Liputan6.com, Tripoli - Sebuah baku tembak terjadi di pangkalan udara di Libya. Menurut laporan, sebanyak 140 orang termasuk warga sipil tewas.
Awalnya jumlah korban tewas diperkirakan 60 orang, ketika milisi sekutu pemerintah mencoba mengambil alih markas Brak al-Shati pada Kamis 18 Mei 2017 waktu setempat.
Atas insiden tersebut, Menteri Pertahanan Libya yang didukung PBB dan komandan milisi, jabatan keduanya ditangguhkan sambil menunggu hasil penyelidikan.
Advertisement
Sementara itu, kantor perdana menteri Libya membantah tuduhan telah memerintahkan serangan itu.
Seorang juru bicara milisi mengatakan, mereka telah "mengobrak-abrik markas dan menghancurkan semua yang ada di dalamnya".
Wali kota Tripoli mengatakan, beberapa pesawat telah dibakar.
Sebagian besar korban tewas adalah tentara yang memproklamirkan diri sebagai Libyan National Army (LNA), sebuah aliansi di timur negara yang tidak mengakui pemerintah di ibu kota, Tripoli. Pasukan itu telah menguasai pangkalan udara sejak Desember 2016.
"Para prajurit kembali dari parade militer. Mereka tidak bersenjata. Kebanyakan dari mereka tewas," kata jubir tersebut.
Utusan PBB untuk Libya, Martin Kobler, mengatakan dia marah atas eksekusi tersebut.
Serangan itu dianggap melanggar gencatan senjata informal antara pasukan saingan yang dicapai awal Mei, ketika komandan LNA, Jenderal Khalifa Haftar, bertemu dengan Perdana Menteri yang didukung PBB, Fayez al-Sarraj.
Pemerintah Tripoli kini mendirikan sebuah komite investigasi, untuk memaparkan temuannya dalam penyelidikan kasus tersebut kepada perdana menteri dalam kurun waktu 15 hari.