Sukses

Ilmuwan Tangkap Gelombang Gravitasi Bergabungnya 2 Black Hole

Fasilitas LIGO mendeteksi gelombang dari bergabungnya dua black hole yang berlokasi tiga juta tahun cahaya dari Bumi.

Liputan6.com, Hanford - Ilmuwan kembali mendeteksi adanya pancaran gelombang gravitasi dari angkasa luar. Gelombang yang dideteksi oleh fasilitas Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO) di Amerika Serikat itu berasal dari bergabungnya dua lubang hitam atau black hole yang berlokasi tiga juta tahun cahaya dari Bumi.

Itu merupakan kali ketiga fasilitas itu menangkap adanya lengkungan gelombang ruang-waktu. Deteksi tersebut menegaskan bahwa era baru dalam penyelidikan angkasa luar benar-benar sedang berlangsung.

"Kita benar-benar beralih dari hal baru ke ilmu pengamatan baru -- sebuah gelombang gravitasi astronomi baru," ujar juru bicara LIGO Scientific Collaboration, David Shoemaker, seperti dikutip dari BBC, Jumat (2/6/2017).

Bergabungnya dua black hole itu memancarkan energi murni dalam jumlah yang cukup banyak, dengan bobot gabungan 49 kali lebih berat dari Matahari.

"Ini adalah peristiwa astronomi paling kuat yang disaksikan manusia," kata Michael Landry dari Laboratorium LIGO di Hanford, Washington, AS.

"Dalam kasus ini dua kali massa Matahari diubah menjadi bentuk ruang. Energi ini dilepaskan dalam waktu yang sangat singkat, dan tidak satu pun dari ini keluar sebagai cahaya, itu lah sebabnya mengapa Anda harus memiliki pendeteksi gelombang gravitasi," jelas Landry.

Gelombang gravitasi secara bergantian meregang dan menghimpit ruang saat mereka berjalan seiring dengan kecepatan cahaya. LIGO dirancang untuk mengamati perubahan tersebut dengan menggunakan laser di sepasang antena di Hanford dan Livingston.

Terdapat antena lain di Italia yang dikenal sebagai Virgo yang saat ini sedang menjalani pengujian akhir. Ketika sudah beroperasi yang diperkirakan dapat beroperasi pada akhir musim panas ini, tiga detektor tersebut akan meningkatkan kemapuan astronom untuk mengetahui dari mana asal gelombang gravitasi.

Dilansir The New York Times, detektor itu itu dirancang dan dibangun kembali selama 40 tahun untuk dapat mendeteksi tabrakan bintang neutron -- bintang padat yang dihasilkan dari keruntuhan gravitasi sebuah bintang berukuran besar setelah supernova.

Pada September 2015, laboratorium Advanced LIGO mencatat tabrakan dua black hole yang 36 dan 29 kali lebih besar dari Matahari. Sementara itu tabrakan kedua tercatat pada 26 Desember 2015.