Sukses

8 Pengakuan Mengerikan Tentara AS soal Kekejaman Perang

Cerita-cerita dalam peperangan memang mengusik perasaan dan kekejian selama peperangan hadir dalam berbagai cerita.

Liputan6.com, Jakarta - Cerita-cerita dalam peperangan, termasuk Perang Irak, memang mengusik perasaan. Tidak semuanya pantas dituliskan di sini.

Pada awal 2004, peristiwa di penjara Abu Ghraib merebak ke seluruh dunia dan telah mencoreng muka pihak militer Amerika Serikat (AS).

Dalam penjara itu ada 320 tahanan dan tidak semuanya telah terbukti bersalah. Ada beberapa yang sekedar mengalami keterbelakangan mental atau buta.

Spesialis Richard Murphy ditugaskan memimpin 1 bulan sebelum terjadinya pemberontakan karena tindakan-tindakan brutal pasukan pengawas penjara. Ada 9 tahanan meninggal dunia dan 3 orang lagi cedera.

Kerusuhan dipicu oleh penyiksaan dan penghinaan yang berlangsung di sana, mulai dari sengatan listrik, diseret di lantai dalam keadaan diikat rantai (bahkan diikat pada testikel si tahanan), dan dihajar terus-menerus.

Tapi, seperti disarikan dari therichest.com pada Rabu (24/5/2017) kekejian dalam peperangan hadir dalam berbagai cerita, seperti 8 hal berikut ini:

2 dari 9 halaman

1.Selfie Bersama Mayat

Camilo Ernesto Mejia pernah bergabung dalam kesatuan Angkatan Darat Amerika Serikat atau US Army. Pada 2004, ia diterjunkan dalam Perang Irak.

Namun, di tengah pertempuran, sang sersan memilih desersi. Meija menolak kembali ke kesatuannya. Alasannya, pria asal Nikaragua itu menolak perang.

Atas tindakannya yang dinilai indisipliner, Meija dijatuhi hukuman penjara dua tahun, pangkatnya diturunkan jadi prajurit. Ia juga dianggap tak tahu aturan.

Ilustrasi patroli di kota Ramadi, Agustus 2006. (Sumber Wikimedia Commons/Air Force Tech. Sgt. Jeremy T. Lock)

Setelah bebas dari penjara, Meija lantang menentang perang. Ia juga bicara pada media, tentang pengalaman mengerikan yang dihadapinya di Irak.

Misalnya, pada suatu hari, Meija mengisahkan, ia dan pasukan yang dipimpinnya dihadapkan pada seorang pria muda yang membawa granat.

Tanpa bertanya, ia dan pasukannya langsung menyiagakan senapan dan menembak pemuda itu. Kemudian, ingatan Meija langsung terngiang pada 11 orang lainnya yang mereka habisi.

Ada bocah berusia 10 tahun yang membawa AK-47, sementara lainnya adalah warga sipil yang tertembus peluru saat berada di tengah baku tembak.

"Mereka adalah manusia," kata Meija seperti dikutip dari CBS. "Aku melihat mereka rubuh dan jasadnya diseret melewati genangan darah. Itu sangat mengguncang jiwaku."

Meija juga menceritakan hal-hal mengerikan yang disaksikannya semasa perang. Misalnya, ada sejumlah tentara yang selfie atau berfoto bersama warga yang mereka bunuh. Bahkan di depan keluarga korban!

Sejumlah foto membuktikan tindakan tak berperikemanusiaan itu, termasuk pose seorang tentara muda AS yang pura-pura makan otak yang mengalir dari kepala salah satu orang Irak.

 

3 dari 9 halaman

2. Membunuh Hewan Peliharaan

Ilustrasi anjing ganas. (Sumber Pexels/SplitShare via Creative Commons)

Crystal cukup berpengalaman menggerebek rumah-rumah di Irak untuk memastikan tidak ada ancaman sekaligus menebar ketakutan. Ia bercerita, "Kami mendekat dan ada seekor anjing milik keluarga. Hewan itu menggonggong ganas, karena memang itu tugasnya. Dan pimpinan kami, mendadak menembaknya begitu saja."

