Sukses

Lebih dari 130 Imam Tak Sudi Makamkan 3 Pelaku Teror London

Para imam menggambarkan aksi penolakan pemakaman secara Islam untuk tersangka teror London tersebut belum pernah terjadi sebelumnya.

Liputan6.com, London - Lebih dari 130 imam dari Inggris menolak untuk melakukan upacara pemakaman secara Islam, kepada tiga tersangka teror London yang beraksi pada Sabtu, 3 Juni 2017 malam yang menewaskan tujuh orang dan melukai puluhan lainnya.

"Kami tidak akan melakukan upacara pemakaman secara Islam bagi para pelaku teror London. Kami juga mendesak sesama imam dan otoritas keagamaan untuk menarik hak istimewa seperti itu," kata para pemimpin Muslim melalui pernyataan yang diunggah di media sosial Senin dan dikutip dari CNN, Selasa (6/6/2017).

Para imam menggambarkan aksi penolakan tersebut belum pernah terjadi sebelumnya di London. Meski sebelumnya, masjid di Manchester, Inggris, dan Amerika Serikat pernah menolak untuk memakamkan muslim yang terlibat serangan teror dalam beberapa tahun terakhir.

Imam Abdullah Hasan dari Imams Against Domestic Abuse yang mengunggah pernyataan secara online. Ia mengatakan, sejatinya ritual pemakaman secara Islam dilakukan kepada setiap muslim tanpa memandang tindakan mereka. Namun kasus yang kali ini berbeda.

Tujuh orang tewas dan 48 luka-luka ketika tiga pria mengendarai van menabrakkan diri ke arah pejalan kaki di London Bridge. Kemudian ia melompat keluar dan menikam beberapa orang di bar dan restoran di dekatnya. Polisi kemudian melumpuhkan ketiga penyerang.

Sejauh ini polisi Inggris telah mengidentifikasi dua dari tiga orang pelaku teror London sebagai Shazad Khuram Butt dan Rachid Redouane. Penyerang ketiga telah diidentifikasi namun identitasnya belum dirilis secara publik.

Kantor berita terkait ISIS, Amaq News Agency mengklaim anggotanya yang berada di balik teror London. Namun mereka tak memberikan bukti untuk mendukung klaim tersebut.

Dalam pernyataan mereka, para imam mengatakan para teroris tidak mewakili Islam.

"Kami sangat sakit hati karena serentetan serangan teror telah dilakukan di negara kami sekali lagi. Pembunuhnya berusaha mendapatkan legitimasi keagamaan atas tindakan mereka. Kami berusaha mengklarifikasi bahwa tindakan tercela mereka tak memiliki legitimasi atau simpati kami," kata para pemimpin muslim itu.

"Pembunuh keji ini berupaya memecah belah masyarakat dan (menanamkan) rasa takut. Kami akan memastikan mereka gagal. Kami mohon semua orang untuk bersatu: kami adalah satu kesatuan."

"Dalam menghadapi pengecut-pengecut seperti itu, kita harus bertindak tak seperti teroris, dengan menjunjung tinggi cinta dan kasih sayang...".

Ribuan Muslim di seluruh dunia telah juga mengutuk terorisme dalam beberapa tahun terakhir, seperti yang tercantum dalam dokumen Google 712 halaman yang dikelola oleh seorang mahasiswa muslim Amerika.