Sukses

Layanan Feri dari Korut ke Rusia Dibuka di Tengah Situasi Panas

Meskipun Semenanjung Korea panas, hubungan dagang dan wisata Rusia dan Korut tetap berjalan.

Liputan6.com, Pyongyang - Meski Semenanjung Korea tengah panas, perdagangan dan pariwisata antara Korea Utara dan Rusia tetap berlangsung.

Baru-baru ini, feri yang melayani turis dari dan ke Pelabuhan Rajin, Korea Utara, menuju Kota Vladivostok, Rusia, dibuka. Pembukaan rute itu menandakan hubungan perdagangan dan pariwisata Pyongyang dengan Moskow tak tersentuh panasnya Semenanjung Korea Utara.

Perwakilan perusahaan dari China dan Rusia berada dalam feri dari Rajin sampai di Vladivostok pada Kamis, 19 Mei 2017. Demikian laporan RIA Novosti mengutip keterangan operator feri.

Melansir Russian Today, Kamis (19/5/2017), ini adalah feri penumpang turis pertama yang menghubungi antara dua negara. Diharapkan rute untuk pariwisata akan berjalan pada minggu ke depan.

"Rute itu diharapkan bisa berkontribusi pada pengembangan pariwisata regional dan perdagangan bilateral," kata Konsul Jenderal Rusia Yuriy Bochkarev di kota Chongjin, kepada kantor berita TASS.

Dijadwalkan, feri itu akan beroperasi empat kali setiap bulan. Kapal pengangkut penumpang yang digunakan adalah Mangyongbong. Kapal "veteran" yang telah beroperasi sejak 2000-an. 

Feri tersebut bisa membawa 200 penumpang dan 1.500 ton kargo.

Penumpang Rajin-Vladivostok harus membayar tiket 600-750 yuan atau sekitar Rp 1,1 juta-1,4 juta, tergantung kelas kabin.

Perusahaan Rusia, yang mengoperasikan Mangyongbong, menawarkan layanan restoran, beberapa bar, mesin judi, toko, dan sauna.

"Operasi Mangyongbong sebagai pelayaran internasional Rajin-Vladivostok akan memberikan kontribusi positif untuk pengembangan transportasi laut dan kerja sama ekonomi dan pariwisata antara kedua negara," kata media corong Kim Jong-un, KCNA.

Mangyongbong biasa melakukan perjalanan antara Korea Utara dan Jepang sebelum Negara Matahari Terbit melarang semua kapal Korut memasuki perairan Jepang setelah tes rudal Pyongyang pada 2006.

Berbicara di Beijing pada Senin, Presiden Rusia Vladimir Putin menggarisbawahi kebutuhan "untuk kembali berdialog dengan Korea Utara".

Ia meminta para pemimpin dunia mencari solusi diplomatik. Putin kemudian menekankan bahwa Rusia tetap menentang "klub pamer kekuatan" tenaga nuklir di Semenanjung Korea. Klub di sini merujuk sejumlah negara yang menodongkan moncong nuklir ke Korut.

Pasca-uji coba rudal terbaru Pyongyang pada Sabtu, Dewan Keamanan PBB mengancam Korea Utara dengan sebuah peraturan baru, mendesaknya untuk menghentikan kegiatan rudal nuklir dan balistiknya.

Pemimpin baru Korea Selatan, Moon Jae-in, juga mengecam tes terbaru Korea Utara. I menyatakan bahwa ada kemungkinan konflik militer terjadi antara dua negara itu.