Sukses

Tsunami Aceh hingga Titanic, 4 Teori Konspirasi di Balik Bencana

Pendukung teori konspirasi percaya bahwa ada kepentingan bermain di balik berbagai bencana mematikan di sepanjang sejarah manusia.

Liputan6.com, Jakarta - Bencana, baik yang disebabkan faktor alam maupun kesalahan manusia, dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Sebagian besar manusia percaya peristiwa itu adalah kehendak Tuhan, namun yang lain tidak demikian.

Sejumlah pendukung teori konspirasi meyakini, bencana bisa terjadi karena ulah manusia yang disengaja. 

Mengacu Oxford English Dictionary, teori konspirasi adalah, "anggapan bahwa kejadian atau gejala timbul sebagai hasil konspirasi antara pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya adanya suatu badan (biasanya bermotivasi politis dengan tujuan memberangus) yang bertanggungjawab atas kejadian yang tak terjelaskan."

Salah satunya kecelakaan ledakan kilang minyak milik British Petrolium di Teluk Meksiko tahun 2010. Mereka percaya ada eco-terorists atau aktivis lingkungan hidup yang radikal, yang memicu ledakan itu, sebagai protes terhadap aktivitas pengeboran minyak lepas pantai.

Teori lainnya terkait ledakan itu adalah serangan Korea Utara, hingga 'pesan' Rusia kepada AS.

Selain insiden ledakan kilang minyak itu, berikut adalah empat bencana lainnya yang menarik perhatian dunia dan jadi sasaram para penganut teori konspirasi, seperti Liputan6.com kutip sebagian dari Listverse dan berbagai sumber, pada Senin (22/5/2017):

2 dari 5 halaman

1. Titanic Tak Pernah Tenggelam...

Tenggelamnya kapal Titanic yang melegenda tak luput dari kepercayaan para penganut teori konspirasi.

Salah satu teori yang menarik adalah, mungkin bukan Titanic yang menabrak gunung es pada 14 April 1912, melainkan Kapal Olympic.

Pada saat Titanic dibangun, White Star Line juga membuat kapal besar lainya yang diduga 'kembaran' Titanic.

Olympic, 'kakak' Titanic, merupakan satu dari tiga kapal mewah WSL yang dibangun oleh Harland dan Wolff -- yang ketiga adalah HMHS Britanic.

Perbedaan antara Olympic dan 'kembarannya' terletak pada lorong jalan dek A Titanic yang dibuat dengan sekat baja dan jendela geser. Perubahan itu memungkinkan lebih banyak ruang di bagian depan kapal.

Selanjutnya lorong pada dek B Titanic juga dikurangi, agar memungkinkan lebih banyak ruangan digunakan untuk kabin.

Olympic memulai pelayaran pertamanya pada 15 Juni 1911 mengarungi rute perjalan yang sama dengan Titanic, dan sampai dengan selamat di New York pada 21 Juni 1911.

Titanic (Wikimedia Commons)

Sayangnya, pada pelayaran kelima Olympic bertabrakan dengan kapal pesiar Inggris, HMS Hawke, pada 20 September 1991 di dekat Isle of Wight.

Kecelakaan itu mengakibatkan dua lubang besar 'menganga' di sisi kanan kapal dan air laut membanjiri 2 kompartemen kedap air.

Tidak hanya itu, baling-baling kapal juga rusak. Meski babak belur, Olympic bisa kembali ke Southampton.

Seorang penulis, Robin Gardinier mengemukakan teori konspirasi yang menghebohkan.

Robin berpendapat bahwa kapal yang karam di Samudera Atlantik pada April 1912 itu adalah Olympic, bukan Titanic.

Titanic (Wikimedia Commons)

Dalam bukunya yang berjudul, Titanic: The Ship that Never Sank?, Robin menyatakan bahwa Olympic 'menyamar' menjadi Titanic dan sengaja ditenggelamkan untuk mencairkan asuransi dalam jumlah besar.

Teori itu dinyatakan oleh sang penulis berdasarkan fakta bahwa, HMS Hawke menyalahkan Olympic atas kecelakaan yang menimpa kedua kapal itu.

Akibatnya White Star Line dibanjiri tagihan biaya hukum, perbaikan, dan kerugian selama Olympic tak beroperasi.

Sementara itu perusahaan asuransi yang digunakan White Star Line, Lloyd's of London, diduga menolak untuk membayar klaim. Sehingga menyebabkan keterlambatan perbaikan dan keberangkatan pertama Titanic.

Berkaitan dengan hal tersebut, Robin mengatakan bahwa WSL sengaja menukar bagian kapal bertulisan Titanic, dan memasangkannya pada Olympics.

Robin juga menyatakan pendapatnya itu berdasarkan fakta bahwa uji coba laut Titanic di laut hanya berlangsung beberapa jam. Sementara Olympic selama dua hari.

Selain itu, Robin juga menduga kapal itu karam bukan akibat menabrak gunung es. Melainkan ditubruk kapal penyelamat yang mencoba 'bersembunyi di dalam kegelapan.

Pria itu percaya bahwa gunung es tidak 'mampu' untuk menghasilkan kerusakan yang dapat menenggelamkan bahtera itu.

 

3 dari 5 halaman

2. Tsunami Aceh akibat Bom?

Pada 26 Desember 2004, gempa megathrust bawah laut berkekuatan 9,1 skala Richter mengguncang Samudera Hindia di lepas pantai Sumatra Utara, Indonesia. Seluruh Bumi pun bergetar hebat.

