Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Y Galuzin menyampaikan pihaknya akan merasa menghargai bila Indonesia dapat berbuat sesuatu guna meredam aksi nuklir di Semenanjung Korea. Rusia juga mengungkap beberapa hal yang menjadi faktor utama yang memicu ketegangan di sana.
Ditemui di sela-sela acara konferensi pers mengenai kedatangan kapal perang Varyag Commander, pada Selasa, 23 Mei 2017, Duta Besar Rusia Galuzin mengungkapkan harapannya kepada negara-negara di dunia untuk membantu meredam ketegangan yang terjadi di Semenanjung Korea.
Dubes Galuzin juga mengatakan bahwa selain Rusia, pemerintah Indonesia juga memiliki sejarah dengan Korut. Kedua pendiri bangsa tersebut pun juga memiliki hubungan yang baik.
Advertisement
Baca Juga
"Bagi saya, Indonesia merupakan negara yang bisa melakukan sesuatu untuk meredam ketegangan di sana. Pemerintah Rusia sangat menghargai upaya itu jika ada negara lain yang secara nyata memberi kontribusi guna menciptakan perdamaian," ujar Dubes Galuzin.
Di samping itu, Rusia juga mengungkap sejumlah faktor penyebab terjadinya konflik yang berkepanjangan. Menurutnya, ketegangan isu Semenanjung Korea disebabkan tindakan kedua belah pihak, yaitu Korut dan Amerika Serikat.
"Ketika uji coba nuklir Korut dilancarkan, seketika isu tersebut menjadi pembicaraan masyarakat dunia. Tentu saja ini melanggar resolusi PBB. Rusia menilai, Korut seharusnya menghentikan uji coba rudal dan nuklir. Tetapi di sisi lain, kita juga harus melihat keadaan secara objektif yang tidak hanya berfokus pada aksi Korea Utara saja," ujar Dubes Galuzi.
"Selain itu, kita juga harus memahami kondisi Semenanjung Korea yang tidak bersahabat. Karena dalam 10 tahun terakhir AS dan sekutunya terus melakukan latihan perang dalam skala besar di kawasan tersebut. Saya rasa ini adalah tindakan provokatif yang harus dihindari," ia menambahkan.
Latihan militer yang dilakukan oleh sekutu AS, seperti Jepang dan Korea Selatan, adalah salah satu hal yang membuat pihak Pyongyang mengamankan daerahnya.
Dubes Galuzin juga mendesak semua pihak untuk menahan diri dalam melakukan tekanan seperti uji coba rudal dan aksi lain yang dinilai dapat memprovokasi satu sama lain.