Liputan6.com, Pyongyang - Uji coba nuklir Korea Utara telah menjadikan negara itu sorotan. Pihak internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dianggap angin lalu oleh Pemimpin Tertinggi Kim Jong-un.
Ancaman dari AS dan sekutunya untuk menyerang Korut jika tak menghentikan uji cobanya justru membuat negara yang mengisolasi diri itu bergeming.
Selain sikapnya yang kepala batu, sejumlah perilaku Kim Jong-Un juga membuat dunia geram.
Advertisement
Kim yang berkuasa semenjak kematian ayahnya, Kim Jong-il pada 2011 dikabarkan memiliki kekayaan dalam jumlah besar yang dihabiskan untuk kesenangannya sendiri. Menurut laporan Huffington Post, diktator itu ditaksir memiliki kekayaan sekitar US$ 5 miliar atau setara Rp 65,6 triliun.
Kim Jong-un juga dikabarkan menghabiskan US$30 juta (Rp 394 miliar) per tahun hanya untuk mengimpor alkohol terbaik dari seluruh dunia.
Ia juga dilaporkan menghabiskan kekayaannya untuk mengimpor bahan pangan berkualitas tinggi, seperti daging babi dari Denmark, kaviar dari Iran, dan daging steak dari Kobe, Jepang.
Kim Jong-un juga sebuah memiliki kapal pesiar bernilai US$ 8 juta (Rp 105 miliar). Selain itu, ia dikenal gemar mengoleksi jam tangan mewah yang jika dijumlah bernilai (Rp 107,6 miliar).
Ditengah kemewahannya itu sudah menjadi pengetahuan umum, rakyat Korea Utara hidup dalam kemelaratan. American Uncensored News Network mengatakan Korea Utara merupakan negara dengan ketimpangan kesejahteraan paling tinggi di dunia.
Negara itu juga memiliki jumlah besar anak-anak penyandang status gizi buruk, di mana tinggi badan penduduk Korut 7 sampai 15 sentimeter lebih pendek dari Korea Selatan.
Informasi itu dibenarkan oleh eks tentara Korut yang memutuskan jadi pembelot. Ia tak sanggup lagi hidup dalam kemelaratan, mal nutrisi serta tekanan lainnya di bawah rezim Kim Jong-un.
Nasib membuat sang pembelot bukan jadi tentara ekslusif Kim Jong-un, melainkan menjaga wilayah pedalaman Korut.
"Dengan ancaman negara-negara Barat, hanya tentara ekslusif saja yang diberi makan layak. Kami tidak," kata sang pembelot seperti dikutip dari The Sun, Selasa (16/5/2017).
"Jatah makan kami sehari cuma dua buah kentang. Kami sangat lapar sehingga terpaksa mencuri dari penduduk lokal," lanjut eks tentara yang enggan mengungkapkan jati dirinya.
Pembelot yang kini tinggal dan di bawah pengawasan Korea Selatan mengungkapkan bahwa tentara Korut dalam kondisi kelaparan.
"Kami... mereka hidup dalam kelaparan yang konstan. Kecuali unit elite dan khusus, tentara biasa macam saya dan teman-teman hanya diberi jatah dua hingga tiga kentang sehari. Kadang-kadang ditambah jagung mentah untuk kami olah lagi atau nasi jagung yang sudah matang," kenangnya.
Saat perayaan hari lahir Kim Il-sung diikuti perayaan tentara Korea Utara, Kim Jong-un memamerkan alutsista dan baris-berbaris prajurit.
Para tentara terlihat sehat bugar dan terawat.
"Beda sama kami dulu. Kami kurus, sakit-sakitan dan kerap lapar. Belum lagi kalau kami ketahuan mencuri makanan," tambah si pembelot.
"Para prajurit kerap kali mencuri makanan dari lumbung petani. Tak cuma kroco tapi perwira yang ditugaskan di pedalaman juga melakukan itu," lanjutnya.
Rupanya, kondisi mal nutrisi dan kelaparan tidak hanya terjadi saat mereka bertugas. Pelitnya rezim Kim terhadap tentara sudah terjadi kala mereka menempuh pendidikan di akademi militer.
"Saat aku SMA ada 25 anak laki-laki. Lima orang saja yang melanjutkan kuliah, sisanya masuk akademi militer."
"Setengah dari mereka kembali ke rumah dalam kondisi kelaparan. Mereka dikembalikan ke rumah orang tuanya dalam keadaan sakit, kelaparan dan kurang gizi," ujar pembelot berusia pertengahan 40 tahun itu.
"Tentara diberi cuti pulang untuk memulihkan diri. Sebagian besar terlalu lemah untuk bisa berjalan sendiri, jadi orang tua mereka menjemput dan memberi mereka makanan agar sehat kembali.
"Ketika mereka sehat, mereka kembali ke tentara."
"Yang beruntung ada di unit khusus, atau bertugas di bawah perwira yang baik yang merawat mereka.
"Orang-orang sial mati karena kelaparan sebelum orang tua mereka memiliki kesempatan untuk membantu mereka. Satu-satunya hal yang orang tua doakan adalah kembalinya putra mereka dalam keadaan aman..."