Sukses

Komik Kapten Tsubasa Bangkitkan Harapan Bocah Pengungsi Suriah

Kala komik Kapten Tsubasa membuat mimpi indah anak-anak Suriah kembali hadir

Liputan6.com, Tokyo - Obada Kassoumah mengangggap dirinya beruntung. Di awal-awal konflik Suriah, pada tahun 2012 ia mendapatkan beasiswa pertukaran pelajar ke Jepang.

Obada kala itu masih menjadi mahasiswa Sastra Jepang di sebuah unversitas di Damaskus.

"Aku bisa berangkat ke Tokyo karena kesempatan dan nasib baik," kata Obada seperti dikutip dari BBC, Selasa (9/5/2017).

Sebagai sosok yang merasa beruntung, Obada ingin membuat anak-anak Suriah merasakan hal yang sama. Kini, selain menjadi mahasiswa di Tokyo, ia juga bekerja sebagai penerjemah komik Manga dari bahasa Jepang ke bahasa Arab.

Berbekal dengan pekerjaannya itu, ia ingin memberi anak-anak Suriah kesempatan untuk hidup lebih baik, dimulai dari mimpi. 

"Situasi di Suriah luar biasa mengerikan. Begitu mengerikan hingga anak-anak pun berhenti bermimpi. Tapi aku tahu, mereka punya harapan agar Suriah kembali normal," lanjut Obada.

"Dengan usahaku sebagai penerjemah, aku berharap bisa memberikan mereka sedikit harapan dan membuat mereka percaya, bahwa ya... benar, mereka bisa bermimpi," kata Obada.

Usaha Obada membuat anak-anak Suriah dapat bermimpi adalah lewat komik Manga.

Komik Jepang Manga dan Impian Indah Anak-anak Pengungsi Suriah (Obada Kassoumah/Facebook/BBC)

Lewat komik Kapten Tsubasa, anak-anak Suriah merasakan kembali keceriaannya. Cerita edisi berbahasa Arab itu banyak didonasikan kepada pengungsi bocah Suriah yang tersebar di Eropa dan Timur Tengah.

Itu semua adalah usaha Obada.

Saat beasiswanya nyaris selesai, sementara situasi di Suriah makin mengerikan, keluarga Obada memutuskan anak mereka tak boleh kembali ke Damaskus. Pilihannya kalau bisa kembali tinggal di Tokyo atau berangkat ke Yordania untuk tinggal bersama bibinya.

Nasib baik kembali menghampiri Obada. Ia diperbolehkan melanjutkan sekolah di Jepang dengan menjadi mahasiswa biasa. Untuk menyambung hidupnya setelah uang beasiswanya habis, Obada bekerja paruh waktu sebagai penerjemah komik Kapten Tsubasa.

"Aku sendiri sudah nonton Kapten Tsubasa waktu aku kecil dan aku menyukainya," kata pemuda 26 tahun itu.

"Itu adalah kisah seorang anak yang bermimpi menjadi pemain sepak bola profesional dan bekerja keras untuk mewujudkannya," lanjutnya.

Bagi Obada, komik manga itu adalah sesuatu yang mampu menginspirasi anak-anak Suriah.

2 dari 3 halaman

Bisnis 'Kering'

Permasalahannya, buku-buku untuk pasar Arab adalah bisnis kering bagi para penerbit buku di Jepang.

Namun, Obada nekat. Secara pribadi ia mendekati Profesor Masanori Naito, ahli Timur Tengah di Doshisha University di Kyoto.

Profesor Naito pernah tinggal beberapa tahun di Damaskus kala menjadi mahasiswa doktoral pada tahun 1980an dan telah membantu warga Suriah yang terdampak oleh konflik.

Profesor Naito mendekati secara personal para penerbit itu. Ia meminta agar mereka mendonasi komik manga kepada anak-anak pengungsi.

"Tragedi Suriah adalah masalah yang sangat serius bagi saya. Saat itu saya bekerja di desa-desa yang sekarang dipegang oleh pasukan pemberontak," kata Naito.

Pemegang hak cipta asli di Jepang, penerbit Shueisha, menyambut baik permintaan Profesor Naito. Mereka siap untuk mendanai donasi tersebut.

Melalui kerja sama dengan sejumlah LSM internasional dan Unicef, buku-buku tersebut sekarang didistribusikan ke anak-anak Suriah di kamp-kamp di seluruh Eropa, Turki dan Timur Tengah.

"Ini sangat jauh dari kenyataan yang mereka ketahui," Prof Naito menjelaskan. "Tapi bagi anak-anak, sangat penting untuk bisa lepas dari kenyataan untuk sementara. Dan buku-buku ini juga bisa memberi mereka harapan untuk masa depan mereka sendiri."

Manga bahkan bisa menjadi "alat soft power melawan keputusasaan dan radikalisasi," kata Prof. Naito.

3 dari 3 halaman

Kejutan dari Jepang

Salah satu tempat di mana Kapten Tsubasa bisa menjadi pelarian kecil dari kenyataan adalah rumah pengungsi di Berlin. Pada minggu lalu, salinannya diserahkan oleh LSM Jerman-Turki Wefa kepada sekitar 60 pengungsi.

"Itu benar-benar sesuatu yang sangat unik dan kami mendapat reaksi yang sama sekali berbeda dari biasanya," kata Ismet Misirlioglu dari LSM asal Turki Wefa kepada BBC Berlin.

"Yang biasanya anak-anak dapatkan biasanya adalah pakaian dan makanan dan karena itu mereka benar-benar terkejut saat kami tiba-tiba memiliki buku manga Jepang - dalam bahasa mereka sendiri," katanya sambil tertawa.

"Dan Anda benar-benar bisa tahu dari mata mereka!"

LSM Wefa di Berlin berencana untuk memberikan lebih banyak buku dalam beberapa minggu mendatang.

Anak-anak pengungsi Suriah di Jerman menerima buku Kapten Tsubasa edisi bahasa Arab (WEFA/Facebook/BBC)

Sementara itu, Obada kini masih terus bekerja sebagai penerjemah. Lebih banyak lagi kisah petualangan Kapten Tsubasa yang ia kerjaan. Kini pemuda itu sudah menerjemahkan tujuh buku dari total rencana 37.

Bagi Obada, kembali ke Suriah bukanlah sebuah pilihan.

Dia memilih untuk tinggal di Jepang dan kini telah menyelesaikan kuliahnya. Ia tahu Suriah akan membutuhkan keahliannya di masa depan. Obada berharap, ia bisa memberi dampak besar jika kelak ada kerja sama antara dua negara di masa depan.

"Aku punya teman yang membela pemerintah dan teman lainnya membela pemberontak," ujar Obada.

"Kami dulu satu keluarga... tapi kini mereka saling berharap bisa saling membunuh satu sama lain," kata Obada.

Dengan pekerjaannya sekarang, ia berharap ada senyum di wajah-wajah anak-anak Suriah di manapun. Yang mencoba melupakan teror di masa lalu.

"Sebagai orang Suriah, aku memiliki kewajiban untuk membantu negara ku. Lewat hal ini, aku berharap bisa membantu," tutur Obada.

"Dengan buku-buku terjemahanku, setidaknya sedikit kontribusi, bisa membantu melupakan memori buruk mereka yang pernah merasakan peperangan..."

 

 

Video Terkini