Liputan6.com, Jakarta - Pejabat Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia akan melakukan kunjungan kenegaraan ke sejumlah negara di Afrika yang dilaksanakan pada 3 Juni hingga 10 Juni 2017.
Kunjungan tersebut akan dipimpin langsung oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman Mohammad Fachir.
Baca Juga
Menurut pihak Kemlu RI, baik Menlu dan Wamenlu memiliki agenda kunjungan ke negara yang terpisah. Rencananya, Retno Marsudi akan menyambangi Nigeria, sementara Abdurrahman Fachir akan mengunjungi Senegal dan Kenya.
Advertisement
"Rombongan Ibu Menlu akan mengunjungi Lagos dan Abuja di Nigeria pada 3 Juni hingga 6 Juni 2017. Sedangkan rombongan Pak Wamenlu akan menyambangi Senegal dan Kenya pada 7 Juni hingga 10 Juni 2017," jelas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir, Jumat (2/6/2017).
Rombongan Menlu dan Wamenlu akan didampingi oleh tim diplomat Kemlu RI dan sejumlah entitas bisnis asal Indonesia.
"Perwakilan entitas bisnis dari Indonesia akan ikut. Sedangkan untuk tim pendamping dari Kemlu RI akan mengunjungi Ethiopia, seluruhnya dilaksanakan pada rentang 3 Juni hingga 10 Juni 2017," tambah Arrmanatha.
Kunjungan Kemlu RI ke sejumlah negara di Afrika tersebut merupakan agenda lanjutan dari lawatan kenegaraan ke Benua Hitam yang telah dilakukan pada Februari 2017 lalu. Pada kunjungan Februari 2017 tersebut, Menlu Retno Marsudi sempat menyambangi Afrika Selatan dan Mozambik.
Lawatan kenegaraan tersebut, menurut Kemlu RI, merupakan salah satu bentuk komitmen Indonesia untuk mempererat hubungan dan kerja sama dengan kawasan Afrika, khususnya dalam bidang ekonomi dan perdagangan.
"Kunjungan ini jadi salah satu bentuk diplomasi Indonesia yang berfokus pada bentuk diplomasi ekonomi untuk menjangkau Afrika, kali ini khusus di kawasan Afrika Sub-Sahara. Pertemuan nanti akan banyak mendiskusikan forum bisnis, akan ada suatu penandatanganan kontrak dengan sejumlah entitas bisnis Indonesia," kata Direktur Afrika Kementerian Luar Negeri RI Daniel Simanjuntak.
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia aktif melakukan kerja sama perekonomian dan perdagangan dengan sejumlah negara di Afrika. Nigeria misalnya. Negara dengan Ibu Kota Abuja itu merupakan rekan dagang terbesar kedua bagi Indonesia di kawasan Afrika, setelah Afrika Selatan.
Tahun 2011, nilai perdagangan Indonesia dengan Nigeria mencapai US$ 2,09 miliar atau sekitar 21,66 persen dari total nilai dagang Tanah Air di seluruh kawasan Afrika. Pada 2013, volume perdagangan kedua negara meningkat hingga mencapai US$ 2,2 miliar. Komoditas yang diperdagangkan antara Indonesia dengan Nigeria meliputi minyak kelapa sawit hingga barang-barang konsumsi, seperti obat-obatan dan mie instan.
Akan tetapi, relasi perdagangan keduanya mengalami masalah dalam aspek tarif dagang yang tinggi. Sehingga pada kunjungan nanti, Menlu Retno Marsudi dan pihak Nigeria berencana untuk membicarakan solusi penurunan tarif perdagangan kedua negara.
"Isu lain yang akan dibahas adalah mengenai tingginya tarif perdagangan antara Indonesia dengan Nigeria. Ibu Menlu akan konsisten membahas solusi yang dapat dilakukan kedua negara untuk menurunkan tarif agar frekuensi volume perdagangan antara kedua negara dapat terus meningkat di tahun-tahun selanjutnya," tambah Daniel.
Produk Dirgantara
Sementara itu, kunjungan Wamenlu Abdurrahman Fachir ke Senegal dan Kenya dimanfaatkan untuk mendorong penjualan produk dagang Indonesia ke kedua negara tersebut. Entitas bisnis unggulan Indonesia yang akan diperdagangkan ke Senegal dan Kenya adalah produk Badan Usaha Milik Negara PT Dirgantara Indonesia.
"Sedangkan untuk kunjungan Wamenlu ke Senegal dan Kenya, serta lawatan tim pendukung Kemlu ke Etiopia, akan membahas dan mendorong penjualan produk kedirgantaraan Indonesia, seperti PT Dirgantara Indonesia dan Garuda Maintenance Facility adalah beberapa contoh," imbuh dia.
Bagi Kemlu RI, kunjungan ke negara-negara Afrika Sub-Sahara tersebut merupakan langkah awal dari upaya pendekatan diplomasi Indonesia ke kawasan Benua Hitam. Rencananya pada 2018 nanti, Indonesia akan menggagas dan menjadi perantara sebuah forum internasional pertemuan negara-negara Afrika.
"Langkah ini akan dilanjutkan dengan agenda 2018 nanti, yang bernama Indonesia-Africa Forum, kita akan upayakan dilaksanakan di Indonesia. Forum itu akan membahas isu pendorongan ekonomi, potensi bisnis, dan kerjasama konkrit di bidang keamanan misalnya, antara Indonesia dengan kawasan Afrika. Karena kita (Indonesia) melihat bahwa pasar bisnis, ekonomi, dan perdagangan di Afrika punya potensi dan peran sangat penting," kata Daniel.