"Peluru masuk ke rahang dan keluar lagi. Saya pencinta hewan dan anjing itu berlarian sambil berdarah-darah. Apa-apaan itu? Keluarga itu hanya duduk diam, mereka terdiri dari 3 anak kecil, seorang ibu, dan seorang ayah, tampak ketakutan."

Ia berteriak meminta anjing itu dibebaskan dari penderitaan. Setelahnya, ia memberikan seluruh uang yang dibawanya saat itu, senilai US$ 20, kepada keluarga dan meminta maaf karena seseorang yang jahat telah melakukan hal itu kepada anjing mereka.

4 dari 9 halaman

3. Parit Menjijikkan

Ilustrasi parit pertahanan Perang Dunia I, Cheshire Regiment di Somme, 1916. (Sumber Wikimedia Commons/Imperial War Museums/John Warwick Brooke)

Stuart Cloete masih berusia 17 tahun ketika ditugaskan ke dalam parit perlindungan pada masa Perang Dunia I. Ia menyaksikan segala kengerian di sana.

“Panas matahari menyebabkan jasad menggembung berisi gas dan terkadang hingga kebiruan, seperti biru laut. Kemudian, ketika gasnya menghembus ke luar, jasad-jasad itu mengering seperti mumi dan kaku dalam posisi meninggalnya."

Mayat-mayat itupun tidak selalu dalam posisi yang baik, katanya, "Burung gagak mematuk mata dan tikus menjelajah ke bagian dalam mayat yang bergelimpangan dan terabaikan…lembek, seperti keju Camembert. Saya pernah menaruh tangan kanan ke dalam perut seseorang. Baru berapa hari kemudian ada bau busuk di kuku saya."

Ditambah lagi dengan kerumunan tebal lalat hitam yang mengerubungi mayat-mayat. Ketika ada kesempatan memindahkan mayat-mayat, maka mayat-mayat itu berhamburan ketika diangkat. Muntah-muntah jadi hal yang biasa di dalam sana.

5 dari 9 halaman

4. Jasad Hangus

Ilustrasi iringan kendaraan militer Irak keluar dari Kuwait. (Sumber Wikimedia Commons/US Navy/PHC Holmes)

Sebenarnya Kenneth Jarecke adalah seorang jurnalis foto, bukan tentara. Ia adalah bagian dari kumpulan media di Kuwait dan sering menemukan pemandangan indah kawasan itu selama operasi Desert Storm dan menjajal lebih jauh lagi.

Ketika melintasi sebuah kendaraan yang terbakar, ada seorang tentara Irak sedang terjebak di dalamnya. Jarecke bisa "jelas melihat betapa berharganya kehidupan bagi dirinya, karena ia bergulat mempertahankannya. Ia berjuang menyelamatkan nyawanya hingga akhirnya ia habis terbakar. Ia mencoba keluar dari truk itu."

Foto yang diambilnya menunjukkan mayat hangus pria itu yang jelas terjebak di dalam kendaraan walaupun berupaya sekuatnya untuk keluar.

Ketika Jarecke kembali di AS, tidak ada yang mau menerbitkan foto mengerikan tersebut.

6 dari 9 halaman

5. Tembakan Peringatan Mematikan

Ilustrasi konvoi terakhir pasukan AS memasuki Kuwait. (Sumber Wikimedia Commons/Cpl. Jordan Johnson)

Konvoi merupakan cara yang berbahaya untuk bepergian, seakan menunggu untuk terkena ledakan IED. Kadang-kadang, untuk menjaga kecepatan, kendaraan-kendaraan sipil pun ditembak atau bahkan dilindas.

Sersan Flatt menyaksikan ketika sebuah mobil terlalu dekat di ekor konvoi, demikian, "Mereka beberapa kali menembak mobil itu, entah sebagai tembakan peringatan. Begitulah, salah satu peluru kebetulan menembus kaca depan langsung ke wajah seorang wanita dalam mobil. Sepengetahuan saya, ia langsung tewas."

"Saya tidak menariknya keluar mobil atau apapun. Putranyalah yang mengemudikan mobil…ada 3 anak perempuan masih kecil di kursi belakang."

