Liputan6.com, Jakarta - Sepanjang sejarah, beberapa astronot dan kosmonot telah meninggal dunia dalam melaksanakan tugasnya akibat beberapa kecelakaan terkait misi ruang angkasa, misalnya kecelakaan pesawat ulang aling Challenger dan Columbia.
Beberapa kecelakaan juga nyaris membawa maut, baik bagi awak Amerika Serikat (AS) maupun Uni Soviet. Selain NASA, kejadian nyaris mematikan dialami Soyuz 5 yang menggandeng Soyuz 4 di angkasa dan dijadwalkan kembali ke Bumi pada 18 Januari 1969. Tapi dua wahana gagal berpisah sehingga wahananya mengarah ke Bumi dengan kepala terlebih dahulu.
Demikian juga dengan Soyuz T-10-1 yang dimaksudkan untuk mengganti panel surya pada stasiun angkasa Salyut 7. Hanya 1 menit setelah peluncuran, kebakaran terjadi pada roket pendorong wahana Soyuz.
Advertisement
Baca Juga
Lalu kecelakaan Voshkod 2 yang diluncurkan dari Kosmodrom Baikonur pada 18 Maret 1965. Tujuan misi angkasa yang diawaki Pavel I. Belyayev dan Aleksey A. Leonov adalah untuk membuktikan bahwa manusia bisa berada di luar angkasa dengan pakaian yang tidak terlalu merepotkan. Setelah 10 menit berjalan-jalan, Leonov nyaris mati ketika masuk kembali ke ruang kedap karena pakaiannya menggembung dan menyulitkan gerak.
Kemudian terjadi kebakaran dalam kabin karena peningkatan kadar oksigen setelah otopilot rusak. Lalu para awak harus kembali ke Bumi secara manual sehingga mereka mendarat di tempat terpencil di Siberia dan terlantar dalam dingin selama 2 malam hingga akhirnya ditemukan.
Stasiun angkasa Mir mengalami kebakaran besar pada 23 Februari 1997 selagi melakukan uji coba tabung penghasil oksigan. Lalu, pada 25 Juni 1997, terjadi tabrakan dengan wahana kargo di angkasa sehingga stasiun angkasa itu sempat bocor. Untunglah awak wahana mendengar desisan dan menyegel pintu ke arah pesawat kargo Spektr.
Disarikan dari listverse.com pada Rabu (7/6/2017), pihak NASA juga mengalami beberapa kejadian nyaris mematikan seperti berikut ini:
1. Liberty Bell 7
Misi angkasa ini dikenal juga dengan nama Mercury-Redstone 4. Saat itu, Virgil I. Grissom, warga Amerika Serikat, menjadi manusia ke-2 yang dikirim ke ruang angkasa. Tujuan utama misi adalah untuk mengirimkan manusia ke orbit dan mempelajari reaksinya.
Peluncuran dilakukan pada 21 Juli 1961 setelah penundaan beberapa hari karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan.
Perjalanan itu hanya memerlukan waktu 15 menit lebih sedikit, tapi NASA memandangnya sebagai keberhasilan. Banyak orang tidak sepakat dengan penilaian itu karena pendaratan yang kasar dan Gus – sapaan akrab untuk Grissom – nyaris kehilangan nyawa.
Semua bagian misi berjalan lancar hingga akhirnya wahana itu tercebur di laut. Setelah itu, pintu darurat yang terbuka menggunakan letusan mendadak aktif.
Grissom hampir mati tenggelam di perairan dekat Tanjung Canaveral, Florida.Untunglah ia sempat keluar menyelamatkan diri. Tapi, helikopter yang dikirim untuk menyelamatkannya pun rusak sehingga Grissom harus menunggu hingga akhirnya diselamatkan.
Advertisement
2. Gemini 8
Misi itu diluncurkan pada 16 Maret 1966 dan menjadi upaya Amerika Serikat untuk melakukan EVA dan pertemuan dengan Gemini Agena Target Vehicle (GATV). Dua astronot saat itu adalah David Scott dan Neil Armstrong yang ternama.
EVA adalah istilah singkat untuk Extravehicular Activity, yaitu kegiatan awak di luar wahana angkasa.
Seperti biasa, semuanya normal saja, tapi kemudian dua wahana yang terlibat mulai berputar dan bergulir tidak terkendali sehingga misi menjadi berbahaya dan mengundag maut.
Demi meraih kendali, Armstrong melepaskan diri dari GATV. Tapi akibatnya malah lebih buruk karena memperkuat putaran dan gerakan menggulirnya.
Dua pilot itu kemudian mematikan sistem kendali gerakan (Orbit Attitude and Maneuver System, OAMS) kemudian menyalakan semua roket pendorong Reentry Control System (RCS) agar mengurangi pusaran wahana.
Cara itu berhasil, tapi hanya menyisakan 25 persen bahan bakar untuk RCS. Belakangan ketahuan bahwa salah satu OAMS tidak sengaja dipasang terus-menerus sehingga mengalami hubungan pendek. Hal itulah yang menjadi sumber gerakan berputar.
Dengan demikian, misi harus dipersingkat dan jalan-jalan di angkasa pun batal dilakukan.
3. Apollo 12
Misi Apollo 12 ditetapkan pada 14 November 1969, hanya sebentar setelah misi terkenal oleh Apollo 11 yang mendaratkan manusia pertama di Bulan. Para awaknya adalah Dick Gordon, Pete Conrad, dan Alan Bean.
