Liputan6.com, Melbourne - Penerbangan Malaysia Airlines dilaporkan terpaksa kembali ke bandara Melbourne tak lama mengudara di angkasa. Langkah itu diambil pilot setelah seorang penumpang memaksa masuk kokpit.
Penerbangan MH128 dari Melbourne ke Kuala Lumpur terpaksa memutar balik rutenya kembali ke Australia pada Kamis 1 Juni 2017. Demikian pernyataan maskapai Negeri Jiran seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Kamis (1/6/2017).
Menurut polisi Melbourne, pesawat itu berhasil mendarat dengan aman dan penumpang yang memaksa masuk kokpit ditahan. Sejauh ini aksi penumpang pria itu tidak berhubungan dengan teror.
Advertisement
Pria itu sempat mengancam penumpang lainnya dengan sebuah alat, namun pihak berwenang "dengan cepat memastikannya" bahwa itu bukan merupakan bahan peledak.
Deputi Menteri Transportasi Malaysia Abdul Aziz bin Kaprawi menggambarkan alat itu seperti powerbank atau mobile charger, demikian menurut agen polisi Australia.
"Tersangka adalah pria Sri Lanka berusia 25 tahun yang dibebaskan dari fasilitas kejiwaan pada hari Rabu," kata Kepala Polisi Victoria Graham Ashton.
"Pria itu tinggal di Melbourne dengan visa pelajar," kata Asthon, menjelaskan informasi sebelumnya bahwa dia adalah seorang warga negara Australia.
 Polisi awalnya menganggap ulah pria Sri Lanka itu sebagai insiden terorisme. "Namun ternyata, ini kasus yang melibatkan masalah kesehatan mental," beber komisaris tersebut.
Seorang saksi mata, Andrew Leoncelli, mengatakan kepada stasiun radio 3AW Melbourne bahwa 10 menit setelah penerbangan, dia bisa "mendengar orang idiot ini mengatakan bahwa dia ingin masuk untuk melihat pilotnya".
Pria tersebut menolak untuk duduk, dan mengancam akan "meledakkan pesawat", kata Leoncelli, mantan pemain sepak bola Australia profesional.
"Staf berteriak 'Saya butuh bantuan, saya butuh bantuan. Jadi saya melompat, membuka gesper saya, dan mendekatinya,'" katanya.
Leoncelli mengatakan pria tersebut berlari ke arah belakang lalu meraih dan melucuti benda hitam "seukuran semangka" dengan dua antena yang tampaknya merupakan input smartphone.
Pria itu berhasil dibekuk oleh Leoncelli dan sejumlah kru, namun benda itu tetap berada di pesawat selama lebih dari satu jam sampai penumpang diizinkan untuk pergi.
Malaysia Airlines mengatakan bahwa Airbus A330 di udara hanya 30 menit dari waktu penerbangan delapan jam.
Polisi bersenjata berat menaiki pesawat tepat sebelum tengah malam waktu setempat (14.00 GMT) dan menangkap pria itu.
"Kami jelas prihatin dengan penumpang dan awak kapal," kata Victoria Police Superintendent Tony Langdon.
"Ini akan menjadi pengalaman yang sangat traumatis bagi mereka."
Kepala Polisi Victoria, Graham Ashton memberi alasan kritikan media lokal yang mempertanyakan mengapa penundaan terjadi lebih dari 90 menit, untuk membebaskan 337 penumpang dan awak kapal.
Ashton mengatakan bahwa pihak berwenang telah menunggu sampai mereka merasa yakin bahwa tidak ada alat peledak di kapal.
"Keputusan harus dibuat tentang cara teraman untuk membebaskan para penumpang dari pesawat,"Â jelas Ashton.
Pihak Malaysia Airlines menyebut, perusahaan penerbangan dan otoritas Australia akan menyelidiki kasus tersebut.
Sejumlah penerbangan dialihkan setelah kejadian tersebut, namun bandara tetap beroperasi secara normal.