"Mereka mendekat kepada kami karena kami sedang duduk dalam posisi bertahan dekat rumah sakit pusat Mosul, suatu rumah sakit sipil. Mereka melintas dan jelas ia sudah meninggal. Anak-anak perempuan itu menangis."

Dalam kisah lain, Sersan Campbell berhenti setelah seorang pria tertembak setelah memasuki jalan layang yang sedang dilintasi konvoi. Diduga ada 3 tembakan di dadanya.

"Saya menanganinya. Ia memiliki 3 luka tembak di dada. Darah berceceran. Dan ia beberapa kali kehilangan kesadaran. Ketika akhirnya ia berhenti bernafas, saya memberi CPR."

"Dengan tangan kanan, saya angkat dagunya dan tangan kiri memegang kepala, ternyata masuk ke dalam tempurung kepalanya. Jadi, sebenarnya saya memegang otak pria itu dengan tangan saya. Saya tersadar melakukan kesalahan. Saya pun memeriksa luka tembusannya."

"Setelah mobil itu tidak berhenti dengan 3 tembakan, saya tidak tahu bahwa ada Humvee di belakang saya, yang menembak 20 hingga 30 peluru ke mobil itu. Saya tak mendengarnya."

7 dari 9 halaman

6. Menyaksikan Balita Tertembak

Ilustrasi anak kecil dalam Perang Irak. (Sumber Wikimedia Commons/Cpl. Jordan Johnson)

Spesialis Michael Harmon adalah seorang dokter dalam perang Irak. Ketika masih berusia 24 tahun, ia bertugas di suatu kota dekat Baghdad. Suatu kali, suatu IED meledak dan para prajurit AS membalasnya dengan menembak ke segala arah karena tidak tahu asal serangan.

"Saya tiba di tempat kejadian dan ada seorang anak mungil berusia 2 tahun dengan kaki-kakinya yang montok, terlihat seperti ada peluru menembus kakinya…ia hanya menatap dan saya tahu dia belum bisa bicara."

"Terdengar agak gila, tapi ia seakan sedang bertanya, 'Mengapa ada peluru di kaki saya,'."

8 dari 9 halaman

7. Berburu Yahudi di Vietnam

Ilustrasi tentara AS terluka dalam Perang Vietnam. (Sumber Pixabay via Creative Commons)

Kisah ini disampaikan oleh sepupu seorang veteran Vietnam. Sudah cukup lama berlalu, tapi tetap terasa mengganjal. Suatu malam, seorang tentara berujar, "Hey, Kupelman, saya dengar ada seorang Yahudi di kesatuan kita."

Nama marga itu sebenarnya jelas nama Yahudi, tapi tentara yang ditanyai ikut berpura-pura penasaran tentang keberadaan seorang Yahudi, katanya, "Oh ya? Kita harus mengetahui siapa dia."

Jadi, sepanjang malam itu, mereka memeriksa kasur demi kasur dan membangunkan anggota-anggota kesatuan, menyorot mereka satu per satu dengan senter, sambil bertanya apakah ia seorang Yahudi.

9 dari 9 halaman

8. Ranjang Ranjau Darat

Ilustrasi temuan ranjau anti-tank di Rawah. (Sumber Wikimedia Commons/US Marine Corps)

Seorang insinyur tempur memiliki kebiasaan konyol yang jelas menakutkan rekan-rekannya. Ia ditugaskan di bunker kuno Irak yang dipenuhi peledak-peledak yang telah dijinakkan bertebaran di mana-mana. Di antaranya adalah timbunan ranjau darat.

"Jadi saya ambil satu ranjang personal yang sumbunya telah dicabut dan menunggu di pintu masuk hingga seorang rekan datang. Ketika ada yang datang, saya teriak 'awas' dan melempar ranjau itu kepadanya."

Pria ini juga tidur di atas ranjang yang terbuat dari ranjau-ranjau yang telah dijinakkan. Entah apa yang ada dalam pikirannya, mungkin ia berkeinginan menghibur diri dalam situasi muram.

Video Terkini