Sukses

'Efek Kupu-Kupu', 6 Hal Remeh Ini Mengubah Nasib Dunia?

Efek kupu-kupu: beberapa momentum sejarah besar diduga kuat dilecut sebuah tindakan sederhana, misalnya perang dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Butterfly Effects -- efek kupu-kupu-- adalah istilah yang mewakili sebuah keputusan kecil yang tampaknya tidak berarti namun dapat mengubah laku sejarah.

Istilah efek kupu-kupu kali pertama dipakai oleh Edward Norton Lorenz, merujuk pada sebuah pemikiran bahwa kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara Brasil -- yang secara teoritis dapat memicu tornado di Texas beberapa bulan kemudian.

Beberapa momentum sejarah dalam beberapa abad terakhir diduga kuat dilecut sebuah tindakan sederhana: majalah Reader's Digest di meja sebuah tempat cukur, juga kusir yang salah belok.

Keputusan-keputusan kecil itu diyakini memicu serangkaian peristiwa yang mengubah nasib seorang tokoh, atau bahkan memicu pertempuran hingga melecut perang dunia.

Dikutip sebagian dari situs Listverse, Senin (15/5/2017), berikut enam hal kecil yang dianggap mengawali sebuah peristiwa besar dalam sejarah:

2 dari 7 halaman

1. Bocah Kuba Memicu Perang Irak

Pada Sabtu 30 Desember 2006 pukul 06.00 waktu setempat, mantan diktator Irak, Saddam Hussein dieksekusi gantung.

Proses eksekusi tersebut dilakukan di Camp Justice di Khadimiya, pinggiran Baghdad.

mantan Presiden Irak Saddam Hussein | foto BBC.com

Sejak berdiri di tiang gantungan hingga menghela napas penghabisannya, Saddam mungkin pernah tak menyadari, akhirnya yang tragis mungkin berawal dari kejadian seorang anak Kuba naik kapal pengungsi menuju Amerika Serikat.

Percaya atau tidak, baik secara langsung maupun tak langsung, Elian Gonzalez -- nama bocah itu -- menyebabkan Perang Irak. Apa hubungannya?

Pada 25 November 1999, Elian ditemukan terapung di lepas pantai AS oleh sejumlah nelayan. Ia bergantung hidup pada pelampung yang terbuat dari ban dalam berwarna hitam. Bocah itu tak hanya jadi korban rebutan ayah dan ibunya yang telah meninggal.

Sengketa hak asuhnya melibatkan dua negara, Amerika Serikat dan Kuba.

Elian Gonzalez bersama sang ayah Miguel González Quintana. (Reuters)

Pemerintah AS keberatan mengembalikan Elian ke Kuba, dengan alasan bocah itu akan diasuh kerabatnya yang tinggal di Miami.

Jangan salah kira, bocah itu sama sekali tak ada hubungannya dengan informasi bahwa Irak punya senjata pemusnah massal -- sebuah tuduhan yang tak terbukti yang jadi alasan Presiden AS George W Bush untuk menginvasi Baghdad.

Namun setidaknya, Gonzales 'bertanggung jawab' membuatnya terpilih jadi presiden AS.

Kasus Elian menjadi polemik nasional sampai-sampai dua kandidat presiden pada saat itu, George Bush dan Al Gore berdebat sengit mengenai nasib si bocah.

Pertarungan dimenangkan Bush, yang meraup 537 suara elektoral di Florida -- yang mengantarnya ke Gedung Putih.

Komunitas Kuba-Amerika di Florida begitu marah soal bagaimana Demokrat menangani kasus tersebut.

Seandainya Elian Gonzalez tidak naik ke kapal pengungsi yang tenggelam, calon Demokrat Al Gore hampir pasti jadi Presiden AS.

Jika itu yang terjadi, George W Bush tak akan bisa mengobarkan perang di Irak. Dan seluruh dunia akan menjadi tempat yang berbeda...

3 dari 7 halaman

2. Majalah yang Bikin Bill Clinton Jadi Presiden AS

Pada tahun 1962, seorang pria muda bernama Ross Perot duduk di kursi tempat cukur, menunggu giliran rambutnya dirapikan.

Untuk mengisi waktu, ia membolak-balik majalah Reader’s Digest yang ada di sana. Tak disangka, tindakannya saat itu mengubah hidupnya.

Kala itu Perot bekerja di IBM. Di perusahaan besar itu, ia merasa ide-idenya diabaikan. Tentu saja, ia tak senang karenanya.

Ada kutipan Henry David Thoreau di majalah tersebut. "Kebanyakan manusia menjalani hidup penuh keputusasaan dalam diam," demikian untaian kata yang tertera di sana.

Kalimat itu menghentak Perto, yang kemudian memutuskan keluar dari IBM dan mendirikan perusahaannya sendiri EDS.

Dampaknya, uang mengalir deras ke kantongnya. Perot jadi kaya raya.

