Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan, Turki tidak akan mengemis untuk menjadi anggota Uni Eropa. Hal tersebut disampaikan Presiden Erdogan sesaat sebelum bertolak ke Brussels, Belgia untuk menghadiri KTT NATO.
Ketegangan antara Ankara dan Brussels -- markas besar Uni Eropa -- terus berlanjut pasca-referendum Turki yang berujung pada meluasnya kekuasaan Erdogan. Bagi UE, hasil referendum menjadi pertimbangan utama tentang nasib keanggotaan Turki di organisasi multilateral tersebut.
Baca Juga
"Uni Eropa tidak berhak untuk menganggap Turki sebagai pengemis. Kami akan mengatakan ini kepada mereka. Apa yang masih Anda (UE) tunggu setelah 54 tahun?," ungkap Erdogan seperti dilansir Al Araby, Jumat (26/5/2017).
Advertisement
"Saya tahu mereka menunggu kami untuk menarik permohonan keanggotaan. Tapi kami sampaikan, itu urusan Anda. Dan jika Anda sudah memutuskan, maka kami tidak akan mempersulitnya," imbuhnya.
Menjelang referendum Turki, Erdogan sempat mencuatkan kembali isu hukuman mati di Turki. Jika kebijakan tersebut benar-benar terwujud, maka itu secara otomatis akan mematikan langkah Ankara bergabung dengan UE.
Belakangan, tepatnya ketika berpidato di hadapan partai yang berkuasa, Erdogan sama sekali tidak menyinggung soal hukuman mati.
Kebanyakan negara anggota UE, yang dipimpin Jerman menentang pembekuan perundingan keanggotaan Turki. Namun di lain sisi, Austria mendukung penghentian proses masuknya Turki ke UE.
Langkah tersebut membuat Turki memveto semua kerja sama dengan Austria meskipun krisis antara kedua negara sebagian terselesaikan melalui sebuah kesepakatan. Tidak dijelaskan lebih lanjut isi perjanjian tersebut.
"Sederhana saja, jika Anda memblokir, Anda akan diblokir. Sangat sederhana," tegas Erdogan.