Gelombang raksasa muncul setinggi 30 meter, menghantam Aceh, Thailand, Sri Lanka, India, Maladewa, dan pesisir timur Afrika. Jutaan liter air laut tumpah ke daratan.

Lebih dari 230 ribu nyawa melayang atau dinyatakan hilang. Menjadi salah satu bencana terdahsyat pada Abad ke-21.

Secara geologis, bencana katastropik itu terjadi ketika lempeng Hindia disubduksi oleh lempeng Burma.

Namun, sejumlah penganut teori konspirasi tak lantas puas.

Sejumlah rumor beredar di dunia maya. Ada yang menuding, bencana itu sengaja dipicu AS, untuk mengalihkah perhatian dari perang Irak.

Masjid yang masih berdiri ditempa tsunami di Aceh. (foto: ABC.net)

Sampai-sampai, soal itu jadi perbincangan di warung kopi dan bar.

"Kenapa AS sampai mengirimkan kapal perangnya ke sana? Mengapa komandan senior perang Irak datang ke sana," desainer Mark Tyler bicara perlahan, sambil menyesap bir di gelasnya di Distrik Wan Chai, Hong Kong seperti dikutip situs Dawn.

Apalagi, kata dia, bencana itu terjadi tepat setahun setelah gempa 6,6 SR mengguncang kota kuno Bam di Iran pada 26 Desember 2003 yang menewaskan 26 ribu manusia.

"Apakah itu hanya kebetulan belaka? Dan omong-omong, tak ada aktivitas seismik yang sebelumnya terekam di Sumatra sebelum gempa. Aneh," tambah dia.

Situs BBC pada 2005 juga memberitakan rumor konspirasi yang mempersoalkan pangkalan militer AS di Pasifik, Diego Garcia yang selamat dari tsunami yang memantul liar di sepanjang Samudera Hindia. Sementara, pulau-pulau lainnya porak-poranda.

Namun, pejabat Angkatan Laut AS di Diego Garcia langsung membuat bantahan di situsnya.

Menurut mereka, pulau tersebut tak terempas tsunami karena dikelilingi perairan dalam dan pantainya yang tinggi tak memungkinkan gelombang raksasa terbentuk.

Bantahan juga disampaikan Dr Bart Bautisda, kepala ilmuwan di Philippine Institute of Volcanology and Seismology.

Menurut dia, tak mungkin ada senjata yang bisa memicu gempa dan tsunami sehebat itu. "Untuk memicunya diperlukan energi yang sangat besar. Tak masuk akal," kata dia.

4 dari 5 halaman

3. Pandemik Flu 1918 Disebabkan oleh Vaksinasi

Pandemik flu tahun 1918 terjadi sepanjang dua tahun. Peristiwa itu membunuh jutaan orang sedunia. Kebanyakan orang dewasa muda dan memiliki kesehatan pria justru banyak yang tewas.

Virus itu telah menghancurkan lima persen populasi dunia saat itu.

Mitos tentang Vaksin Flu

Namun, para penganut teori konspirasi percaya bahwa tak ada virus flu. Melainkan, mereka yang meninggal telah diracun lewat suntikan berisi kombinasi vaksin.

Teori konspirasi ini juga mengklaim bahwa penyakit ini tujuh kali lebih merajalela di antara tentara yang divaksinasi daripada di kalangan warga sipil yang menolak untuk divaksinasi.

Banyak di antara penderita banyak mengalami kelumpuhan setelah menderita penyakit itu.

Cerita tentang kelumpuhan yang menyerang tentara menambahkan kekuatan pada teori karena jenis kelumpuhan ini dikenal sebagai efek samping dari keracunan vaksin.

5 dari 5 halaman

4. Badai Katrina Sejatinya Genosida?

Angin dari badai mematikan Katrinadi New Orleans pada tahun 2005 menghantam sejumlah tanggul sungai di beberapa titik. Akibatnya air membanjiri 70 persen kawasan itu.

Hal itu dianggap wajar karena badai itu memiliki kekuatan besar. Belum lagi struktur tanggul yang mungkin sudah mulai rapuh.

Namun, penduduk di kawasan Ninth Ward memiliki kepercayaan berbeda. Mereka percaya bahwa tanggul-tanggul itu sengaja dibom demi tujuan pembersihan etnis atau genosida.

Badai Katrina (NOAA)

New Orleans adalah salah satu kawasan di AS dengan mayoritas penduduk kulit hitam.

Kedua pemimpin agama di New Orleans, Louis Farrakhan dan Spike Lee juga mendukung teori ini.

Teori bahwa tanggul dibom sebagian berakar pada fakta sejarah. Pada tahun 1927, tanggul-tanggul itu dibom untuk menyelamatkan bagian kota, dan kawasan yang ditinggali warga kulit hitam terendam banjir.

Namun para insinyur independen yang menyelidiki kegagalan pengaman selama Katrina mengatakan bahwa apa yang terjadi saat badai sama sekali tak ada hubungannya dengan ledakan.

Profesor Robert Bea, dari University of California, Berkeley, yang mempelajari kegagalan tanggul mengeluarkan sebuah laporan pendahuluan. "Kami tidak menemukan bukti yang mengindikasikan ledakan," kata Bea.

Â