Saat itu, misi Apollo 12 adalah untuk mengulan pendaratan di Bulan, ditambah dengan beberapa sasaran lain. Namun demikian, misi itu hampir berakhir sejak awal.
Peluncuran berjalan sesuai rencana hingga ketinggian 2000 meter. Tepat pada detik ke-36, petir menyambar wahana angkasa dan alarm peringatan langsung menyala.
Menurut Bean menyatakan adanya "jauh lebih banyak kilat dibandingkan dengan apa yang pernah dilihat pada simulator."
Keadaan memburuk 16 detik kemudian ketika suatu lagi sambaran kilat mengenai pesawat. Saat itu, semua sistem rusak dan modul komando kehilangan daya listrik padahal baterai cadangan hanya tersedia untuk beberapa jam.
Setelah sempat terjadi kepanikan, insinyur pengendali lingkungan John Aaron di darat menawarkan suatu solusi agar memindahkan operasi pesawat dari SCE menjadi AUX.
Setelah para awak menurutinya, daya listrik kembali tersedia dan misi dilanjutkan. Saklar kecil itu tidak banyak diketahui, tapi telah menyelamatkan misi dan nyawa para awak yang nyaris tewas.
Advertisement
4. Proyek Uji Apollo-Soyuz
Proyek Uji Apollo-Soyuz merupakan saat bersejarah bagi penjelajahan angkasa karena menjadi kolaborasi pertama kalinya antara dua negara, AS dan Uni Soviet.
Tanggal misi adalah 15 Juli 1975, tepat setelah usainya Lomba Angkasa (Space Race). Tiga astronot AS adalah Thomas Stafford, Vance Brand, dan Donald Slayton.
Misi itu terbilang sukses walaupun diwarnai dengan insiden nyaris mematikan bagi para awak AS ketika sedang kembali memasuki atmosfer Bumi.
Menakisme pendaratan otomatisnya bermasalah sehingga para awak harus melakukan pendaratan secara manual agar parasut mengembang pada waktunya.
Hal itu mengakibatkan wahana berguncang tapi dibetulkan lagi ketika sistem otomatis kembali bekerja 30 detik kemudian. Namun demikian, katup pelepas tekanan telah terbuka secara otomatis sehingga gas merembes masuk dari luar wahana.
Selain oksigen, para awak terpapar pada gas-gas beracun. Mereka hampir kehilangan kesadaran akibat deburan memasuki laut. Brand sebenarnya sempat pingsan sejenak sehingga Stafford harus memasangkan masker oksigen kepada rekannya agar siuman.
Akibat kejadian itu, para awak harus dirawat selama 2 minggu di rumah sakit Honolulu, Hawaii. Untunglah mereka tidak mengalami masalah-masalah kesehatan yang lebih mengerikan setelah nyaris meninggal dunia.
5. STS-98
Misi STS-98 diluncurkan pada 7 Februari 2001. Ada 5 awak yang ditugaskan saat itu, yaitu Ken Cockrell, Mark Polansky, Robert Curbeam, Thomas Jones, dan Marsha Ivins.
Selama misi telah dilakukan 3 kali jalan-jalan di angkasa, tapi kejadian yang pertama yang berlangsung selama 7,5 jam nyaris menjadi bencana.
Jones dan Curbeam sedang menyambungkan kabel-kabel data dan listrik, demikian juga dengan saluran pendingin. Ketika Curbeam sedang menghubungkan saluran pendingin, terjadi kecelakaan sehingga terjadi bocoran kristal-kristal amonia.
Untunglah kebocoran segera dihentikan, tapi ada sebagian krisal amonia beracun yang menempel pada Curbeam. Sebagai pencegahan, ia harus terpapar matahari selama 34 menit agar kristal itu menguap.
Jones melakukan dekontaminasi perangkat dan seragam angkasa yang dipakainya. Kemudian diterapkan sedikit tekanan udara dalam ruang kedap agar memastikan agar amonia tidak bisa merembes ke dalam kabin. Misi bisa gagal kalau para awak terpapar zat kimia beracun tersebut.
Advertisement
6. ISS Expedition 36
Kejadian membahayakan Expedition 36 di International Space Station pada 9 Juli 2013. Jalan-jalan angkasa yang ke-22 baru saja dimulai oleh astronot AS bernama Luca Parmitano ketika ia helm yang dipakai mulai dipenuhi air. Ada sekitar 0,5 hingga 1 liter cairan dalam helm, sehingga garis air hampir mencapai mulutnya.
Rekan-rekannya menduga bahwa bocoran air itu berasal dari kantong minum Parmitano, yang diduga mengalami kebocoran ketika tubuhnya sedang condong ke depan saat di dalam ruang kedap.
Selagi melakukan EVA seminggu kemudian, helm Parminato mulai terisi lagi dengan air. Ia melanjutkan jalan-jalan di angkasa hingga lebih bocoran air sebanyak 1 liter memenuhi helm dan ia tidak bisa melihat atau bernafas.
Jalan-jalan itupu harus dibatalkan sehingga Parmitano dan seorang rekannya harus kembali ke dalam pesawat. Belakangan ketahuan bahwa kebocoran itu bukan berasal dari kantong minum, tapi dari “kontaminasi dan sumbatan” dalam pakaiannya.
Parminato nyaris tenggelam di angkasa. Setelah kejadian bahaya tersebut, telah dilakukan beberapa perbaikan agar tidak terulang lagi.