Kejayaan Kubu Konservatif?

Sejumlah isu mewarnai Pilpres Korsel 2017 seperti program nuklir Korut, sistem pertahanan anti-rudal AS, dan reformasi ekonomi.

Liputan6.com, Seoul - Usai pesta demokrasi di Prancis yang memenangkan Emmanuel Macron, perhatian dunia kini tertuju pada Korea Selatan. Negeri Ginseng itu saat ini tengah dalam proses pemungutan suara untuk memilih presiden baru menggantikan Park Geun-hye yang tersangkut skandal korupsi.

Kemenangan diprediksi akan berpihak pada kandidat liberal yang telah berjanji untuk memperbaiki hubungan dengan Korea Utara, meninjau kembali sistem pertahanan anti-rudal kontroversial Amerika Serikat (THAAD) di Seongju, dan mendorong perubahan ekonomi. Sosok itu adalah Moon Jae-in (64).

Seperti dilansir dari Time, Selasa (9/5/2017), kubu konservatif Korsel khawatir bahwa kemenangan Moon akan menguntungkan Korut dan membuat Korsel berselisih dengan sekutu terpentingnya, Negeri Paman Sam.

Namun tidak dapat disangkal, Moon telah menjadi capres terfavorit mengingat kelompok konservatif negara itu tengah berupaya bangkit dari sebuah skandal korupsi besar yang menyebabkan pemakzulan dan penangkapan Park Geun-hye.

"Ini merupakan tantangan terakhir dalam hidup saya. Saya sudah melakukan yang terbaik sejauh ini. Saya telah membuat membuat persiapan yang matang. Saya percaya diri. Saya yakin akan berjuang hingga menit terakhir untuk menjadi presiden bagi semua orang," ujar Moon pada malam jelang pemungutan suara.

Survei terakhir yang dirilis akhir pekan lalu menunjukkan, Moon, kandidat dari Partai Demokrat, unggul sekitar 20 persen dari dua pesaingnya yang berasal dari kubu sentris dan konservatif.

Kelak, jika menang, Moon akan menandai berakhirnya era kepemimpinan konservatif Park dan pendahulunya, Lee Myung-bak. Ketika kelompok liberal terakhir kali "berkuasa" di Korsel, Moon saat itu menjabat sebagai kepala staf bagi Presiden Roh Moo-hyun.

Di bawah kepemimpinan Roh, Korsel menjalin kedekatan dengan Korut melalui pengiriman bantuan berskala besar dan mengerjakan proyek ekonomi bersama yang kini mandek.

Tempat pemungutan suara dibuka pada pukul 06.00 waktu setempat dan akan ditutup pada pukul 20.00 waktu setempat. Hasil hitung cepat akan dirilis oleh sejumlah stasiun televisi Korsel sebelum tengah malam.

Kandidat yang menang akan dilantik secara resmi sebagai presiden baru Korsel setelah Komisi Pemilu Nasional mengakhiri perhitungan suara dan mengonfirmasi pemenang pada Rabu waktu setempat. Pilpres Korsel kali ini mengabarkan masa transisi selama dua bulan sehingga presiden baru akan menjalani masa jabatan lima tahun penuh.

Park Geun-hye, presiden perempuan pertama Korsel, saat ini mendekam di rumah tahanan di dekat Seoul. Ia tengah menunggu proses pengadilan yang akan dimulai akhir bulan ini.

Putri dari mantan Presiden Park Chung-hee tersebut didakwa melakukan penyuapan, pemerasan dan berbagai tuduhan lainnya yang secara teoretis akan membuatnya dikurung seumur hidup. Park Geun-hye tidak ditahan seorang diri, sejumlah tokoh termasuk sahabat lamanya Choi Soon-sil dan putra mahkota Samsung juga ikut mendekam di balik jeruji besi karena tersangkut kasus serupa.

Apa yang menimpa Park Geun-hye memberi celah bagi Moon yang dikalahkannya pada 2012 lalu untuk merebut hati rakyat Korsel.

Seiring dengan munculnya demonstrasi anti-Park, Moon ikut menyerukan agar Park Geun-hye digulingkan dan dilakukannya pembersihan atas ketidaksetaraan sosial, kekuatan presiden yang berlebihan dan hubungan korup antara politisi dan pebisnis.

Bagi Moon, kebijakan garis keras Korsel terhadap Korut di bawah kepemimpinan Park Geun-hye gagal. Karenanya jika terpilih ia mengatakan akan menggunakan tekanan dan dialog untuk mengajak Korut meninggalkan ambisi nuklirnya.

Moon mendukung pembangunan Korsel yang lebih tegas dan mengkritik keputusan Park untuk mengizinkan AS memasang THAAD di negara itu. Sistem pertahanan tersebut telah membuat China yang notabene mitra dagang terbesar Korsel kesal.

Saingan Moon adalah Ahn Cheol-soo, seorang tokoh sentris yang telah menunjukkan sikap yang lebih konservatif terhadap Korut. Seorang lainnya adalah Hong Joon-pyo, kandidat konservatif yang menyerukan aktifnya kembali senjata nuklir taktis AS di Korsel.