Sukses

Tak Ada Jejak Alexander Agung di Mumi Leluhur Bangsa Mesir

Uji DNA membuktikan bahwa bangsa Mesir Kuno tidak mendapatkan DNA dari pasukan Eropa yang hadir bersama Napoleon.

Liputan6.com, Tübingen - Untuk pertama kalinya para ilmuwan berhasil memperoleh data inti genom sepenuhnya dari beberapa mumi Mesir Kuno. Hasil penelitian mengungkapkan hal menarik tentang saling pengaruh antar peradaban kuno.

Bukan hanya itu, temuan yang dimaksud juga menjadi terobosan awal bagi kemampuan kita sekarang untuk meneliti DNA purba.

Seperti dikutip dari New Atlas pada Rabu (31/5/2017), tim peneliti internasional kali ini dipimpin oleh para peneliti dari Eberhard Karls University, Tübingen dan Lembaga Max Planck untuk Pengetahuan Sejarah Manusia yang berkedudukan di Jena. Keduanya ada di Jerman.

Penelitian itu telah diterbitkan dalam jurnal Nature Communications.

Para peneliti mengambil sampel dari 151 mumi dari situs Abusir el-Meleq di Mesir Tengah, sepanjang sungai Nil.

Sampel-sampel itu betarikh dari 1400 SM hingga 400 SM dan dipindai menggunakan teknik urutan DNA yang sangat teliti sehingga memungkinkan tim meraih kumpulan data genom sepenuhnya dari 3 individu dan data genom mitokondria dari 90 individu.

"Kami ingin menguji apakah pendudukan oleh Alexander Agung dan kekuatan asing lainnya meninggalkan jejak genetik pada populasi Mesir Kuno," demikian menurut salah satu penulis penelitian, Verena Schuenemann.

Salah satu peneliti di Lembaga Max Planck. (Sumber Lembaga Max Planck/Johannes Krause)

Pada 332 SM, Alexander Agung dan bala tentaranya merangsek masuk Mesir. Yang menarik, tim itu tidak menemukan adanya jejak genetik terkait Alexander Agung maupun kekuatan-kekuatan asing lain yang masuk ke Mesir selama rentang waktu 1.300 tahun.

Wolfgang Haak, pimpinan kelompok di Lembaga Max Planck, mengatakan, "Genetik yang ada dalam masyarakat Abusir el-Meleq tidak mengalami perubahan besar selama rentang waktu 1.300 tahun yang menjadi penelitian kami."

Mereka menemukan bahwa bangsa Mesir Kuno berkaitan dekat dengan populasi Anatolia dan Eropa Neolitik, demikian juga adanya jejak kuat genetik dari kawasan Levant di Timur Dekat, yaitu Turki dan Lebanon.

Leluhur genetik itu terpisah dari bangsa Mesir yang lebih modern yang berbagi 8 persen DNA dengan populasi Afrika sub-Sahara.

Data tersebut memberikan pengetahuan menakjubkan tentang periode panjang ketika leluhur bangsa Mesir tidak bercampur dengan tetangganya di selatan.

Temuan itu juga menengarai bahwa aliran gen Afrika kepada populasi modern Mesir terjadi relatif baru, yaitu dalam 1.500 tahun belakangan.

Abusir el-Meleq , lokasi temuan mumi kuno untuk penelitian DNA. (Sumber Nature Communications/Annette Guenzel)

Penelitian juga menguak bahwa perdagangan budak lintas-Sahara yang memindahkan sekitar 7 juta budak dari sub-Sahara menuju Afrika Utara selama ribuan tahun hingga Abad ke-19 mungkin sekali menjadi cara garis genetik itu mempengaruhi bangsa modern Mesir.

Dengan adanya cara yang kokoh dan andal yang telah dikembangkan untuk penelitian DNA purba, para peneliti berharap dapat memperluas analisis pada mumi-mumi dari berbagai lokasi geografis yang lebih beragam.

Hal itu bukan saja membantu memperjelas sejarah populasi Mesir, tapi juga memberikan pengertian lebih baik lagi tentang perpindahan peradaban-peradaban kuno di kawasan tersebut.