Liputan6.com, Sydney - Gelaran aksi solidaritas terhadap Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok berlangsung di Sydney, Australia.
Melalui postingan di media sosial Facebook, seorang WNI bernama Didi Setyawan mengatakan, aksi damai di Sydney tidak hanya untuk menuntut keadilan bagi Ahok, namun juga mendesak persamaan hak untuk mendapat kesempatan dan perlakuan yang sama meski berlatar belakang berbeda.
Baca Juga
"Kami mendukung Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika ditegakkan di Indonesia karena inilah jaminan hak setiap warga negara untuk mendapat perlakuan yang adil," sebut pernyataan sikap tersebut.
Advertisement
Sementara itu, salah seorang WNI lainnya yang juga berpartisipasi dalam acara tersebut, Donny Verdian ketika dihubungi Liputan6.com menerangkan, total massa yang datang mencapai 2000 orang lebih.
"Waktu kita pulang pukul 17.00, masih banyak yang datang," terang Donny seraya menambahkan bahwa aksi dimulai sejak pukul 16.00 waktu Sydney.
Ditambahkan oleh Donny, para WNI yang berkumpul di Opera House Botanical Garden menyanyikan sejumlah lagu kebangsaan seperti Indonesia Raya, Rayuan Pulau Kelapa, dan Indonesia Tanah Air Beta.
"Setelahnya kami berdoa bersama sebelum akhirnya bubar," ungkap Donny.
Donny menegaskan bahwa aksi solidaritas WNI di Sydney berlangsung secara aman, damai, dan tertib.
Masih di Australia, tepatnya di Canberra, komunitas masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai lapisan akademisi, mahasiswa, profesional, dan ibu rumah tangga juga menggelar aksi solidaritas untuk keadilan Indonesia. Ratusan orang tersebut berkumpul di Lake Burley Griffin pada Minggu 14 Mei 2017.
"Aksi ini dipicu oleh divonisnya Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam kasus penistaan agama pada Selasa, 9 Mei 2017," kata Leliana Setiono (36), salah satu penggagas aksi melalui pernyataan tertulis yang diterima Liputan6.com.
"Kami bukan anggota partai, kami merupakan masyarakat Indonesia yang perduli akan keberlangsungan Indonesia yang beraneka ragam, penuh toleransi," ujar Leliana.
Menurut Leliana, aksi ini dilakukan berangkat dari kekhawatiran bersama bahwa ada masalah yang lebih besar dimana semakin diterimanya kekerasan dan pemaksaan kehendak dari suatu kelompok.
Aksi damai di Canberra diikuti dengan pembacaan pernyataan sikap. Pertama, mengecam segala bentuk politisasi agama yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Kedua, menolak politisasi agama dan penggunaan isu-isu agama dalam kampanye menjelang Pemilihan Kepala Daerah serentak 2018 dan Pemilihan Legislatif dan Presiden 2019.
Ketiga, mendukung upaya untuk penghapusan dua pasal yaitu: pasal tentang penistaan agama - pasal 156a dari Kitab UU Hukum Pidana; dan pasal tentang penodaan agama dari UU no 1 tahun 1965. Keempat, menuntut pemerintah Republik Indonesia beserta aparat hukumnya untuk memproses hukum tindakan kekerasan baik itu verbal maupun non verbal yang diarahkan kepada satu golongan masyarakat tertentu.
Adapun kelima, mempertahankan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar konstitusi negara yang melindungi hak asasi manusia, menghormati kebebasan beragama dan toleransi antar golongan. Setelahnya, massa menyalakan lilin sebagai simbol harapan agar api keadilan di Indonesia terus menyala. Lagu Indonesia Raya dan Tanah Airku juga mewarnai acara tersebut.
Aksi dukungan bagi Ahok mengalir dari berbagai penjuru dunia. Liputan6.com memantau sejumlah kota besar telah menggelar acara serupa, seperti Los Angeles, Amsterdam, Perth, Vancouver, Dubai, dan Leicester. Sementara itu, beberapa kota lainnya direncanakan akan menyusul.
Simak video aksi solidaritas bagi Ahok berikut ini: