Sukses

Sambut Donald Trump, Israel Siagakan Pengamanan Ketat

Donald Trump dijadwalkan akan bertemu dengan pemimpin Israel dan Palestina dalam kunjungan dua harinya.

Liputan6.com, Tel Aviv - Selepas dari Arab Saudi Presiden Donald Trump melanjutkan lawatannya ke sejumlah negara di Timur Tengah. Kini, ia tengah mengunjungi Israel dan Palestina.

Di Arab Saudi, negara koalisi muslim paling dekat dengan AS, ia memberikan pidato di hadapan para pemimpin negara-negara Arab di Konferensi Arab Islam- Amerika.

Dikutip dari BBC, Senin (22/5/2017), Trump dijadwalkan akan bertemu dengan pemimpin Israel dan Palestina dalam kunjungan dua harinya itu.

Presiden Trump telah menyerukan "kesepakatan akhir" perjanjian perdamaian Israel-Palestina, namun ia tidak menjelaskan rinciannya.

Trump mengatakan bahwa dia lebih suka menyerahkannya kepada kedua belah pihak melalui pembicaraan langsung.

Dalam pertemuan puncak di Riyadh pada hari Minggu, Trump meminta para pemimpin Arab dan Muslim untuk memimpin dalam memerangi militan Islam, mendesak mereka untuk "mengusir teroris keluar dari bumi ini".

Dalam pidatonya itu, Trump menyebut Iran, telah "memicu konflik sektarian dan teror" di wilayah tersebut selama beberapa dekade.

Trump juga menyatakan lagi bahwa dia percaya perdamaian antara Israel dan Palestina mungkin terjadi.

Trump dianggap sebagai presiden AS yang sangat mendukung Israel dibanding pendahulunya, Barack Obama. Dia telah mengambil posisi yang lebih lembut dalam isu perdebatan permukiman Israel.

Lebih dari 600.000 orang Yahudi tinggal di sekitar 140 permukiman yang dibangun sejak pendudukan Israel pada tahun 1967 di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, tanah yang diklaim Palestina untuk sebuah negara masa depan.

Permukiman dianggap ilegal menurut hukum internasional, meskipun Israel membantahnya.

Trump juga telah mengirimkan sinyal yang beragam mengenai isu Yerusalem. Ia berjanji untuk memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv. Hal itu membuat marah Palestina, dan membuat Israel senang.

Namun, belakangan, rencana itu tak terdengar gaungnya. Membela sang 'majikan', Menteri Luar Negeri Rex Tillerson kepada NBC News mengatakan Trump tengah menimbang-nimbang keputusan memindahkan kedutaan itu.

Israel memandang seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya, sementara orang-orang Palestina mengklaim bagian timur sebagai ibu kota mereka. Masyarakat internasional tidak mengakui kedaulatan Israel atas Yerusalem dan mempertahankan kedutaan mereka di Tel Aviv.

Ada beberapa kekhawatiran di Israel menjelang lawatan Trump gara-gara ucapan yang dibuat oleh pejabat pemerintah kedua negara.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membantah pernyataan Tillerson yang mengatakan memindahkan kedutaan tersebut mungkin membahayakan proses perdamaian.

Pernyataan itu didukung seorang pejabat Konsulat AS. Ia membeberkan alasan kalau sampai kedutaan dipindah akan ada kemarahan yang dipicu bahwa keberadaan Tembok Barat, salah satu situs tersuci Yahudi, "tidak berada di wilayah Anda (Israel) namun merupakan bagian dari Tepi Barat ".

Gedung Putih kemudian mengatakan bahwa komentar pejabat tersebut "tidak mewakili posisi Amerika Serikat".

Perjalanan Trump juga dilakukan beberapa hari setelah ada laporan bahwa ia telah membocorkan rahasia kepada kepada menteri luar negeri Rusia tentang informasi intelijen rahasia yang dikatakan berasal dari sumber Israel. Insiden tersebut menimbulkan pertanyaan tentang kerahasiaan intelijen rahasia yang disampaikan ke AS oleh sekutu terdekatnya Timur Tengah.

Sebuah operasi pengamanan besar sedang berlangsung untuk kunjungan Trump, di mana dia akan mengadakan pertemuan terpisah dengan Netanyahu di Yerusalem pada hari Senin dan pemimpin Palestina Mahmoud Abbas di Bethlehem pada hari berikutnya.