Liputan6.com, Doha - Emirates dan Etihad Airlines telah menghentikan seluruh penerbangan dari dan ke Qatar sebagaimana sejumlah negara Arab memutuskan hubungan diplomatik dengan Doha.
Mereka menuduh Qatar telah mendukung kelompok terorisme dan mendukung Iran.
Langkah pemutusan hubungan diplomatik dilakukan oleh Bahrain, Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Maladewa, Yaman dan Libya. Terkait dengan aksi itu, negara-negara tersebut mengumumkan penarikan seluruh diplomat dari Qatar, negara kaya gas yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Advertisement
Negara-negara tersebut juga memerintahkan warganya keluar dari Qatar dan meminta warga Qatar keluar dari negara tersebut. Diplomat Qatar juga diminta hengkang dari kawasan dalam waktu 48 jam.
Pasca-penghentian operasi maskapai milik Uni Emirate Arab dan Arab Saudi, Qatar Airlines segera membalas aksi mereka. Maskapai nasional itu juga menghentikan penerbangan ke dan dari Arab Saudi, UAE, Mesir, dan Bahrain mulai Selasa 6 Juni 2017 hingga waktu yang tak ditentukan. Dalam laman perusahaan, mereka menawarkan penumpang untuk menukar tiket.
Dikutip dari News.com.au pada Selasa (6/6/2017), rute antara Doha, Qatar dan Dubai sangat diminati bagi pebisnis. Dan kedua kota itu menjadi transit utama bagi para pelancong dari Asia dan Eropa.
Seluruh penumpang Qatar Airways yang terdampak peristiwa ini terutama mereka yang terbang dari dan ke Arab Saudi akan diberikan alternatif termasuk pengembalian tiket atau rute lainnya yang tak langsung ke negara-negara yang memutuskan hubungan dengan Qatar.
Media Al Jazeera juga melaporkan truk yang membawa makanan ke Qatar kini tengah antre di perbatasan dengan Arab Saudi. Mereka tak bisa masuk ke negara itu pasca-krisis diplomatik.
Qatar sangat bergantung pada suplai bahan makanan dari Arab Saudi. Namun, Iran mengatakan akan segera mengimpor bahan makanan dari negaranya dan akan sampai ke Doha dalam waktu 12 jam.
Langkah Qatar Airways itu menambah teruk hubungan antara Negara-negara Teluk dan Qatar. Sejauh ini Doha menolak tuduhan Saudi Cs yang menudingnya menyokong kelompok teroris dan ekstremis.
Staf Senior Arab Saudi telah tiba di Kuwait membicarakan krisis ini, sementara Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengeluarkan pendapat dengan berkicau dalam Twitternya berupa, "tetangga adalah hal permanen, geografi tak bisa berubah. Pemutusan hubungan jelas bukan solusi."