Liputan6.com, Manchester - Stephen Jones tak mengira bahwa malam Senin, 22 Mei 2017 menjadi momen yang mengerikan sekaligus istimewa bagi hidupnya. Tunawisma yang biasa menggelandang di seputaran Manchester Arena itu menjadi salah satu saksi mata teror bom ledakan di konser Ariana Grande.Â
Saat itu, kebahagiaan para remaja di Manchester Arena berubah menjadi mimpi buruk.
Setelah puas menonton konser bintang idola, yakni Ariana Grande, sebuah ledakan membuat konser jadi bubar kocar-kacir. Sementara itu, Jones yang tak jauh dari lokasi dan tengah bersiap untuk memejamkan mata, kaget mendengar suara kencang itu. Dalam peristiwa itu 22 orang tewas dan 59 terluka.
Advertisement
Dikutip dari The Independent, pada Rabu (24/5/2017), Jones memutuskan untuk mencari tahu apa yang terjadi. Melihat korban bergeletakan, ia mengikuti nalurinya untuk segera menolong mereka.
"Banyak sekali anak-anak dengan darah di sekujur tubuh. Mereka terluka, menangis, dan berteriak panik," kata Jones.
"Mereka jelas membutuhkan bantuan. Aku hanya mengikuti instingku untuk bertindak dan menolong mereka" ujar pria berusia 35 tahun itu.
"Aku membantu korban yang kebanyakan remaja mencabuti sejumlah paku dari lengan mereka dan beberapa paku yang menancap di wajah salah seorang anak perempuan," ujar tunawisma itu.
"Ada seorang perempuan, kakinya robek, berdarah-darah. Jadi, aku dan temanku meminta dia meluruskan kakinya dan membebat luka dengan kausnya agar darah tak meluncur," tutur Jones.
"Aku jelas tak bisa meninggalkan anak-anak yang terluka parah itu. Hidupku tak akan bisa tenang menyaksikan korban jika aku tak menolong mereka. Aku memang tunawisma, tapi itu bukan berarti aku tak punya hati," ujar Jones ketika menjawab mengapa ia memutuskan menolong korban bom itu.
Selain Jones, ada tunawisma lainnya di seputar Arena bernama Chris Parker yang menjadi salah satu orang pertama yang menolong para korban ledakan. Namun malang, perempuan itu tewas dalam pelukannya sebelum bantuan medis datang.
Parker juga membantu seorang anak kecil yang kehilangan kaki setelah ledakan itu.
"Semua kegembiraan menguap begitu saja berganti dengan teriakan panik dan ketakutan," kata Parker. "Aku mendengar suara keras dan kilat putih, lalu asap."
Parker dan Jones menjadi saksi ledakan di konser Ariana Grande. Keduanya menjadi salah satu orang pertama yang menolong para korban.
Mereka menjadi saksi banyaknya paku, mur, dan serpihan benda logam tajam lainnya di tempat konser itu.
"Aku tak berhenti menangis. Bagian yang mengerikan adalah, ini konser untuk anak-anak remaja... bagaimana bisa terjadi?"
Sebuah laman pengumpul dana dibuat untuk aksi kepahlawanan mereka berdua.
Serangan bom ini adalah yang terburuk sepanjang sejarah Inggris semenjak bom London 7 Juli 2005. Kala itu, 56 orang tewas.