Pada 1992, ia menjadi kandidat Presiden AS dari jalur independen paling sukses sepanjang sejarah AS.

Kala itu ia melawan George Bush dan Bill Clinton, serta memenangkan 18,9 persen suara rakyat. Sebagian besar suara tersebut berasal dari orang-orang yang pada awalnya akan memilih Bush Senior.

Tidak ada bukti sahih apakah suara tersebut -- dalam kondisi kebalikannya -- akan memenangkan Bush. Namun, yang jelas, tanpa Perot, Bill Clinton mungkin tak akan menjadi Presiden AS.

Mantan calon presiden dari partai Demokrat, Hillary Clinton berjalan dengan suaminya, Bill Clinton untuk menghadiri upacara pelantikan Donald Trump menjadi Presiden AS ke-45 di Washington, DC, AS, (20/1). (Win McNamee/Pool Photo via AP)

Tak hanya menentukan sejarah AS selama delapan tahun pemerintahannya, kemenangan Bill Clinton kala itu mungkin jadi takdir yang buruk bagi dua capres AS berikutnya yang gagal: Al Gore dan Hillary Clinton.

Seandainya bukan Reader’s Digest yang ada di tempat cukur kala itu, tapi majalah lain -- People misalnya -- mungkin sejarah AS akan menempuh arah berbeda.

4 dari 7 halaman

3. Surat Ditolak dan Perang Vietnam

Pada 1919, Woodrow Wilson sedang berada di Istana Versailles, untuk menghadiri Konferensi Perdamaian Prancis atau Paris Peace Conference.

Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson

Kala itu, sang Presiden AS mendapat sepucuk surat. Layang itu berasal dari seorang pemuda pendukung sosialis yang minta waktu untuk bertemu dengannya.

Jadwal Wilson kala itu penuh. Surat itu ia abaikan. Tak ia sangka, penolakan tersebut kelak akan menjadi salah satu faktor pemicu Perang Vietnam.

Pemuda itu ternyata adalah Ho Chi Minh. Kala itu ia masih berpikiran terbuka terhadap ide-ide yang berseberangan.

Ho Chi Minh saat ini namanya diabadikan menjadi nama sebuah kota di Vietnam Selatan.

Yang diinginkan Ho Chi Minh kala itu adalah kemerdekaan Vietnam. Ia terinspirasi dengan teks deklarasi kemerdekaan AS atau American Declaration of Independence.

Ia berharap Presiden Amerika Serikat bersimpati dengan nasib Vietnam, dan membantu mereka memenangkan kemerdekaan dari Prancis.

Penolakan Wilson meninggalkan luka di hati Ho Chi Minh. Ia kemudian pergi ke Uni Soviet di mana ia belajar ide-ide Marxisme, bertemu dengan Trotsky dan Stalin, dan menjadi komunis.

Saat Vietnam merdeka dari Prancis, Ho Chi Minh memimpin kelompok komunis yang akhirnya membagi negaranya menjadi dua kubu. Perang Vietnam pun berkobar.

Pertempuran panjang yang membikin AS di pihak yang kalah mungkin tak akan terjadi jika Woodrow Wilson mau menerima pria muda itu.

5 dari 7 halaman

4. Hitler Selamat, 60 Juta Nyawa Jadi Tumbal

Pada 1918, seorang tentara Inggris, Henry Tandey ikut bertempur di Prancis.

Di tengah pertempuran itu, ia memutuskan untuk menyelamatkan nyawa seorang pria. Tak disangka, karena keputusan itulah, lebih dari 60 juta orang tewas.

Kala itu, Tandey ikut dalam misi membebaskan Marcoing, Prancis. Serbuan Inggris membuat tentara Jerman kocar-kacir. Ia membidik salah satunya, siap menembak.

Namun, serdadu Jerman itu sedang terluka dan susah payah menyelamatkan diri. Tandey tak tega menarik pelatuk. Ia menurunkan senapan, musuhnya itu mengangguk dan mengucapkan terimakasih sebelum kabur.

Semangat Henry Tandey dalam pertempuran, juga penampilannya yang menarik membuatnya muncul dalam poster propaganda Inggris.

Dan, 20 tahun kemudian, poster tersebut terpasang di sebuah rumah yang sama sekali tak disangka: tempat tinggal Adolf Hitler.

Semua orang mungkin setuju, bahwa Adolf Hitler memang dikenal sebagai salah satu sosok paling kejam sepanjang sejarah manusia.

Suatu ketika, saat koleganya Neville Chamberlain mengunjungi Hitler dan melihat poster tersebut terpampang di dinding, ia pun bertanya.

Menanggapi pertanyaan itu, Hiter menunjuk ke arah lukisan dan berkata," Itu adalah pria yang nyaris menembakku," kata dia.

