Sukses

Presiden Baru Korsel Akan Redam Konflik dengan Korut?

Setelah satu dekade dikuasai rezim konservatif, kini Korea Selatan dipimpin presiden berhaluan liberal Moon Jae-in.

Liputan6.com, Seoul - Setelah satu dekade dikuasai rezim konservatif, kini Korea Selatan dipimpin presiden berhaluan liberal. Sang presiden terpilih adalah Moon Jae-in.

Menurut perhitungan resmi Komisi Pemilu Nasional Korea Selatan, Moon Jae-in memenangi Pilpres 2017 dengan perolehan suara sebesar 41,1 persen. Sementara itu, saingan terdekat Moon, Hong Joon-pyo hanya memperoleh suara sebesar 24 persen, terpaut jarak sekitar 17 persen dari total suara presiden terpilih. Sementara di urutan ketiga adalah Ahn Cheol-soo, berhaluan sentris, dengan total suara 21 persen.

"Ini merupakan kemenangan yang hebat bagi rakyat Korea Selatan, yang mendambakan untuk pembangunan negara, persatuan bangsa, dan mengedepankan prinsip serta akal sehat. Kemenangan ini juga merupakan kehausan warga untuk sebuah pemerintahan baru," ujar Moon Jae-in seperti yang dikutip CNN, Rabu, (10/5/2017).

Kemenangan Moon Jae-in menandai akhir rezim konservatif di Negeri Ginseng yang telah mendominasi Korea Selatan selama sekitar satu dekade. Warga negeri di selatan Semenanjung Korea itu mengharapkan aura segar dan perubahan kebijakan --baik domestik maupun internasional-- dari sang presiden baru dari kubu liberal tersebut.

Saat berita ini turun, sang presiden terpilih telah dilantik secara resmi dan menduduki kursi kepresidenan. Dilantiknya Presiden Moon dalam durasi yang cukup singkat disebabkan karena kekosongan kursi kepresidenan resmi sejak pemakzulan mantan presiden Park Heun-gye akibat skandal korupsi dan nepotisme.

Selama hampir satu dekade terakhir, Korea Selatan dipimpin oleh presiden berhaluan konservatif, yakni Lee Myung-bak (periode 2008-2013) dan Park Heun-gye (periode 2013 hingga pemakzulan pada 2017). Keduanya berasal dari Liberty Korea Party dengan kecenderungan politik sentris-kanan konservatif.

Menurut Korea Yearbook, haluan konservatis di Korea Selatan yang identik dengan elitisme itu memiliki kebijakan dalam negeri yang berfokus pada pembangunan yang berorientasi pada modernisasi dan stabilitas sosial. Sementara itu, untuk urusan kebijakan luar negeri, khususnya relasi dengan Korea Utara, kepresidenan berhaluan konservatis memilih untuk tegas terhadap negara saudara-sebangsa di utara itu.

Presiden terpilih Moon Jae-in dari kubu liberal berjanji untuk memperbaiki hubungan dengan Korea Utara melalui jalur diplomasi, meninjau kembali sistem pertahanan anti-rudal kontroversial Amerika Serikat (THAAD) di Seongju, dan mendorong perubahan ekonomi domestik dan internasional Korea Selatan.

"Untuk melakukan itu (menjamin perdamaian dengan Korea Utara), kita harus mengakui Kim Jong-un sebagai pemimpin Korea Utara dan sebagai rekan dialog. Tujuan utamanya adalah untuk membawa Korea Utara ke meja perundingan," ujar Presiden Moon seperti yang dikutip The New York Times.

Menurut sejumlah pengamat, kemenangan Moon diharapkan mampu menjadi salah satu faktor untuk mendinginkan situasi panas di Semenanjung Korea, merencanakan reunifikasi untuk dua saudara sebangsa yang terpecah, serta memengaruhi Washington dan Pyongyang untuk melakukan perundingan.

"Ia akan menggunakan pendekatan dan membangun kekuatan baru untuk politik domestik dan internasional, seperti isu Korea Utara. Itu merupakan pembaharuan atas rezim konservatif terdahulu," ujar Liam McCarthy-Cotter, pakar politik Asia Timur dari Nottingham Trent University.

Video Terkini