Cerita itu sungguh luar biasa, hingga banyak orang meragukannya. Namun, belakangan Green Howards Museum menemukan sepucuk surat yang dikirimkan asisten Hitler pada 1937, yang meminta kiriman poster tersebut.

"Tentu saja Fuhrer tertarik pada hal-hal yang berhubungan dengan pengalaman perangnya," demikian kutipan dalam surat itu.

6 dari 7 halaman

5. Anjing Mati yang Memicu Terorisme Global

Pada 1933, anggota dewan kota asal Texas, Charles Hazard merasa muak dengan ulah anjing tetangganya. Maka, ia pun memutuskan untuk bertindak.

Ia mencampur pecahan gelas ke dalam mangkuk makanan anjing -- yang akhirnya membunuh hewan itu. Sang pemilik, Charlie Wilson yang masih berusia 13 tahun bersumpah balas dendam.

Saat Hazard maju lagi dalam pemilu beberapa tahun kemudian, Wilson mengetuk pintu rumah para tetangga, menceritakan kekejaman Hazard pada anjingnya dan menawarkan tumpangan gratis ke tempat pemungutan suara. Strategi itu berhasil, tetangganya kalah.

Kejadian itu menginspirasi Charlie Wilson terjun ke politik. Ia kemudian menjadi anggota Kongres.

Saat Perang Soviet-Afghanistan pecah, dia ikut mengubah sejarah.

Wilson berkampanye agar Amerika Serikat memberi bantuan untuk rakyat Afghanistan, melatih mereka meluncurkan roket dan menembakkan bedil.

Karena Wilson, Mujahidin Afghanistan memenangkan perang. Kekalahan Uni Soviet itu jadi salah satu penyebab runtuhnya Negeri Tirai Besi.

Karena itu juga Taliban dan Al Qaeda dibentuk, dan Osama bin Laden mampu meluncurkan serangan teroris terbesar dalam sejarah Amerika Serikat.

Sulaiman Abu Ghaith, menantu Osama bin Laden

Era modern terorisme dimulai. Dan semua karena satu anggota dewan yang meracuni anjing tetangganya.

7 dari 7 halaman

6. Pengemudi Salah Belok dan Perang Dunia

Sudah jadi pengetahuan umum, kematian Franz Ferdinand memicu Perang Dunia Pertama. Ternyata, itu diyakini sebagai salah satu efek kupu-kupu terbesar dalam sejarah manusia.

Pembunuhan tersebut mungkin tak akan terjadi jika pengemudi kereta sang putra mahkota Austria-Hungaria itu memeriksa petanya.

Kala itu, Ferdinand sudah mengalami hari yang buruk. Semua orang yang ditemuinya di Sarajevo seakan berniat membunuhnya. Ia merasa tak diterima.

Sebelumnya, sebuah bom yang meledak terlalu dini mengincar nyawanya. Meski Franz Ferdinand lolos, namun sejumlah pengiringnya harus dirawat di rumah sakit.

Dia mungkin seharusnya menganggap itu sebagai pertanda bahwa sudah waktunya untuk pulang, namun, ia bersikeras mengunjungi teman-temannya yang luka.

Pengemudi mobil yang tidak terbiasa dengan rute tersebut, salah belok.

Sopir mengarahkan mobil menuju ke sebuah jalan. Di sana Gavrilo Princip sedang duduk di luar sebuah kafe.

Princip yang merasa dapat kesempatan emas, langsung berdir, bergegas menyibak kerumunan, dan mengarahkan tembakan ke arah Franz Ferdinand.

Archduke Franz Ferdinand

Dia berhasil melakukannya tepat pada waktunya. Suara tembakannya yang mengenai tubuh Ferdinand sekaligus menjadi genderang perang yang terdengar di seluruh dunia.

Pembunuhan tersebut berujung pada ultimatum Habsburg terhadap Kerajaan Serbia. Sejumlah aliansi yang dibentuk selama beberapa dasawarsa sebelumnya terguncang, sehingga dalam hitungan minggu saja, semua kekuatan besar terlibat dalam perang. Dan melalui koloni mereka, konflik ini segera menyebar ke seluruh dunia.

Menjadi casus belli, pemicu sebuah perang dahsyat, yang menyebarkan malapetaka hingga penjuru Bumi. Dua aliansi besar, Entente Powers -- Inggris, Prancis, Serbia, dan Kekaisaran Rusia (selanjutnya Italia, Yunani, Portugis, Rumania, dan Amerika Serikat ikut bergabung) -- bertempur melawan Central Powers -- Jerman dan Austria-Hungaria (selanjutnya Turki Ottoman dan Bulgaria ikut bergabung).

Jutaan nyawa melayang. Sejarah dunia berubah, 4 dinasti -- Habsburg, Romanov, Ottoman, dan Hohenzollern, yang memiliki akar kekuasaan sejak zaman Perang Salib, seluruhnya jatuh setelah perang. Tinggal nama.